Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03.00. kerinduan suasana sinau bareng ternyata membawa kita melesat terlalu cepat hingga waktu menjadi tak terasa berlalu. Namun, menuju akhir acara ini. Hiburan dari Sang Maestro puisi akhirnya bisa dinikmati setelah absen yang cukup lama. Dengan judulnya "Bayang-Bayang Bergerak", kebahagiaan menikmati puisi menjelang fajar menjadi sesuatu yang baru. Dan untuk bahagia, puisi tidak selalu tentang senja.
Yang terakhir adalah bagiannya Mas Sabrang untuk ikut memberikan respon terhadap apa yang telah dibahas. Mas Sabrang mengibaratkan apa yang dilakukan oleh Simbah merupakan suatu trigger. Layaknya sepeda, jika kayuh sepedanya sudah berjalan, yang perlu dijaga adalah keseimbangan agar tidak jatuh. Kalau sudah dapat menjaga, masa depan Indonesia menurut Mas Sabrang tidaklah geap-gelap amat. Meskipun perahunya retak.
Sebelum acara ditutup, Simbah mengutarakan kecemasannya setelah kembali berkumpul pada malam hari ini. "Di Indonesia ini terdapat 2 gelombang, yaitu gelombang atas dan gelombang bawah. Sepertinya yang goyah adalah gelombang atas dan saya merasa cemas." Lalu, Mbah Nun sedikit melanjutkan, "kecemasan saya hanya satu. Orang-orang terjebak kecemasan atas materi, cemas karena ingin mendapatkan maupun cemas kehilangan." Acara pun dipungkasi dengan sholawat dan do'a bersama.
Kasihan, 18 Juni 2018