Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garuda-Garuda yang Muthma'innah

28 Oktober 2019   17:08 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lantas bagaimana tanda orang yang muthma'innah?" Menurut Mbah Nun jawabannya adalah dengan belajar lagi tentang ridho. Karena dalam ayat selanjutnya jelas Allah bersabda irji'ii ilaa rabbiki radhiyatan mardhiyyah. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya. Kalau mengibaratkan dengan huruf, bisa mengambil transformasi dari 'alif ()yang radikal, menjadi ra' (), kemudian bagaimana mampu menjadi pengasuh dalam wajud ba' ().

"Saya khawatir orang maiyah iku dianggap gendheng (gila) karena telah mampu mengambil jarak nilai terhadap lingkungan sekitarnya." Ungkap Mbah Nun."Dan itu membahayakan kalau anda tidak siap." Lanjut beliau sedikit mengkhawatirkan situasi yang berada dalam setiap insan yang bersinggungan dengan maiyah. Mbah Nun menggambarkan disaat lingkungan sekitarmu tertawa, kita malah terdiam. Dan ketika mereka sedang terdiam dan menganggap tidak ada yang lucu, justru kita tertawa sendiri.

Akan tetapi, ketika Mbah Nun langsung menanyakan hal tersebut kepada jamaah yang hadir dalam Gambang Syafaat malam itu. Serentak menjawab dengan tegas dan mantab, "BAHAGIAAAA..." Kekhawatiran Mbah Nun yang seolah telah tertulis dalam tajuk "Menderita Karena Maiyah" nampak seperti sebuah penegasan cinta dan keikhlasan antar semua insan yang terlibat dalam maiyah.

Untuk mengetahui ridho tidaknya seorang hamba, Mbah Nun memberikan contoh keadaan khusyu' ketika sholat. Sebagai jamaah, kita bisa memanggilNya sebagai Dia. Ketika sholat, segala makna Tuhan berganti menjadi Engkau seolah sedang melakukan komunikasi langsung. Dan ketika dalam kekhusyukan, kita bisa menyeruNya dengan "Aku". Tapi Mbah Nun berpesan untuk berhati-hati memaknai tentang penjabaran tersebut nanti bisa dikira sebagai penganut ajaran Syekh Siti Jennar. Padahal itu adalah suatu metode Sunan Kalijaga agar mengetahui batasan akal pikiran kita masing-masing.

Acara pun terus berlangsung dengan tanya jawab antara jamaah dengan Mbah Nun ataupun Syaikh Kamba hingga tak terasa waktu telah menunjukkan sekitar pukul 03.00. "Kita kalau tidak melakukan sesuatu bukan karena cinta terus karena apa?" Kata Mbah Nun. Nampaknya Garuda-Garuda yang sedang terbaring itu pun sedang mentransformasi cintanya untuk segera menolong saudara-saudaranya. Acara pun dipungkasi dengan do'a, yang dipimpin oleh Syaikh Kamba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun