Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Menuju Kebaikan, Bergegaslah!

18 Maret 2019   11:40 Diperbarui: 18 Maret 2019   11:51 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Mbah Nun, Allah pun memanggil hamba-Nya Yaa ayyuahalladzina 'amanuu atau yaa 'ayyuhannaas. Tidak pernah Allah menyapa yaa 'ayyuhal 'ulama atau yaa 'ayyuhal ustadz. Dalam keromantisan mencari ilmu disini, Simbah mengatakan bahwa tidak usah ada hierarki dalam hubungan manusia dengan Allah. Puncaknya inna akromakum indallahi atqokum. Pada prisnsipnya ilmu itu anda mendapatkannya langsung dari Allah.

Tradisi musabaqoh dalam fastabiqul khairat menurut Simbah adalah sejatinya ndisik-ndisikan dalam mencari ridho Allah. Allah sendiri tidak pernah mengajarkan manusia untuk menang dari orang lain, tapi menang atas nafsunya sendiri. Letak islamnya adalah Al-khairat atau kebaikan, bukan fastabiqul yang masih membutuhkan subjek yaitu manusia sebagai pelakunya. Untuk menuju kiblat kita masing-masing yang menjadi sebuah tujuan. Kita mesti faham terlebih dahulu dimana letak tujuan itu. 

Misalnya, secara letak geografis kiblat kita adalah Ka'bah yang berada di Mekkah, tapi bukankah sejatinya letak Ka'bah itu berada di dalam iman seseorang? Setiap orang menurut Simbah mempunyai hak dan musabaqah untuk mencapai Allah. Seolah Siimbah mengajak para jamaah untuk lebih dalam memaknai ayat Al-Baqarah 148.

Sandaran Makna

Selingan Lagu Keramat oleh Kiai Kanjeng serasa menjadi kesegaran tersendiri sebelum Mas Sabrang mulai menjelaskan tentang seberapa bahasan tema malam ini perlu lebih dalam dipahami. 

Segala kebaikan yang kita cari akan berujung pada kebenaran, setidaknya bagi pemikirannya sendiri. Maka dari itu, kemandirian berpikir perlu lebih dipertajam. Sedang semua kebenaran-kebenaran tersebut kalau resolusinya diperbkecil, kebenaran hanya tersusun akan kata yang membentuk menjadi sebuah kenyataan, fakta, ataupun makna.

"Berfikir itu susah, makanya manusia lebih suka menghakimi daripada berfikir " kata Mas Sabrang. Satu hal dapat menimbulkan banyak fakta. Dan satu fakta itu sendiri dapat menimbulkan banyak makna. 

Padahal untuk sampai ke fakta dan makna, kita perlu paham posisi dari suatu bahasa dan kata. "Karena kata-kata adalah resolusi paling rendah dari sebuah konsep" lanjut Mas Sabrang. Mas Sabrang memberi contoh 'cinta'. Cinta akan kehilangan makna jika terucap oleh kata, karena kata-kata tidak mampu mewakili arti cinta itu sendiri. Masih banyak kata yang belum bisa mewakiti makna dari suatu rasa.

Nyata adalah suatu hal yang dapat kita respon, sedang fakta adalah sesuatu yang bisa kita observasi dan bisa dibuktikan bersama. Baru setelah kedua hal tersebut, kita baru akan menemukan suatu makna yang mengandung arti kebenaran. 

Jika bisa mengurai ketiga hal tersebut setidaknya akan tumbuh kedaulatan berfikir. Walapun, kebenaran yang ditemukan masih bersifat pribadi, kita masih perlu waspada. Karena kebenaran yang ditemui, belum pasti mengandung kebenaran kolektif ketika diterapkan ke pemikiran masyarakat luas.

Kita tidak bisa menuntut sains mencari makna, karena tugas sains adalah mencari fakta. Sebuah pengalaman hidup selalu meliputi kenyataan dan fakta hingga pada akhirnya kedua hal tersebut akan menimbulkan makna dengan cara yang berbeda. Mungkin jargon 'pengalaman adalah guru yang sangat berharga' karena kita banyak temukan makna dari pengalaman hidup yang kita lalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun