Kemudian Mbah pun memintas, "Apakah ada di Kitab sebuah ayat atau kata yang bermakna membuang?" Salah seorang ahli kitab yang sangat dipercaya Simbah pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukankah tidak ada yang diciptakan dengan sia-sia segala yang tercipta di dunia ini, termasuk sampah?"
Mbah melanjutkan. Berarti tidak sampah yang sia-sia di dunia ini. Bahkan, persepsi mengenai apa yang dimaknai sebagai sampah perlu dikaji kembali pemaknaannya. Agar tidak sembarangan mengotori akal pikiran, sebelum menjalar sampai ke hati.
Sampah bukan berarti dia tersisih, kalah, atau disingkirkan bahkan dibuang. Apa gunanya kita menang jika kita hanya melakukan penaklukan atau penindasan kepada yang lain?Â
Jangan sampai kita tidak sadar kalau kita telah menyampahkan diri dengan menghilangkan kesejatian kita sebagai manusia yang lahir di pangkuan bumi pertiwi dengan mengikuti segala yang berada di luar diri. Jangan sampai kita kehilangan diri kita sendiri.
Dari sampah kita bisa sedikit belajar sikap kearifan. Menang dengan cara tidak ada yang kalah, atau sebisa mungkin pihak yang kalah jangan sampai mengetahui kalau dirinya kalah. Ataupun sebisa mungkin belajar juga mengenai rasa sakit.Â
Jangan sampai orang yang menyakitimu mengetahui bahwa ia telah menyakitimu. Dan hanya ada satu anjuran untuk memerangi, yaitu dirimu sendiri dengan segala keangkuhannya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H