Hai Kompasianers, Tau gak sih kalau pada hari Jumat tanggal 5 Mei 2023 kemarin diadakan sebuah sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kominfo yang bekerja sama dengan BAWASLU, KPU dan UIN Sunan Kalijaga. Mengingat tanggal pencoblosan yang sudah makin dekat maka sosialisasi ini penting untuk diadakan.
Sosialisasi ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Bapak Hamdan Kurniawan,S.I.P., MA selaku ketua KPU DIY, Ibu Strisnowati, SH., MH., M.Psi selaku Ketua Bawaslu DIY, Vania Youanda sebagai influencer, dan Ahmad makarim Pramudita selaku Presiden BEM UIN Sunan Kalijjaga.
Fokus pada sosialisasi ini lebih mengarah untuk menyadarkan para anak muda akan pentingnya mengikuti sebuah pemilu. Dengan judul Pemuda Sadar Pemilu, sosialisasi ini membahas berbagai keresahan serta kebingungan para Gen Z dalam menghadapi pemilu, khususnya pemilu 2024.
Melihat perkembangan zaman yang sudah sangat maju, kita semakin mudah untuk memperoleh dan mengirim informasi. Tapi jika kita tidak memiliki kemampuan untuk menyaring informasi tersebut dengan tidak menerima dan mengirimnya secara mentah mentah maka akan banyak masalah yang bisa terjadi. Maka dari itu sangat penting untuk seseorang memiliki kemampuan ini. Hal inilah salah satu yang ingin dicapai pada sosialisasi ini.
Jika membahas sebuah pemilu maka tidak lepas dengan berbagai macam masalahnya, mulai dari Politik uang, Pendistribusian logistic, Validasi data, Penyebaran Hoax dan munculnya buzzer yang menyebarkan Hate speech.
Berbagai pertanyaan muncul pada benak para anak muda, termasuk saya sendiri bagaimana cara kita agar tidak termakan hoax yang bertebaran di media sosial. Mengingat bahwa media sosial menjadi sebuah platform yang paling digemari anak muda untuk memperoleh informasi. Dikutip dari Kominfo.go.id, “Kementrian komunikasi dan informatika telah mengidentifikasi sebanyak 425 isu hoaks yang beredar di website dan platform digital.”
Melihat pada pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE disebutkan “Setiap orang yang sengaja menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.” Dengan sudah adanya larangan dalam penyebaran berita hoax maka kita harus lebih berhati hati dalam menyikapi berita yang kita dapat. Bisa jadi kita tidak bermaksud untuk mneyebarkan berita hoax tersebut, tapi karena ketidak tahuan kita akan aktualitas berita tersebut maka dapat menjadi masalah untuk diri sendiri.
Selain kemuculan Hoax, fenomena Buzzer sebagai pion actor politik untuk mengampanyekan dan memanipulasi opini publik melalui sosial media. Buzzer sendiri bisa menjadi hal yang positif jika digunkan dengan sportif, namun jika buzzer digunakan untuk menjatuhkan citra lawan politik tentu akan merugikan pihak lain. Meskipun hal ini sudah tertera pada Pasal 28 ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)” masih saja banyak oknum yang bermunculan.
Dilihat dari dua masalah diatas, sebagai Gen Z yang masih polos akan informasi per politikan maka kemungkinan besar kita akan menerima mentah mentah apa yang terpampang didepan layar kita. Lalu bagaimana kita bisa menentukan siapa yang akan kita pilih sesuai apa yang kita harapkan dan bukan karena terpengaruh opini diluar sana yang belum pasti.
Seperti yang dikatan oleh Vania Youanda dalam forum sosialisasi yang diadakan hari jumat lalu, “Jika kita menemukan sebuah opini di sosial media, tugas kita bukanlah mengecek siapa pengirim informasinya namun yang harus dicek adalah kebenaran dari informasi tersebut.”
Cara lain yang bisa kita lakukan sebagai GenZ yang merupakan generasi cerdas berinformasi maka dalam menyikapi Hoax yang bertebaran kitab isa memulai dengan Critical Thinking seperti yang dikatakan oleh Ahmad Makarim saat sesi bicaranya pada Forum sosialisasi, “ Dengan Critical Thinking, kita dapat menganalisis secara menyeluruh, meluas terhadap informasi informasi yang ada di pemilu 2024”. Ia juga menyarankan para anak muda yang masih bingung akan kebenaran informasi untuk menanyakan pada para ahli sesuai bidangnya dengan harapan sebagai rujukan dan landasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H