"Jawab!" Teriakannya semakin histeris, air mata pun semakin deras membasahi pipinya.Â
"Itu jari kekasihmu, sayang. Masa kau tak ingat jari yang merebut genggamanmu dariku." Aku menjawab dengan santainya.Â
Mendengar pernyataan itu, tangisan Intan semakin menjadi-jadi, Â menjambak rambutnya, mencium jari manis itu.Â
"Kamu jahat! Kemana bagian tubuh lain kekasihku?!"Â
Aku menggeleng, membalikkan badan, pergi secepat kilat meninggalkannya sendiri dengan kado yang tidak akan terlupakan hingga ia mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H