Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taqlid kepada Kata-kata

26 Juni 2019   16:15 Diperbarui: 26 Juni 2019   16:20 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan bermaksud jika kamu ingin aku seperti beliau, karena fadhillah masing-masing pun berbeda."

"Setidaknya dari situ kamu akan mendapatkan pengalaman rasa dan cinta, meskipun ember atau wadahmu pun tentu berbeda."

Karena itu, buat apa kepintaranmu jika hanya buat dirimu sendiri. Dari hadits-hadits yang kita hafal, apa yang paling berpengaruh pada dirimu? Apakah akhlak atau penampilan? Dhohir apa batin? Cinta apa merasa paling benar? Lebih banyak menyayangi apa mengutuk? Lalu bagaimana jika kita hanya mengenal kata-kata dalam Ummul Kitab? Cukup dengan menyalakan televisi 'mungkin' kamu akan langsung mendapatkan jawabannya.

Apakah bisa kita mengenal Tuhan tanpa kata-kata? Beriman kepada Tuhan tanpa kata-kata? Lihat saja bagaimana mereka begitu menuhankan kata-kata. Kita memang tidak pernah sadar kalau kita masih terlalu taqlid dengan kata-kata. Karena memang pendidikan mengajarkan kita kepada itu, bukan mempertajam intuisi.

Kalau memang keistimewaan kita memang sebatas akal, lalu apa gunanya akal tersebut jika tidak pernah digunakan untuk ta'qilun, tatafakkarun, tatadzakkarun. Di sekita kita semuanya adalah sunatullah, sebuah kitab yang tidak tertulis sama sekali oleh kata-kata. Untuk sekedar membacanya kita tidak membutuhkan mata, melainkan hati.

Untung saja kekasihNya tidak bisa memahami kata-kata yang tertulis. Oleh karena itu, beliau berpesan jika kita berada dalam kebingungan apalagi hanya karena kata-kata yang celakanya mayoritas hanya bermuara pada sebatas prasangka. "Mintalah fatwa kepada hatimu." Begitu nasihat beliau, bukan kepada kata-kata. Kata-kata yang pada akhirnya hanyalah seperti simbol. Lantas apa bedanya kata-kata dengan berhala?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun