Mohon tunggu...
Tatya OsyaAtyang
Tatya OsyaAtyang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 22107030047

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Last of Us, Lightyear, Sampai Star Wars Menjadi Salah Satu Efek dari Rusaknya Industri Film karena Propaganda SJW?

11 Februari 2023   23:19 Diperbarui: 11 Februari 2023   23:24 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: © 2021 Disney/Pixar

SJW atau Social Justice Warrior mengarah kepada orang atau kelompok dengan pandangan yang terlalu tertarik akan isu penerapan kesetaraan ras, gender, multikulturalisme dan politik identitas tanpa tau apakah mereka yakin akan pendapat dan pandangan mereka itu benar.

Istilah SJW sudah ada sejak awal 2000-an kemudian mulai populer saat istilah tersebut masuk  twitter. Pada awalnya julukan SJW merupakan pujian yang positif, namun seiring waktu istilah tersebut menjadi negatif karena mereka terlalu ingin membenahi masalah sosial.

 Semakin lama efek dari maraknya SJW tidak hanya di media sosial, namun sudah mulai memasuki ranah industri perfilman terutama Hollywood. Hal tersebut terjadi karena para SJW membuat para film maker sebagai kambing hitam dari pemikiran mereka. Jika ada hal yang tidak sepemikiran dengan mereka , SJW tidak segan untuk melecehkan, mendoxing, bahkan memberikan ancaman. Sebagai contoh J.K Rowling, seorang penulis yang terkenal dengan mahakaryanya yaitu Harry Potter, hanya karena dia adalah seorang TERF ( trans-exclusionary radical feminist ) ia dikecam oleh berbagai pendukung gerakan transgender diluar sana.

Pengaruh SJW pada film dan series

Belum lama ini rilis sebuah series yang diadaptasi dari sebuah game berjudul The Last Of Us dengan synopsis ceritanya hampir mirip dengan yang ada  di game. Pada episode ke 3 dari series ini dengan judul “Long, Long Time” mengisahkan tentang Frank dan Bill yang mana mereka adalah pasangan gay. 

Episode ini menuai banyak ulasan yang kontroversi, ada banyak orang yang geram terutama orang Indonesia karena hubungan frank dan bill pada game tidak ditunjukkan se-eksplisit seperti yang ada di series, bahkan hampir seluruh durasi episode 3 ini menceritakan hubungan gay frank dan bill.

Sumber: © 2021 Disney/Pixar
Sumber: © 2021 Disney/Pixar

Selain series The Last Of Us, yang lebih miris ada pada film Lightyear (2022) yang merupakan spin-off dari film Toy Story. Film yang mendapat rating PG13 ini menuai kontroversi sebab pada film ini juga menampilkan sebuah adegan LGBT dimana terdapat adegan ciuman antara permpuan dan perempuan. Banyak orang yang berfikir itu tidak etis karena pada dasarnya film kartun itu diperuntukkan untuk anak kecil.

Feminisme tidak luput hadir dari perfilman Hollywod. Kalian pasti tidak asing dengan trilogi sequel film Star Wars yang dimana karakter utamanya adalah seorang perempuan. Yak, Star Wars Episode VII, VIII, IX yang dimana pemeran utamanya adalah cewe yang sangat overpower, bahkan hanya dengan Latihan yang sedikit ia mampu mengalahkan Kylo Ren.

First look at Velma, Shaggy, Daphne, and Fred in the upcoming adult HBO Max series ‘Velma.’ via Twitter foto by @PopBase
First look at Velma, Shaggy, Daphne, and Fred in the upcoming adult HBO Max series ‘Velma.’ via Twitter foto by @PopBase

Perubahan Ras pada karakter kartun juga membuat geram. Kalian tau shaggy dan velma? Mereka adalah anggota dari Mystery Inc pada serial tv Scooby doo. Perbedaan drastis terlihat sangat jelas dimana mereka yang aslinya berkulit putih, namun sekarang mereka diubah menjadi berkulit hitam dan lagi tubuh velma kini menjadi lebih gemuk.

Kenapa kebanyakan orang Indonesia menanggapinya dengan berbeda?

Untuk masalah Feminisme dan pemaksaan Diversity sebuah karakter mungkin jika tidak berlebihan dan masih masuk akal akan masih bisa diterima, namun karena yang ditampilkan sudah terlalu berlebihan itu membuat mereka merasa “cringe”. Kebanyakan anggapan orang Indonesia jijik terhadap hal hal berbau “pelangi” karena pada dasarnya bangsa Indonesia bermayoritas muslim yang mana LGBT sendiri dilarang dalam agama islam.

Lalu kenapa masih banyak saja film Hollywood yang menjadi bahan propaganda kaum sjw?

Ya sebenarnya kejadian ini sudah sering terjadi dalam film film Hollywood, karena pada  dasarnya kultur negara barat berbeda dengan kultur Indonesia. Sudah banyak negara yang melegalkan LGBT di negara mereka, hal tersebut agar mereka kaum yang dulunya terpinggirkan dapat menyatu dan diterima dalam masyarakat. Hal tersebut karena uang, iya uang. Dengan memasukkan unsur unsur LGBT, Feminisme, dll membuat pasar dari film tersebut semakin luas. Tentu meluaskan pasar adalah hal yang wajar bahkan baik untuk kelangsungan sebuah industri karena bagaimanapun Hollywood adalah sebuah industri yang mementingkan profit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun