Mohon tunggu...
Tati Hidayat
Tati Hidayat Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Wanita Biasa

Penikmat hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahariah Penggiat Kampung Berseri Astra (KBA) Pulau Pramuka

3 November 2024   06:48 Diperbarui: 3 November 2024   07:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepulauan Seribu menjadi salah satu tujuan wisata yang banyak diminati, namun banyaknya wisatawan yang berkunjung bertambah pula kapasitas sampah. Apalagi masalah sampah menjadi permasalahan yang komplek, dab menjadi tanggung jawab bersama. Diperlukan kerjasama dan kesadaran individu, yang menjadi bagian tanggung jawab kita. Keindahan pulau seribu harus kita jaga, lestari pulau seribu lebih indah tanpa sampah. Tumpukan sampah plastik dilautan makin meresahkan apalagi di Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu. Meski sampah plastik berserakan dilauta, namun itu semu ada kisah yang menginspirasi yang dapat kita pelajari dan dijadikan contoh pengelolaan sampah plastik di Pulau Pramuka. Memiliki cita-cita melalui sebuah gerakan Pulauku Nol Sampah, Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka kian berubah jadi lebih baik. Kebiasaan lama warga membuang sampah ke laut kini berubah menjadi kebiasaan baru yang lebih mencintai lingkungan. Dimulai dengan gerakan tidak lagi membuang sampah sembarangan apalagi membuang sampah ke lautan.

Lestari Pulau Ku Tanpa Sampah

Wilayah Kepulauan Seribu merupakan kabupaten yang menjadi pintu gerbang Provinsi DKI Jakarta, memiliki karakteristik yang khas ditinjau kependudukan dan wilayahnya dengan luas 6.997,50 Km. Luas wilayah tersebut meliputi 11 pulau berpenduduk yang tergabung dalam 2 kecamatan dan 6 kelurahan. Permasalahan sampah di Kepulauan Seribu agaknya menjadi fokus utama yang harus diselesaikan. Dilihat dari sumbernya, sampah di Kepulauan Seribu berasal dari luar pulau dan penduduk yang bermukim di pulau tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanologi -- LIPI menunjukkan fakta bahwa Kepulauan Seribu menjadi penerima sampah kiriman dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Oleh karena itu, permasalahan sampah di Kepulauan Seribu harus segera diselesaikan perlahan-lahan. Dimulai dari aksi untuk pengurangan sampahnya melalui kesadaran masyarakat pulau.

Mahariah Penggiat Kampung Berseri Astra Pulau Pramuka

Hanya berbekal semangat, Mahariah seorang warga asli pulau pramuka pun mulai bergerak untuk menyelamatkan tempat tinggalnya dari tumpukan-tumpukan sampah yang setiap hari datang menghampiri pulau tersebut. Dia ingin tempat tinggalnya bersih dari sampah, dan berkat ketekunannya dalam memerangi masalah sampah yang ada di pulau pramuka. Sejalan dengan ASTRA Mahariah dipercaya oleh astra untuk menjadi tokoh penggerak Kampung Berseri ASTRA. KBA (Kampung Berseri Astra) adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang di implementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintregrasikan 4 pilar program, yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Kesehatan. Melalui program ini masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi mewujudkan wilayah tempat tinggalnya yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya.

Sebelum ditunjuk menjadi tokoh penggerak kampung berseri Astra, Ibu Mahariah sudah lebih dulu membuat komunitas kecil yang awalnya bernama "Komunitas Variabel Bebas" yang berkolaborasi bersama dengan beberapa individu lain. Komunitas ini berdiri karena semangat kolaborasi untuk mengatasi permasalahan sampah serta lingkungan yang berada di sekitar Pulau Pramuka. Program awal dari komunitas ini adalah gerakan sedekah satu botol untuk aksi lingkungan (GERBANG).

Hingga akhirnya komunitas variabel bebas ini semakin berkembang sampai akhirnya berganti nama di tahun 2018 menjadi "Komunitas Rumah Hijau". Dimana kegiatan-kegiatan yang awalnya hanya berfokus pada masalah sampah botol plastik diperluas lagi dalam komunitas ini, seperti memperluas perspektif pendekatan dengan kegiatan green map (mapping permakultur pesisir) yang berlandaskan pada hubungan manusia dengan alam yang bersifat mutualisme. Yang menjadi pijakan dalam mendesain sebuah ide dalam menjawab berbagai isu baik sampah, pangan, air bersih, energi, dan edukasi informasi.

Dan pada tahun yang sama pula berdiri sebuah yayasan dengan nama "Yayasan rumah Literasi Hijau", dimana yayasan ini berfokus pada perkembangan program dan kemitraan. Yang mendorong orang-orang yang berada dalam komunitas untuk dapat melembagakan wadah secara resmi agar dapat memberikan dampak yang lebih kepada masyarakat dalam pengembangan kegiatan konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam usahanya tentu tidak bisa hanya dari satu pihak, maka dari itu yayasan sebagai wadah yang dapat menampung berbagai isu-isu tersebut berusaha untuk mengajak semua pihak dalam satuan masyarakat untuk dapat terlibat demi terwujudnya gerakan "Pulauku Nol Sampah".

Demi mewujudkan cita-cita nya ini, yayasan Rumah Literasi Hijau memiliki beberapa program seperti, rumah hijau, rumah lestari, pustaka hijau, kelas iklim, campung iklim, workshop perubahan iklim, dan festival hutan pantai. Misalnya dalam program rumah hijau yang berfokus pendampingan masyarakat Pulau Pramuka dan Pulau Panggang berbasis rumah tangga dalam usaha merespon isu terkait sampah, air bersih, pangan, ekonomi kreatif, kesehatan, dan energi di daerah pesisir. (sumber: rumahliterasihijau,id)

Cara pengolahan sampah yang sudah terkumpul

Sampah yang sudah dikumpulkan nantinya akan dipilah lagi sesuai dengan kondisi si sampah tersebut, misalkan sampah organik akan dijadikan pupuk cair, selain itu juga sampah organik dapat dijadikan bahan bakar berbentuk gas yang dapat dijadikan bahan bakar untuk memasak. Selain sampah organik, sampah anorganik seperti styrofoam dapat dijadikan kreasi seni rupa yang bernilai jual beli, lalu sampah-sampah plastik dapat dijadikan kreasi seperti bunga. Sampah bekas botol minum yang kondisinya masih layak juga dapat dijadikan sebagai media tanam bagi tumbuhan-tumbuhan.

Sampai saat ini pengolahan sampah di wilayah pulau pramuka semakin membaik, dimana Mahariah selaku tokoh penggerak terus menciptakan inovasi-inovasi baru, seperti membuat kerajinan dari residu sampah plastik, lalu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, yang nilainya sama seperti solar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun