Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni Mencontek

29 Desember 2018   09:38 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang naik pesawat ingin merasakan nikmatnya berlayar diatas lautan. Mereka yang berpuasa sehari-hari dengan segala keterbatasan, memimpikan berbuka puasa suatu saat dengan semaunya. Seolah-olah dunia bisa digenggamnya. Orang-orang kaya dan pintar berlomba-lomba memimpikan kekuasaan dengan dalil membangun negara.

Si Kancil sejatinya masih bisa diakali oleh Si Siput. Dia merasa pandai dan yakin pasti bisa menang dengan segala kelebihan yang dimilikinya dibanding Si Siput. Tapi justru Si Siput berhasil menundukkan kesombongan Si Kancil. Si Pintar lupa, jika ingin membangun negara maka ia harus membangun dirinya terlebih dahulu. 

Bagaimana dia berhasil jika masih memiliki ego kepentingan pribadi dalam dalil membangun negara yang menanggung beratus-ratus juta nasib rakyat negera tersebut. Kalaupun dia berhasil masuk ke jajaran pemerintah, saya yakin ia tidak akan membangun malah justru memperparah keadaan.

Untuk rakyat negara tersebut begitu baik, sabar, pemaaf, dan lebih ke sikap acuh terhadap segala kondisi negara. Yang penting bagi mereka bisa makan tercukupi sehari-hari. Atau kalau sedikit religius ya "in lam takun 'alayya ghodlobun fala 'ubali", asalkan Engkau tidak marah kepadaku.

Mencontek merupakan  suatu hasil olah budaya dalam dunia pendidikan yang tidak bisa disalahkan selama tujuan dari sistem masih berupa nilai dan angka. Sampai kapanpun kalau tidak dirubah dasar tujuannya, jangan harap negara ini akan terbebas dari Si Pintar yang licik, lisannya membangun negara, tapi hatinya berkata 'aji mumpung'

Tidak ada yang benar dan salah. Perbedaan ada untuk lebih menegakkan kesatuan. Mari kita mulai dengan bercermin diri. Kita mulai dari merubah diri kita sendiri. Kita mulai dari merubah diri kita sendiri. Belajar lebih mengenal diri kita. Kita tidak wajib mengubah negara ini. Jikalau iya, itu merupakan sedekah kita buat negeri tercinta ini. 

Sehingga itu menjadi suatu laku keikhlasan akan rindu terhadap kekokohan pancasila tanpa tendensi berkuasa. Jadilah pemimpin sejati, tanpa perlu menjadi apa-apa, tanpa ingin dipandang siapa-siapa, kecuali pandangan Tuhan yang selalu terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun