Ketika segala upaya telah dilalkukam dengan mencoba menjangkaunya dengan variasi ilmu yang didapat sepanjang perjalanan dan tidak membuahkan hasil. Akhirnya kita hanya menenangkan diri kita sendiri dengan mencoba mengimani kitab-kitab. Layaknya obat alternatif, untuk menyembuhkan segala duka.
Duka itu pun berlapis-lapis. Mungkin hari ini kita bisa mengatakan sebagai hari yang paling menyakitkan, tapi di masa depan kamu akan mendapatkan pengalaman baru dengan kandungan keperihan yang lebih menyakitkan. Dan akan terus seperti itu.
"Lalu, kamu masih berpendapat jika manusia yang tidak atau belum menikah adalah sesuatu yang mubadzir dan banyak membuang waktu yang sia-sia?"
"Tergantung. Bagaimana cara mereka menikmatinya yang terbungkus manis dalam setiap alasan atau dalil yang dikutip. Emangnya kamu gak pingin menikah?"
 "Tidak ada satupun yang tidak ingin menikah. Bahkan mereka yang melakukan janji-janji tertrentu pun pasti ingin menikah. Atau mungkin hatinya sudah menikah, meskipun secara dhohir tak ada yang mengakui hal tersebut."
Mungkin suatu saat kita akan mengalami atau merasakan, bahwa bahan bakar utama untuk tetap hidup bukanlah makan atau minum, melainkan cinta. Apabila cinta sudah menaungimu, mungkin kamu sudah tidak peduli pada hidup atau mati. Karena mereka hanya sibuk mencinta, tanpa perlu untuk dicinta. Karna kasihnya sudah sangat tak terbatas.