"Selamat ulang Tahun ... saat ini aku telah berusaha mewujudkan cita-citaku menjadi pemburu," aku menyodorkan bungkusan itu ke arah Intan," ini adalah buruan pertamaku dan aku persembahkan untukmu sebagai kado ulang Tahun yang semoga kau tidak akan melupakan pemberianku ini."Â
Intan menerima pemberianku, mulutnya menyabit. Membuat kebahagiaan yang sempat hilang datang kembali.
"Maafkan aku jika setelah ini senyummu akan muram, sayang." Batinku seraya menatap dalam matanya.Â
"Aku boleh buka ini?"
"Ah? Iyah boleh silahkan kau buka." Aku mengelus kepalanya, namun ia menghindar. Aku tersnyum.
Ikatan pita dilepasnya, lipatan demi lipatan terbuka. Setelah isinya terbuka, intan histeris seraya menjatuhkan kado itu.
"Itu apa?!" Intan berdiri, tatapannya berubah tajam. Dia menunjuk bungkusan yang berisi jari manis.Â
Belum aku jawab, dia membungkuk, memberanikan diri untuk menjimpit jari manis itu, air mata keluar dari kelopak matanya. Cincin dengan permata di atasnya melingkar.Â
"Ini jari siapa!" Bentaknya, seraya memukul dadaku dan menghadapkan jari manis persis di depan mataku.
Pertanyaannya tidak menyita perhatian banyak orang. Aku sangat beruntung, karena hari ini taman tidak seramai di hari sabtu dan minggu. Hanya ada beberapa pasangan di sudut taman, belakang pohon besar.
Aku tersenyum.