Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bergembiralah dalam Ketersesatan

17 September 2019   16:19 Diperbarui: 17 September 2019   16:28 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keadaan kelas pun menjadi sedikit tegang melihat muatan makna yang ditunggu oleh para murid-murid. Karena sebuah senyuman yang tadi dilontarkan oleh Gus Welly tadi menjadi sebuah pertanda bahwa ada maksud dari apa yang disampaikan. Tanpa menyalahkan jalan pemikiran murid yang bertanya menjadikan Gus Welly menjadi salah seorang pengajar yang begitu digemari oleh murid-muridnya.

Bahkan murid yang dibilang nakal pun seolah begitu sungkan ketika mesti membolos pelajaran guru dengan ketidakjelasannya ini. Bahkan sebagai orang tua, justru sikap ketawadhu'annya tetap dijunjung tinggi oleh Gus Welly.

"Bapak mungkin termasuk ke dalam golongan 'Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk' yang tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 16. Tapi siapakah 'mereka'?" Gus Welly mencoba untuk meluruskan sembari membuka slide beberapa ayat sebelumnya di ayat ke-13.

"Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu."

Namun hal tersebut disampaikan sebagaimana tempatnya serta porsinya. Gus Welly tetap menekankan pada konteks sebab-akibat ketika mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat yang tertulis. Karena satu ayat saja sangat mungkin memiliki bermacam-macam tafsir. Tergantung, pada hal apa kita membutuhkannya. Dan yang pasti, ayat-ayat itu bisa menjadi obat bagi yang membutuhkan, namun disisi lain, ayat-ayat itu sanggup menjadi racun jika dosisnya tidak sesuai.

"Bapak hanya tidak ingin diikuti olehmu, Nak. Makanya anggap saja Bapak ini belum baik dan jadilah dirimu sendiri. Kalian harus bisa menikmati jalan ketersesatan pengembaraan di dunia. Dan berhati-hatilah jika kalian merasa berada di jalan yang dianggap lurus." Pungkas Gus Welly mengakhiri kelas pembelajaran malam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun