Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Bernilai dan "Numpang Bahagia" di Mocopat Syafaat

20 September 2019   16:04 Diperbarui: 20 September 2019   16:08 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, disini banyak wanita memberikan senyum ramahnya kepada Mas Jibril. Tentu hal tersebut sangat mengesankan. Banyak lagi cerita-cerita dari Mas Jibril yang menjadi bagian dari tamu yang tak terduga di Mocopat Syafaat. Tentu semuanya disambut dengan hangat dan penuh kemesraan yang ingin mampir pulang ke rumah.

Mbah Mus dan Pak Titut
Mbah Mus dan Pak Titut
Lalu ada Pak Titut dari Juguran Syafaat yang sanggup membuat Sang Maestro Puisi, Mbah Mus, berefleksikan kegembiraan seperti malam hari ini. Pak Titut dengan keontetisitasnya, dengan ngapaknya ingin sekali mempertahankan hal tersebut karena menurut Pak Titut semakin banyak yang mulai kehilangan dirinya. 

Malu terhadap keasliannya. Dilengkapi dengan puisi "Anomali Absurd" dimana ada satu baris sajak yang begitu melekat "menunggu tidak di ruang tunggu, lha absurd tho?" celoteh Mbah Mus di pusaran sepertiga malam mampu membuat keintiman seperti ini.

DI akhir sesi juga terdapat salah satu jamaah maiyah dari Wonogiri. Seorang ibu-ibu yang sudah mengikuti maiyah kurang lebih dari tahun 2017 dan sudah mengembarai beberapa versi islam sebelum bertemu dengan maiyah. 

Tidak ada kegembiraan sembari mendapatkan pembelajaran seperti di maiyah menurut beliau. "Saya disini cuma numpang bahagia." Kata beliau. Kata-kata numpang bahagia tersebut juga sedikit menghentakkan saya pribadi yang juga sedang dan selalu numpang bahagia dengan sebebas-bebasnya. 

Hanya saja, maukah kita membalas kebahagiaan tersebut sebagai salah satu ungkapan terima kasih? Sanggupkah? Sekalipun Mbah Nun tidak mengharapkan pembalasan apapun.

Sebelum acara ditutup, Mas Sabrang sedikit menyampaikan sebuah pesan jika semua pengetahuan itu berguna, hanya saja kita tidak mengetahui kapan bergunanya. Dan dari semua pengetahuan yang sudah dipelajari tersebut, semua pasti membentuk titik-titik yang pasti berhubungan satu sama lain. 

"Warzuqni fahmaa, pemahaman itu rejeki. Maka dari itu kita juga mesti bisa berdamai dengan ketidaktahuan." Kata Mas Sabrang. Acara pun diakhiri sekitar pukul 03.00 dini hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun