Bahkan hati kita tidak akan pernah belajar bagaimana perasaan ikhlas itu, di mana rasa ikhlas akan membesarkan tiap jengkal syukur kita kepada Tuhan. Bahkan pada tingkatan tertentu, kita akan merasa sangat berterimakasih sekali kepada setan atau iblis karena selalu membantu meningkatkan kualitas iman kita kepada Al-Hayyu.
Di zaman edan ini semua membuat bingkai-bingkai imannya sendiri di dalam satu tubuh. Mereka berkumpul untuk menyalahkan sesuatu, atau menentang sebuah perilaku.Â
Mereka melakukan segala cara untuk memuaskan dahaga nafsu kebenaran dan menaklukan, bahkan menindas siapa saja yang berseberangan dengan ideologinya.Â
Walaupun terkadang mereka tertipu oleh diri sendiri dan dimanfaatkan oleh para pemegang saham. Bebaslah mereka berkembang di negeri demokrasi ini, yang penting perut kenyang.
Mereka sering bersuci tapi tidak pernah mencapai hakikat penyucian. Hati selalu membara seakan lupa untuk sekali-kali didinginkan. Nafsu untuk membela yang mereka anggap benar semata-mata berubah seperti suatu penindasan.Â
Mereka membela Tuhan tapi selalu lupa akan kasih sayang. Merasa terpanggil agama tapi yang dillakukan justru kekerasan.
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak beruntung." (6:21)
Kasihan mereka yang menunggangi agama demi urusan politiknya. Demi nafsu kekuasaanya. Demi kursi yang ia idam-idamkan hingga membutakan hati dan segala akalnya. Mereka tidak seberuntung Al-Muthaharun yang telah dibersihkan hatinya sehingga menjadi Al-Mutahabbina Fillah, mereka berkumpul karena saling mencintai.
Hanya saja di sisi lain, sesuatu yang edan sangat diperlukan untuk berani merubah dan menerobos kebodohan dan segala kegagal-pahaman untuk memaknai yang sejati. Berani memikirkan segala cara tak memperdulikan siang dan malam yang selalu bergantian tanpa bisa untuk diperlambat.Â
Kita akan menganggapnya gila, bodoh. Dan perlu kita ketahui jika di akhir zaman justru orang yang kita anggap bodoh itulah yang akan memimpin. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H