Tanggal 2 Desember merupakan sebagai Hari AIDS Sedunia. HIV/AIDS bisa mengancam siapa saja. Tidak hanya mereka yang berganti-ganti pasangan, pekerja seksual, para istri dirumah, atau pemakai narkoba. Â Berbicara tentang virus ini, ternyata penghuni lapas pun rawan terkena virus HIV/AIDS. 17 Desember 2018 lalu saya dan beberapa blogger berkesempatan mengunjungi Lapas Cipinang Narkotika II Jakarat Timur.
Menghadirkan pembicara di diskusi #SayaBeraniSayaSehat telah hadir
direktur perawatan kesehatan ,Lilik Sujandi BcIP, SIP, MSi, Kalapas  Asep Sutandar, A.Md Ip, S.Sos, M.Si, Dr. Yusman Akbar H kordinator dokter lapas, dr. Wiendra Waworuntu direktur PML, dan ODHA (terkena HIV akibat berganti-ganti jarum suntik)
Mereka (para penghuni lapas) di Cipinang, mayoritas para napi yang tertangkap akibat memakai atau pengedar narkoba. Saat ini Lapas Narkotika sudah over kapasitasnya dari sekitar 1084 napi menjadi 2453 napi dengan fasilitas yang masih kurang maksimal tetapi tetap diberikan pelayanan, pengobatan dan screening.
Dari awal tahun 2000-2006 pengguna heroin pun bertambah banyak jumlahnya. Virus HIV/AIDS baru disadari penyebarannya pada tahun 2003, sehingga Lapas Narkotika pun bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk menanggulangi virus mematikan ini. Sekitar 90 orang/tahun meninggal dunia yang diakibatkan oleh virus HIV/AIDS.Â
Bersyukur setelah petugas lapas mendapat pendidikan atau edukasi penanggulangan HIV/AIDS, jumlah itu pun berkurang dari 30 orang meninggal, namun hanya 3 orang yang meninggal akibat HIV/AIDS. Lapas Cipinang pun berupaya memcapai goal "Zero Discrimant" terhadap warga binaan ODHA (Orang Dengan HIV Aids). Agar semua pengawai, petugas dan penghuni lapas tidak melakukan diskriminasi atau menutup diri dan menjauhi ODHA.
Virus HIV/AIDS hanya bisa menyebar jika seseorang melakukan berganti-ganti jarum suntik, dan melakukan hubungan seksual. Untuk mengetahui seseorang terjangkit virus HIV/AIDS adalah dengan melakukan pemeriksaan darah antibodi HIV.
-Tidak melakukan hubungan seksual berisiko seperti berganti-ganti pasangan
-Mengikuti program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
-Skrining darah donor dan organ tubuh
-Tidak menggunakan narkoba
-Menerapkan kewaspadaan standar (bagus petugas kesehatan)
HIV itu sudah ada obatnya Antiretroviral (ARV), HIV penyakit kronis dapat dikelola seperti Diabetes dan Hipertensi yang artinya harus rutin minum obat. ODHA dapat segera memulai terapi ARV begitu terdiagnosis HIV. ARV dijamin ketersediaannya oleh pemerintah dan gratis pemanfaatannya. Pelayanan ARV bs diakses di RS dan Puskesmas di 34 provinsi, 227kab/kota. Saat ini terdapat 896 layanan ARV, terdiri dari layanan yg dapat menginisiasi terapi ARV dan layanan satelit.
Yuk segera melakukan tes HIV....
#SayaBeraniSayaSehat
#AdaObatAdaJalan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H