“Nusantara Telkom”, saya yakin anda semua sudah bisa menebaknya, mana saja perusahaan yang dapat disatukan. Jika saya tidak salah maka akan saya masukan Telkom, Antara, LEN, INTI. Antara bisa berbicara masalah content, sedangkan LEN dan INTI bermain di Infrastruktur.
“Nusantara Karya”, lagi-lagi sudah dapat ditebak. Mereka terdiri dari pemain-pemain infrastruktur dan kontraktor besar, yang lagi-lagi masih sering overlaping pekerjaan di lapangan. Jika disatukan maka istilah kata “Jalan tol Aceh-Lombok mah kecil”.
“Nusantara Defence”, “Nusantara Shipyard”, "Nusantara Feed" dan nusantara-nusantara berikutnya juga masih bisa dibuat, sehingga jumlah quantitas BUMN berkurang, namun secara Qualitas meningkat pesat bahkan dahsyat.
Jika sudah banyak “Nusantara-nusantara” yang terbentuk, maka kerjasama antar BUMN sudah pasti gampang. Contoh tiang listrik, sangat banyak di sekitar rumah kita tiga tiang listrik dalam satu titik, ada yang punya PLN, ada yang punya Telkom, ada yang punya TV berbayar, padahal tinggal kerjasama saja si Nusantara Energy & Mining dengan Nusantara Telkom, satu tiang buat rame-rame, tinggal bedakan elevasinya, Done !. Atau Nusantara Angkasa butuh akses internet dan komunikasi dari Bandara Soeta ke Bandara Domine Eduart Sorong, ya jawabnya gampang banget, tinggal suruh Nusantara Telkom bekerja, Selesai. Contoh lagi Nusantara Energy & Mining butuh pendanaan besar, hemm…., tinggal tunjuk NFB, Beres.
Tentu tidak semua BUMN bisa dimerger atau diholdingkan, namun setidaknya banyak yang juga bisa jadi besar dan raksasa karena merger.
Jika ego sektoral yang didahulukan, maka jelas sekali hal diatas tidak akan terlaksana, namun jika kita mau “Revolusi Mental” maka harga diri bangsa dan negara pasti akan dikedepankan.
Opini pribadi dengan harapan tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H