Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garuda-Garuda yang Muthma'innah

28 Oktober 2019   17:08 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian beliau memberi contoh ketika anak maiyah mendapat pertanyaan, "kamu tahu kenapa Allah ridho kepada dirimu?" Lantas anak maiyah mampu menjawab dengan tegas, "Tahu!" Beliau mengejar, "Kenapa" Anak maiyah menjawab, "karena aku ridho pada diriku sendiri." Sebuah percakapan yang beliau contohkan tersebut menggambarkan betapa dalam bekal yang telah didapatkan dalam lingkungan maiyah.

Syaikh Kamba seolah tak henti-hentinya untuk kembali mengingatkan tentang 5 fase jalan yang otentik dilalui oleh Rasulullah. Kedaulatan berfikir/ independensi, taskiyatun-nafs/penyucian diri dari segala penyakit hati (dengki, iri hati, benci, curang), kebijaksanaan dan kearifan, amanah dan yang terakhir adalah muhabbah (cinta).

Untuk mempermudah memaknai salah satu dari 5 jalan tersebut, kali ini Syaikh Kamba mencoba mengambil salah satu terminologi pertanyaan yang sering diajarkan oleh Mbah Nun. Mana yang lebih berharga? Melakukan yang wajib atau yang sunnah? Ketika jawaban sudah pasti diketahui dan lebih condong ke arah yang sunnah. Lantas mengapa yang sunnah lebih bernilai? Karena kita melakukannya tanpa disuruh, yang berarti kita telah melakukannya karena cinta.

Pernahkah kita sedikit membayangkan cintanya Allah? Bagaimana Allah mampu terus mencinta hambaNya sekalipun mendapatkan balasan yang mayoritas hambaNya hanya berbuat dusta ataupun ingkar? Cintanya Allah itu sendiri menurut Allah adalah cinta yang sejati. Sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan atas hambaNya dan tidak perlu merasa dimiliki oleh hambaNya. Dan cinta inilah merupakan salah satu pengetahuan dari ilmu khudluri.

Hanya dengan ilmu khudluri ini, manusia dapat bertransformasi merubah perilakunya. Transformasi perubahan perilaku inilah yang nampak pada jamaah maiyah. Kita akan melihat ilmu itu menjadi sia-sia jika tidak mengubah apapun. Namun, jika melihat pada fenomena yang selalu nampak dalam ruang sinau bareng, nampaknya ilmu tersebut sudah mampu diaplikasikan oleh semua yang terpayungi oleh Al-Mutahabbina Fillah.

Orang maiyah itu menurut pemaknaan Syaikh Kamba tidaklah menderita, karena telah mengalami transformasi perspektif. Karena telah mengalami khudluri yang didasari dengan penuh rasa cinta. Dan apa yang didapat dari penjelasan Syaikh Kamba, seorang Garuda sejati hendaknya menanamkan sifat khudluri ini. Cinta. Agar terhindar dari kepalsuan-kepalsuan untuk memperindah dirinya sendiri. Mempersolek segala bentuk kedzaliman seolah-olah sedang berjuang demi sebuah bangsa dan negara.

Dan yang terakhir adalah menjaga cinta tersebut salah satunya dengan mengamalkan wirid. Mengapa kita mesti menerapkan wirid? Karena berfungsi untuk menjaga inkonsistensi pikiran kita yang selalu fluktuatif agar mampu istiqomah untuk selalu berfikir tentang kebaikan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

MENGKHUSYUKKAN CINTA

"Ridho itu terjemahan khudluriah-nya itu adalah sehat. Jadi sehat adalah orang yang sedang berada dalam ridho yang sedang diberikan oleh Allah. " Mbah Nun mencoba memberikan respons terhadap apa yang telah disampaikan oleh Syaikh Kamba. Sehat disini tentu tidak berbatas pada kesadaran dhohir saja, melainkan sudah meliputi kesadaran batinnya.

Untuk sedikit lebih mendalami pemaknaan akan ridho tersebut, Mbah Nun menjelaskan bahwa apa yang dimaksud dengan ridho itu bukan berarti bermakna menyetujui. Ridho terlepas dari permasalahan setuju atau tidak setuju. Karena esok yang mendapat panggilan adalah Yaa Ayattuhan-nafsu muthma'innah. Wahai jiwa yang tenang. Dimana makna akan tenang itu sendiri belum mampu mendeskripsikan makna dari muthma'innah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun