Hanya saja kita tidak mau lebih mengenal siapa itu marah? Siapa itu sedih? Siapa itu senang? Siapa itu si pintar? Atau siapa itu malas? Siapa itu rindu? Siapa itu benci? Siapa itu iri? Siapa itu pamrih? Dan masih banyak lagi rasa-rasa yang tidak bisa kita kenal satu persatu. Dan diri kita cenderung untuk lebih dekat atau bersahabat hanya dengan kegembiraan, keamanan, pujian. Ah, dasar! Apapun itu, kita hanya sering kehilangan cinta.
Namun, pada dasarnya apa ada masalah itu? atau sama sekali sebenarnya tidak ada masalah? Dan hanya dirimu saja yang bermasalah karena belum bisa merdeka atas segala belenggu-belenggu yang saling bertentangan? Dengan kata lain tidak bisa menerjemahkan suatu keadaan yang telah terjadi menjadi perustiwa cintaNya atau sesuatu yang telah ditetapkan.Â
Bukannya segala seuatu yang terjadi mesti melewati legalitas ijinNya? Ayat-ayat itu pun saling bertentangan, tergantung tiap individu akan menggunakan sebagai penawar atau racun. Jika sekalipun itu kesulitan, bukankah disaat yang sama Tuhan memberikan kemudahan?
Dan dari mana kita bisa berpikir dan mengartikan jika suatu keadaan itu merupakan sebuah masalah? Kalau itu sudah teratasi atau pasti teratasi, terus kenapa? Emas tak akan bernilai apapun tanpa cahaya. Dan masih ada cahaya di atas cahaya. Belajarlah. Mengembaralah. Bergembiralah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H