Semua pasti sudah mengetahui jika kita hidup di bumi berdampingan dengan bangsa jin. Dan dari golongan mereka ada yang memegang kendali wilayah-wilayah tertentu. Di lingkup Magelang, Syekh Subakir mendapati tugas untuk menangani Ki Kolo Sekti -- yang pada waktu itu mengusai wilayah Tidar di bangsa jin -- Dengan perspektif mengapa menjadi simpul jala yang berfungsi sebagai perekat antara wilayah-wilayah pinggiran karena kebetulan letak geografis Tidar ada di Magelang, dari hal tersebut Simbah menarik kesimpulan bahwa Magelang bisa jadi merupakan sebuah potensi menjadi peradaban paling tua dalam kelahiran islam di Jawa.
Tapi, dari semua cerita tersebut, Simbah menegaskan,"jangan memanfaatkan sejarah, sing rumongso apik ya dilakoni menurut versimu." Lalu dilanjutkan,"jangan mengejar kebenaran, karena kita tidak akan bisa sanggup mengejar kebenaran." Karena kebenaran hanya milik Allah. Sesuatu yang paling nampak untuk menjadi bekal kita adalah kebaikan dan amal sholeh.
Memasuki waktu hampir menjelang tengah malam, Kiai Kanjeng mengisi acara dengan sebuah mengajak para jamaah untuk ikut aktif menyanyikan lagu-lagu anak Topi Saya bundar dan Burung Kakak Tua. Kiai Kanjeng mengemas lagu anak tersebut sedemikian rupa dengan menyisipkan nilai untuk belajar seirama walaupun berangkat dari perbedaan. Hingga suasana kembali segar, seperti sengaja merefresh otak kita yang dari tadi diajak untuk memaknai segala sesuatu yang dipaparkan oleh Simbah.
Sekaligus kesempatan untuk merepresentasikan hasil diskusi 3 kelompok yang telah dibagi tadi. Beberapa diantaranya untuk mencari tahu nama sanak keluarga bapak-bapak yang pernah menjadi pemimpin negeri ini, atau tentang 4 keputusan Soeharto pada waktu beliau bersedia turun dari kursi presiden. Hal tersebut secara tidak langsung mengajak semua yang ikut acara sinau bareng untuk tidak mudah memprasangkai peristiwa sejarah. Karena itu hanya jarene-jarene si penulis sejarah. Pada akhirnya juga kembali ke diri kita untuk diambil kebaikan dari peristiwa sejarah untuk diolah menjadi output aktualisasi kebaikan.
Menjelang acara berakhir, Pak Muzzamil diberi kesempatan oleh Simbah untuk menyampaikan sesuatu. Beliau hanya berpesan jika tidaklah benar kalau Islam disebarkan dengan peperangan. Beliau meminta jangan menyamakan keadaan sekarang dengan zaman dimana Rasulullah masih hidup. Karena dulu peperangan itu pun terjadi lebih ke masalah pembebasan budak. Yang pasti pesan dari Pak Muzzamil, "Yang diwajibkan oleh Rasulullah adalah mencari ilmu." Keislamannya bisa nampak bagaimana seseorang berperan terus sebagai "tholabul 'ilmi".
"Indonesia tetap selamat karena ada rakyat seperti anda, yang disayang oleh Allah karena diapusi." Dengan harapan bisa membangun peradaban menjadi 'insan kamil' dari ngrumat Tidar dan menyusun kawicaksanan. Dan sejatinya insan itu bukan merujuk kepada sebuah bentuk, akan tetapi lebih ke sifat  yang kamil,yang sempurna/jangkep. "Mugo-mugo diapusi terus." terang Simbah sambil mengajak bergembira bersama-sama. "Kalau anda sudah mau ber-tafakkur sampai malam-malam, yuk kembali turun ke bumi!" Pungkas Simbah di akhir acara. Acara pun ditutup dengan doa bersama-sama.
Magelang, 14 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H