Ini hanyalah sebuah essai tentang seseorang yang sangat saya cintai dan Tuannya, dan dicintai banyak orang bahkan beliau sendiri ialah kekasih Tuannya. Ini tentang mencintai, jadi jangan baca kalau anda kurang suka tentang arti mencintai. Jangan baca jika anda masih egois karena ini tentang junjunganku, panutanku, serta kekasihNya.
Ini tentang agamaku yang entah mengapa aku sendiri merasa semakin cinta terhadap saudara-saudaraku yang beda pemahaman agama tentang perspektif agama itu sendiri. Cinta yang sangat sungkan dan sulit terungkapkan, kenapa agamaku jadi sangat begitu anarki seperti ini. Tidak seperti yang panutanku ajarkan, contohkan, amalkan. Atau memang karena saya ini terlalu bodoh untuk menahan kata-kata.
Saya yakin dengan agamaku, sangat sangat sangat yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah. Walaupun saya masih tidak suka jika lafadz tersebut mesti dituliskan sebagai simbol, apalagi mesti ditempel-tempel pada kendaraan pribadi sebagai pembuktian kepribadian saya.Â
Kalau bisa hal-hal tersebut jauh saya sembunyikan agar orang lain tidak bisa melihat dan mengidentifikasi agamaku. Saya sangat yakin jika Allah itu Maha Baik, Maha Mengetahui.Â
Menciptakan perbedaan, karena itu akan memperindah suasana. Bagaimana kita bisa saling melengkapi dan menjaga kerukunan dengan tujuan kesejahteraan bagi semuanya, bukan untuk golongannya sendiri.
Tuhan menciptakan manusia bukan untuk saling menyalahkan dan membenarkan. Tuhan menyuruh kita untuk mempercayai kitab-kitab-Nya, yang disampaikan melalui orang-orang pilihan. Dari Zabur sampai Al-Qur'an. Saya sebagai seorang yang menganut islam, saya percaya akan firman-firman Tuhan yang tertera dalam kitab-kitab Allah pun sebelum Al-Qur'an.
Kalau anda sering memasak pasti akan merasakan sedikit banyaknya pandangan tentang arti mencintai. Kalau anda suka memasak tidak mungkin hanya memasak nasinya saja, atau lauknya saja, atau sayurnya saja. Lauknya bisa macam-macam, begitupun sayurnya. Dalam proses penyajiannya, pasti ada urutannya, agar semua tersaji sesuai jadwal. Anda secara tidak langsung mempunyai naluri dan insting sendiri dalam menyiapkan jadwal makan buat seseorang yang anda cintai.
jika anda menyajikan berbagai menu tadi untuk keluarga anda, apakah anda hanya menyarankan satu menu saja untuk dimakan dengan alasan jika makan menu sop, misalnya, anda termasuk orang baik dan dijamin sehat oleh anda.Â
Sedangkan yang memakan menu selain sop tidak baik dan tidak ada jaminan sehat dari anda. Sekarang pertanyaan saya adalah, apakah begitu pola pikir anda kalau anda memasak? Apa tujuan anda memasak berbagai menu? Kalau pada penyajiannya anda hanya menjamin satu masakan saja yang baik dan sehat.
Tujuan anda memasak berbagai menu karena mungkin si bapak suka sop, kakak suka oseng sambal, adek suka mie goreng, nenek suka bubur. Anda begitu tau apa yang mereka suka, jadi anda memasak variasi menu yang sesuai keinginan mereka.Â
Supaya semua bisa menikmati hidangan yang mereka sukai dalam waktu dan tempat yang sama, tanpa ada yang merasa terpaksa ikut makan apa yang bapak suka. Kakak walaupun suka oseng sambal, boleh juga makan sop kalau ingin mencicipi, begitupun dengan yang lain. Agar semua bahagia, rukun, dan saling memahami, saling berbagi demi menciptakan kesehatan bersama, jasmani maupun rohani. Makan untuk jasmani, sedang kebahagiaan itu untuk rohani.