Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni Mencontek

29 Desember 2018   09:38 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:05 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mereka saling bergotong royong untuk bersama mendapatkan hasil yang terbaik. Kalau cara berfikirnya seperti itu, apakah saling mencontek masih dikatakan perbuatan dosa? Dalam situasi seperti ini, tentu teman yang tidak mau memberikan jawaban akan mendapatkan sanksi sosial dari teman-teman yang lainnya. 

Dicap sebagai orang pelit, pokil, sok pintar, dan masih banyak lagi. Tentu sanksi sosial lebih ditakuti daripada nilai yang jelek. Nilai yang jelek masih bisa diperbaiki melalui remidi, sedangkan sanksi sosial butuh waktu dan ketetapan moment untuk memperbaikinya.

Jika sistem pendidikan kita masih mempertahankan tolak ukur keberhasilannya adalah nilai atau angka. Anak-anak yang masih begitu polos, menapaki jalan puluhan kilometer, mempertaruhkan nyawa dengan menyebrangi sungai dengan jembatan yang hampir rubuh, dengan uang saku seadanya bahkan tanpa sepeser pun uang saku dan hanya bisa menjerit di kesunyian batinnya ketika melihat teman-temannya melahap berbagai jajanan di sekolah tanpa memperhatikan berapa banyak uang yang harus mereka keluarkan. Sistem pendidikan begitu kejam dan tidak pandang bulu. 

Mau kaya ataupun miskin, jalan kaki atau naik pesawat pun, 10.000 atau 500. Itu semua tidak berpengaruh dalam pengelompokan sejati dalam dunia pendidikan, yaitu pintar dan bodoh. Karena sistem pendidikan sampai saat ini merucut pada pengelompokan kasta pendidikan tersebut.

Sesungguhnya saya pun tidak setuju jika ada yang menyebut orang bodoh. Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini. Tidak ada ciptaan-Nya yang bodoh, semuanya begitu indah dengan kepasitas baik yang positif maupun negatif. Agar mereka saling melengkapi. Bukannya untuk mengkotak-kotakkan atau memberi perbedaan. 

Orang yang profesinya hanya ada di depan komputer belum tentu bisa menanam padi dengan baik dan benar. Disuruh menanam malah membayar orang lain karena tidak mau kotor-kotoran. Kecuali kalau ada pers atau wartawan, dia bakal bersedia kotor-kotoran demi citra yang baik di hadapan rakyat.

Terlebih lagi kalau sampai ada yang bilang 'gak punya akal'. Rasanya ingin hati saya untuk mengajukan surat permohonan izin kepada Tuhan untuk mencongkel mulutnya. Tuhan saja tidak marah jika ciptaan terbaik-Nya dikatakan 'gak masuk akal', yang mengejek ya sejenis pula dengan ciptaan-Nya. 

Untung saja Tuhan juga berpuasa menahan segala keinginan-Nya untuk segera mungkin membinasakan manusia-manusia munafik dengan memberi banyak kesempatan dan waktu untuk bertaubat.

Orang bodoh itu bukannya tidak pintar. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas, akses informasi, kuantitas informasi, dan daya tampung untuk informasi yang sama dengan apa yang disukainya. Jika seseorang suka musik, bagaimana bisa dia suka pertanian? 

Jika seseorang suka kimia, bagaimana ia tahu tentang kosmografi? Walaupun itu semua juga masih sangat mungkin. Yang mempengaruhi adalah ketersediaan seseorang dalam mempelajari sesuatu. Semua buruh petani menurut saya merupakan insinyur tanpa secarik kertas legalitas keinsinyuran.

Jika sistem pendidikan menjadi doktrin  yang me-mindset pola fikir kita sedemikian rupa sehingga strata-strata sosial secara tidak langsung terbentuk melalui hasil dari proses pendidikan. Menuju standar hidup yang makmur dan sejahtera. Seorang pejalan kaki suatu saat ingin dapat memiliki mobil, yang sudah memiliki mobil ingin memiliki pesawat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun