"Nanti kalau aku bilang ahlussunah wal jamaah dikira auto masuk golongan tertentu, dan saya tidak sebaik mereka. Jadi, mungkin kecenderungan saya ke ahlussunah wal mubah karena saya masih merasa semuanya mubah tapi entah kenapa saya melakukannya."
"Sipp, justru ketidaktahuan dan ketulusanmu dalam melakukan sesuatu itulah yang tumbuh bernama cinta. Kalau kamu, Wol?"
"Aku hanya seorang gelandangan, jangankan menjadi seorang sepertimu yang ahlussunah wal mubah pun aku tak sanggup, tak pantas, pakewuh, bahkan tak berani. Aku tidak pernah bisa merasa menjadi seorang ahli dalam ibadah-ibadah sunnah."
"Kok gitu, Wol?"sanggah Rohmat.
"Memang begitu, Mat! Kata-kata seseorang gelandangan seperti dia jangan lantas kamu telan mentah-mentah, terlebih nyacat perkataannya, justru itu makanan yang ia cari..."
Rohmat pun nampak semakin kebingungan dengan teman-temannya yang aneh. Namun entah mengapa daritadi Rohmat dengan hikmat memperhatikan ketidakjelasan yang membingungkan tersebut. Dan, kebiasaan nyacat-nya pun seolah hilang entah kemana dan lebih banyak mendengarkan dan belajar bertanya. Namun adakah sesuatu yang mubah jika kita melakukannya dengan cinta?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H