Mohon tunggu...
Alonzo Jethro
Alonzo Jethro Mohon Tunggu... -

(nama samaran) kini menjalani studi filsafat di STF Driyarkara. Dengan prinsip hidupnya "Belajar tak kenal usai", ia mencoba menguak berbagai pertanyaan yang timbul seketika maupun yang sudah lama ingin diketahui sehingga dapat dijawab dengan akal yang diterima secara sehat. Pemuda Kristiani ini ingin mencoba menemukan kehendak Tuhan pula dalam hidupnya dan tak kenal lelah untuk melihat segala sesuatu sebagai "sentuhan" tangan Tuhan sendiri. Sebagai seorang yang ingin terus maju dalam hidupnya, Bahasa dan Psikologi adalah hal yang menjadi minat hidupnya. Info lebih lanjut... dapat ditanyakan melalui komentar Anda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rayakan Batik Indonesiaku!!!

4 Oktober 2010   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 2666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Batik Identitas dan Kebanggaan Bangsaku

1. Mukadimah


Bukan merupakan hal yang membanggakan jika suatu bangsa melupakan budayanya sendiri. Identitas bangsa memang tidak selalu melekat pada kebudayaan yang dihasilkannya, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa setidaknya kebudayaan telah menjadi hal yang cukup mewakili identitas suatu bangsa, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri bangsa itu.

Contoh yang dapat diungkap di sini, misalnya, China yang identik dengan hasil porselen dan perhiasan gioknya, Mesir dengan perkakasnya yang cukup maju, Jepang dengan teknologinya yang cukup memimpin di tengah kemajuan dunia, dsb.

Untuk merayakan Hari Batik Internasional pada 2 Oktober 2010 ini, tulisan ini pun dibuat. Apalah yang dapat membuat suatu bangsa bangga kalau bukan budaya yang dimilikinya sendiri. Batik merupakan jawaban sekaligus simbol yang amat jelas bagi kehadiran Indonesia yang otentik. Semoga dunia internasional yang telah menghargai budaya kita dengan menetapkan hari Batik Internasional setahun yang lalu tidak kemudian membuat kita bangga dalam sejenak, melainkan mau terus bangga dan melestarikan secara aktif budaya batik ini melalui tulisan, pengetahuan yang mentradisi, dan membudayakan batik sebagai bagian dalam hidup berbangsa kita, bangsa Indonesia.

2. Istilah Batik


Sebelum mendalami batik lebih jauh, perlu diketahui apa sebenarnya definisi kata "batik" itu sendiri. Ada banyak sumber yang menjelaskan pengertian "batik" secara berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1] (KBBI), kata batik dijelaskan sebagai suatu kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menerapkan malam pada kain itu kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu; kain batik. Hal ini berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh Hamidin. Dalam bukunya[2], ia menjelaskan bahwa kata "batik" berasal dari dua kata (bahasa Jawa), yaitu "amba" dan "nitik". Amba dalam bahasa Jawa berarti menulis, sedangkan nitik secara harfiah berarti tetesan. Jadi, gabungan kata "amba" dan "nitik" menjadi "mbatik" yang diartikan sebagai cara menulis dengan tetesan (lilin/malam) di atas kain. Dalam Ensiklopedia Indonesia[3], dituliskan bahwa batik adalah suatu cara untuk melukis di atas kain (kain mori, katun, tetoron katun, ada kalanya kain sutra, dll.) dengan cara melapisi bagian-bagian yang tidak berwarna dengan lilin yang disebut juga malam (bahasa Jawa). Sejalan dengan kedua pengertian terakhir ini, Ensiklopedia Nasional Indonesia menuliskan bahwa batik merupakan suatu seni tradisional asli Indonesia dalam menghias kain dan bahan lain dengan motif hiasan dan bahan pewarna khusus.

Jika melihat berbagai definisi di atas, secara ringkas dan padat dapat disimpulkan bahwa kata "batik" awalnya merupakan suatu "proses" menulis atau melukis kain (mori, dll.) dengan menggunakan tetesan pewarna olahan (malam). Pengertian ini identik dengan akar kata bahasa Jawanya, yaitu mbatik (amba dan nitik). Pada perkembangannya, "batik" (bahasa Indonesia) lebih diartikan sebagai suatu "kain" yang dilukis atau ditulis dengan lilin dan pewarna dengan motif-motif yang tertentu.

3. Batik di Indonesia dan Batik Jawa


Sebagai hasil budaya, batik memang cukup menonjol di Indonesia. Melalui proses yang ada, batik ternyata bukan hanya hasil budaya yang terbatas dalam suku tertentu saja di Indonesia. Dalam kenyataannya, batik merupakan hasil budaya yang berasal dari beragam suku dan daerah di Indonesia. Karena keberagaman inilah, batik di Indonesia pun memiliki kekhasannya masing-masing. Ada pun beberapa batik hasil budaya yang telah mewarnai kehidupan masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut.

a) Batik Bali

b) Batik Banyumas

c) Batik Ciamis dan Tasikmalaya

d) Batik Cirebon

e) Batik Garut

f) Batik Indramayu

g) Batik Jambi

h) Batik Lasem

i) Batik Madiun

j) Batik Madura

k) Batik Pekalongan

l) Batik Sidoarjo

m) Batik Solo

n) Batik Tuban

o) Batik Wonogiri

p) Batik Yogyakarta

Secara khusus, yang akan diuraikan lebih dalam di sini adalah Batik Jawa. Batik Jawa memang tampak menjadi hasil budaya luhur di Indonesia yang sudah jamak dipakai di Indonesia. Selain itu, Batik Jawa merupakan batik yang memiliki kekhasan yang kaya dibandingkan dengan batik lainnya.

4. Pembuatan Batik

Bahan-bahan


Sebelum membuat batik, ada bahan-bahan dasar yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan-bahan dasar pembuatan batik adalah sebagai berikut.

1) Kain Mori


Kain mori adalah kain katun putih yang ditenun secara sederhana. Karena kain ini polos dan berwarna putih, kain ini dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam melukis batik. Setidaknya ada tiga macam kain mori berdasarkan kualitasnya:

a) Mori Primissima[4]. Kain mori ini adalah kain mori yang paling halus dan dapat digunakan untuk membatik kain batik halus. kain batik ini memiliki kualitas yang tertinggi di antara kain mori jenis lainnya.

b) Mori Prima[5]. Kain mori prima adalah kain mori yang mempunyai kualitas nomor dua setelah mori primissima. Kain mori ini digunakan untuk membatik tulis pun cap.

c) Mori Biru[6]. Kain mori ini adalah golongan kain mori yang memiliki kualitas sederhana. Kain ini dapat digunakan untuk membatik kasar dan sedang. Kain ini sebenarnya jarang dipergunakan karena kurang baik kualitasnya dan kurang diminati oleh banyak orang. Kerap digunakan pula sebagai pembungkus jenazah.

2) Malam


Malam (bahasa Jawa) adalah zat padat yang diproduksi secara alami. Karena bentuknya yang seperti lilin, dalam bahasa sehari-hari malam dikenal sebagai lilin. Malam ini digunakan untuk melapisi pola batik pada kain mori (bahan dasar batik) sehingga tidak tembus saat dicelupkan ke dalam pewarna. Malam ini dibuat dengan mencampurkan beberapa bahan seperti gondorukem, damar mata kucing, parafin, microwax, dan kendal[7].

3) Pewarna


Zat warna (pewarna) adalah cairan pewarna yang akan digunakan untuk pencelup kain batik yang sudah dilapisi malam sehingga membuat batik berwarna dan bercorak/bermotif sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pola batik yang sudah direncanakan menggunakan lapisan malam tadi. Zat pewarna ada dua, yaitu pewarna alam dan pewarna sintetis. Zat pewarna alam diperoleh dari alam baik dari hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan (akar, batang, daun, buah, kulit, dan bunga). Zat pewarna sintetis berasal dari bahan-bahan kimia.

Peralatan


Selain menggunakan bahan-bahan di atas, ada pula peralatan yang dipakai dalam membuat batik. Beberapa peralatan[8] yang akan dipakai dalam membuat batik, yaitu

a) Gawangan. Alat ini merupakan perangkat kayu yang

dibuat seperti gawang dan digunakan untuk memben-

tangkan mori saat dibatik. Biasanya gawangan dibuat

dari kayu atau bambu sehingga ringan, tetapi tetap kuat.

b) Bandul. Bandul adalah gantungan kain yang berisi timah, kayu, atau batu sebagai pemberat. Bandul digunakan untuk menjadi pemberat/penahan mori agar tidak mudah tergeser angin atau tertarik tangan saat dibatik.

c) Wajan. Wajan adalah perkakas untuk mencairkan "malam". Dibuat dari logam baja atau tanah liat.

d) Anglo. Anglo (kompor kecil) digunakan untuk memanaskan wajan yang berisi malam.

e) Tapas. Tapas (ilir/kipas) merupakan alat untuk membesarkan api arang jika meng-gunakan anglo berbahan dasar arang.

f) Taplak. Taplak adalah kain penutup paha si pembatik supaya tidak terkena tetes-an "malam" panas saat melapisi malam pada kain mori yang dibatiknya.

g) Saringan malam. Saringan malam adalah alat yang digunakan untuk menyaring malam panas yang diambil dari wajan sehingga kotoran yang ada dalam malam panas itu dapat tersaring.

h) Dingklik. Dingklik adalah tempat duduk kecil dari kayu bagi pembuat batik.

i) Canting. Alat yang terpenting dan khas dalam membuat batik tulis adalah alat.

Alat-alat yang disebutkan di atas adalah yang digunakan pada proses membatik tulis. Sesuai perkembangannya, proses pembuatan batik tidak lagi hanya dilakukan dengan cara batik tulis. Selanjutnya, batik dibuat dengan cara cap-dengan menggunakan pola cetakan tertentu, sablon, printing-menggunakan mesin printer besar dalam pabrik, dan kombinasi-gabungan atau campuran dari berbagai teknik pembuatan batik.

Tahap-tahap Membuat Batik[9]


Proses pembuatan batik tulis melalui beberapa tahap. Berikut ini adalah tahap-tahap membuat batik.

1) Pencucian. Tahap pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan batik adalah pencucian kain mori yang akan digunakan untuk membatik. Pencucian ini dilakukan dengan membilas kain mori dengan air bersih sehingga kotoran pada kain dapat terangkat dan kain menjadi tidak kaku.

2) Pengkanjian. Proses kedua adalah pengkanjian. Proses ini merupakan proses memberikan kanji kepada kain dengan melapisinya. Proses ini bertujuan untuk membuat kain menjadi lebih mudah untuk digambari motif batik.

3) Pengemplongan. Proses ini dilakukan dengan cara menggulung kain dan melipatnya. Kain yang sudah dilipat ini kemudian dipukuli dengan palu atau gada kayu. Tujuan dari proses ketiga ini adalah membuat kain yang akan dibatik menjadi tidak terlalu kayu dan juga tidak terlalu lemas.

4) Ngelowong. Ngelowong berasal dari bahasa Jawa yang artinya membiarkan/tidak mengisi. Maksudnya, kain mori dilapisi dengan malam sehingga tidak terisi dengan pewarna saat dicelupkan ke dalam cairan pewarna. Proses ini dilakukan dengan menggunakan canting yang berisi cairan malam panas dan menuangkan malam panas tersebut seturut motif batik yang telah digambari.

5) Nembok. Nembok adalah proses menutup bagian-bagian mori yang nanti akan berwarna putih. Bagian itu ditutup dengan malam khusus, sehingga zat pewarna yang pada proses selanjutnya akan diberikan tidak merembes ke bagian itu. Bagian putih inilah yang menjadi semacam warna polos atau dasar kain.

6) Medel. Medel adalah proses mewarnai mori yang telah diberi gambaran batik dengan zat pewarna. Zat pewarna, seperti telah dijelaskan terdahulu, ada banyak variasi warna dan jenisnya.

7) Ngerok. Proses ini adalah proses membuang bagian-bagian malam batik yang menempel pada mori setelah proses medel tadi. Proses ngerok atau membuang malam yang telah kering ini penting dan perlu dilakukan dengan teliti dan tekun karena bagian yang dikerok ini akan menjadi motif utama dalam batik[10]. Proses pengerokan ini biasanya menggunakan pisau biasa, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati agar kain batik tidak sobek.

8) Menyoga. Setelah proses pengerokan selesai, bagian yang telah dikerok tadi diwarnai dengan warna cokelat soga[11] (disogai). Proses ini merupakan proses yang paling banyak memakan waktu. Hal ini disebabkan oleh pengulangan penyogaan[12] dan penganginan[13].

9) Ngelorod. Ngelorod adalah proses membuang atau melepaskan seluruh malam batik yang menempel pada kain, pada proses akhir pembuatan batik. Proses melepaskan malam ini dilakukan dengan cara merebus kain yang sudah selesai diyoga pada tahap kedelapan tadi. Kain ini direbus agar malam meluruh (ngelorod) dan terlepas dari kain.

Motif Batik Jawa


Seperti yang telah dikatakan di awal, motif batik yang paling kaya dan dominan digunakan di dalam kehidupan masyarakat Indonesia adalah motif-motif yang terkandung di dalam budaya batik Jawa. Oleh karena itu, motif-motif batik Jawa yang amat banyak itu akan diuraikan di sini menurut kelompok-kelompok besarnya.

1. Parang, mempunyai sekitar 20 submotif, antara lain parang

rusak, parang klitik, parang barong, parang kusumo,

parang gurda, parang jenggot, parang curiga. Motif parang

berasal dari kata parang(tebing berjajar)[14]. Makna parang secara

Batik Parang Barong

umum adalah sebagai lambang kekuasaan dan kewaspadaan ter-

hadap kekuasaan itu sendiri.

2. Geometri, memiliki sekitar 42 submotif, antara lain

kawung, nitik rengganis, udan liris. Motif geometri

memiliki makna keadilan[15]. Makna yang lebih khusus

daripada itu akan ditentukan dari gambar motif yang

Batik Nitik

dipakai secara lebih detil di dalamnya.


  1. Banji. Motif ini secara umum melambangkan keadilan dan kemakmuran. Motif Banji ini hanya mempunyai tiga submotif, yaitu banji tepak, banji


bengkok (mirip kawung), dan banji guling.

Batik Banji Tepak


  1. Sulur-suluran, mempunyai 38 submotif, antara lain semen, kembang gempol, sawat suri. Motif sulur-suluran (sulur dedaunan) melambangkan kehi-


dupan yang bertumbuh, lambang kesuburan, kemakmuran, dan

alam semesta. Motif sawat yang lebih khusus melambangkan

ketabahan hati.

Batik Sulur


  1. Tumbuh-tumbuhan air, memiliki sekitar 15 submotif, antara lain ganggong bronta. Meskipun masih tetap dalam lingkup tumbuh-tumbuhan, motif


ini tidak menonjol menggambarkan daun atau tumbuhannya se-

cara tampak jelas. Motif tumbuh-tumbuhan air ini memberi

Batik Ganggong

makna kehidupan yang segar, mengalir, dan sehat.


  1. http://www.heritageofjava.com/batik/images/motif_yogya/truntum.JPG
    http://www.heritageofjava.com/batik/images/motif_yogya/truntum.JPG
    Kembang, mempunyai sekitar 24 submotif, antara lain truntum, ceplok, dan grompol.


Motif kembang ini kerap dikaitkan dengan lambang keindahan,

kecantikan, dan kesuburan[16].

Batik Truntum


  1. http://www.heritageofjava.com/batik/images/motif_yogya/sidomukti.JPG
    http://www.heritageofjava.com/batik/images/motif_yogya/sidomukti.JPG
    Satwa dan alam kehidupan mempunyai sekitar 65 submotif, antara lain sido mukti, cuwiri, gringsing, dan buntal. Motif satwa dan alam kehidupan


melambangkan makna khasnya masing-masing. Motif sidomukti

sebagai salah satu contoh dari motif satwa ini, misalnya, dapat

memberi makna kehidupan yang bahagia, kemakmuran, dan juga

Batik Sido Mukti

kedudukan yang tinggi[17].

Mari Bertolak Lebih Dalam!

Ada pepatah mengatakan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya", saya mencoba menciptakan hal yang analog dengan itu sehubungan dengan budaya Indonesia dengan pepatah baru "Bangsa yang otentik adalah bangsa yang bangga dan melestarikan budayanya". Hal ini bukanlah suatu yang muluk dan terlalu idealistis; hal ini justru sebagai premis bagi kita semua untuk berani "bertanggung-jawab" terhadap identitas kebangsaan yang kita miliki dan juga turut bangga atasnya. Batik menjadi salah satu budaya yang sungguh membanggakan kita bukan karena sudah mendunia, tetapi terlebih karena itu menjadi bagian dalam kehidupan bangsa kita secara nyata.

Budaya Batik di Jawa secara khusus dan di Indonesia secara umum telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa kebudayaan masyarakat Indonesia amat melekat dalam kehidupan keseharian sejak dahulu kala. Mengetahui bahwa pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia (world heritage) non kebendaan di Abu Dhabi, secara tidak langsung melimpahkan kepada kita suatu tugas bersama untuk melestarikan kebudayaan yang telah ada, bukan hanya melalui pengakuan keberadaannya tapi juga mau untuk mengenali dan menyelaminya lebih dalam. Semoga tulisan sederhana ini semakin melekatkan kecintaan dan kebanggaan kita sebagai bangsa yang satu dan berbudaya. Viva Indonesia!!!

Bahan Acuan:

______________. "batik", Ensiklopedi Indonesia Jilid I (A-Cer). Jakarta: Ichtiar Baru - Van Hoeve, 1980.

______________. "Menoropong ‘Makna Spiritual Batik Jawa'" pada http://www.javabatik.org/ artikel_3.html (diunduh pada 21 Mei 2010, pk. 21.30).

______________. "Motif Batik Indonesia Populer" padahttp://www.gusbud.web.id/2009/10/motif-batik-indonesia.html (diunduh pada 19 Mei 2010, pk. 19.45).

Departemen Pendidikan Nasional. "batik", Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Djumena, Nian S. Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan Anggota IKAPI, 1990.

Hamidin, Aep S. Batik: Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: NARASI, 2010.

Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta. Kamus Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Widyahartono, Bob dan Partrijunianti, Endang. "batik" dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3 (B-Byte). Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989.

[1] Departemen Pendidikan Nasional, "batik", Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).

[2] Aep S. Hamidin, Batik: Warisan Budaya Asli Indonesia, (Yogyakarta: NARASI, 2010), 7.

[3] "batik", Ensiklopedi Indonesia Jilid I (A-Cer), (Jakarta: Ichtiar Baru - Van Hoeve, 1980).

[4] Aep S. Hamidin, Batik: Warisan Budaya Asli Indonesia, (Yogyakarta: NARASI, 2010), 64.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7] Ibid. hlm. 65.

[8] Aep S. Hamidin, Batik: Warisan Budaya Asli Indonesia, (Yogyakarta: NARASI, 2010), 67-69.

[9] Bob Widyahartono dan Endang Partrijunianti, "batik" dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3 (B-Byte), (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989), 208-209.

[10] Kerap kali motif batik utama ini diberi warna cokelat soga.

[11] Soga adalah sejenis pohon yang memiliki unsur warna cokelat di dalamnya.

[12] Penyogaan dilakukan berulang-ulang karena proses penyerapan warna cokelat soga ke dalam kain sangat lama.

[13] Proses penganginan ini dilakukan setelah setiap tahap penyogaan dilakukan. Penganginan ini dilakukan dengan menjemur kain tanpa terkena sinar matahari langsung.

[14] "Menoropong ‘Makna Spiritual Batik Jawa'" pada http://www.javabatik.org/artikel_3.html

[15] "Motif Batik Indonesia Populer" padahttp://www.gusbud.web.id/2009/10/motif-batik-indonesia.html

[16] "Motif Batik Indonesia Populer" padahttp://www.gusbud.web.id/2009/10/motif-batik-indonesia.html

[17] "Motif Batik Indonesia Populer" padahttp://www.gusbud.web.id/2009/10/motif-batik-indonesia.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun