Mohon tunggu...
Tati Magdalena Sahea
Tati Magdalena Sahea Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional SDA (Energy), Pemerhati Maritim, Sosial Budaya dan Politik

An Ordinary and simple person…who loves God and Happiness…Mother of twins teenager whom Root Culture from Bumi Porodisa, Nusa Utara (Nanusa, Karatung Island) and Enrekang (Duri Cakke) Sulawesi Selatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kesejahteraan Pensiunan atau Lansia

13 Februari 2024   17:11 Diperbarui: 13 Februari 2024   17:20 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesejahteraan Pensiunan (termasuk Lansia)

Seruput Kopi Setengah Oleh tatie m sahea

Debat capres dan cawapres dalam pesta demokrasi di Indonesia untuk tahun pemilihan 2024 ini telah selesai dan besok, tepatnya tanggal 14 Februari 2024 (Valentine dan Hari Rabu Abu - untuk umat Katholik adalah memasuki masa Pra Paskah), saya jadi terpikir terkait "Kesejahteraan Pensiunan" setelah saya membaca salah satu berita di media dan ada satu diskusi menarik dengan rekan caled di podcastnya perihal usia harapan hidup orang Indonesia yang semakin membaik karena gizi nya juga yang semakin membaik.

Saat ini usia harapan hidup orang Indonesia berada di 72 tahun. Bila bekerja akan pensiun di usia 55 tahun, maka masih ada 17 tahun masa kerja untuk mengumpulkan pendapatan baik dipakai dalam operasional sehari-hari atau tabungan untuk masa pensiun.

Anggap saja, kita saat ini sehat wal afiat. Berarti akan hidup di masa pensiun dari 55 tahun (sejak pensiun) hingga 72 tahun (usia harapan hidup). Akan ada 17 tahun masa kehidupan TANPA GAJI, "tanpa penghasilan" kecuali memiliki tabungan atau deposito sehingga memiliki bunga (itupun apabila deposito nya cukup tinggi). 

Lalu, dari mana uang untuk biaya hidup? Pilihannya adalah : Minta ke anak atau masih tetap bekerja di usia tua? atau mengandalkan bunga tabungan tapi nilai biaya kebutuhan hidup akan bertambah sejalan dengan nilai inflasi atau valuasi harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin naik juga baik jumlah dan harganya.

Di sisi lain, realitasnya hari ini 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan, artinya TIDAK MEMILIKI TABUNGAN saat pensiun atau diusia Lansia. Kemampuna daya beli menurun, gaya hidup merosot tajam, hingga masih terlilit utang. Sementara tidak semua anak mau diikuti atau diminta orang tua. 

Sebaliknya pula, orang tua pun paham bahwa setiap anak pasti punya kebutuhan hidup sendiri. Jadi, apa yang sudah diantisipasi untuk masa pensiun, untuk hari tua yang lebih baik?

Ilustrasi Menabung Sejak Dini untuk Sejahtera Saat Pensiun Oleh Tati M Sahea
Ilustrasi Menabung Sejak Dini untuk Sejahtera Saat Pensiun Oleh Tati M Sahea

Berapa sih biaya hidup yang diperlukan untuk masa pensiun?

Ilustrasi sederhananya begini. Bila kita saat ini sebagai karyawan memiliki gaji Rp. 10.000.000 per bulan. Lalu tiap bulan, semua gaji "dipergunakan" habis untuk kebutuhan hidup, cicilan, dan gaya hidup. Tidak ada dana sedikitpun yang ditabung untuk masa pensiun.

Saat kita pensiun di usia 55 tahun dan tidak bekerja lagi, sedangkan usia harapan hidup kita mencapai 72 tahun. Itu berarti, masih ada 17 tahun masa hidup sebagai pensiunan. Maka bila dikalkulasi, sejak pensiun hingga mencapai usia 72 tahun diprediksi kita butuh dana sebesar Rp. 2.040.000.000 (dua milyar lebih). Pertanyaannya, dari mana uang itu dapat diperoleh?

Sementara kita sudah tidak bekerja lagi. Bila kondisi itu terjadi, maka sangat berpotensi kita akan hidup di masa pensiun dengan segudang masalah keuangan. Hari tua yang suram, bukan sejahtera. Akan jadi sebuah ironi dan keprihatinan tersendiri bila tidak dipersiapkan dari sekarang.

Faktanya lagi hari ini, 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap pensiun (dari data BPS). Hal itu terjadi akibat tidak adanya ketersediaan dana yang cukup untuk membiayai hidup di saat tidak bekerja lagi. Dengan kata lain, tidak punya tabungan untuk hari tua, tidak punya program pensiun.

Bila begitu nyatanya, apa yang harus dilakukan?

Karena itu, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mempersiapkan masa pensiun adalah menjadi peserta DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) baik oleh lembaga keuangan negara atau swasta yaitu Asuransi, tetapi disarankan untuk menggunakan lembaga keuangan negara seperti Bank. DPLK seperti tabungan deposito yang dicicil tiap bulan dari gaji dan kita dapat atur besaran iurannya.

Ilustrasi DPLK Bank Negara Oleh Tati M Sahea
Ilustrasi DPLK Bank Negara Oleh Tati M Sahea

DPLK tersebut sangat berguna untuk memastikan ketersediaan dana di hari tua, di samping untuk menjamin kesinambungan penghasilan di hari tua saat tidak bekerja lagi. Menjasi peserta DPLK dengan menyisihkan 5% atau 10% dari gaji saat ini untuk masa pensiun. Tentu saja di DPLK, semakin lama menabung akan semakin optimal dana yang terkumpul untuk masa pensiun. Semakin lama menjadi peserta DPLK semakin optimal uang pensiunnya. Karena DPLK merupakan "kendaraan" yang paling pas digunakan seorang karyawan untuk mempersiapkan masa pensiunnya.

Kenapa harus DPLK? Karena program pensiun seperti DPLK (yang paling mudah diakses dan terjangkau), setidaknya memberikan 3 (tiga) manfaat utama, yaitu:
1) ada pendanaan yang pasti untuk masa pensiun,
2) ada hasil investasi yang signifikan selama menjadi peserta DPLK, dan
3) mendapat fasilitas perpajakan saat manfaat pensiun dibayarkan.

Maka untuk mempertahankan gaya hidup seperti saat bekerja dan tetap memiliki daya beli yang memadai, mau tidak mau, program pensiun seperti DPLK sangat diperlukan. Karena itu, mulailah untuk mempersiapkan masa pensiun sejak dini. Mumpung masih bekerja, mumpung masih ada waktu dan tidak menyesal di kemudian hari. 

Ilustrasi Masa Tua Sejahtera Oleh Tati M Sahea
Ilustrasi Masa Tua Sejahtera Oleh Tati M Sahea

Uang pensiun, tentu tidak akan datang dengan sendirinya. Uang pensiun harus disisihkan dana nya atau dipupuk dari sekarang. Agar saat dibutuhkan saat pensiun sudah tersedia. Bila kita tidak ingin "bangkrut" di hari tua, di masa pensiun. Karena pensiun itu bukan soal waktu tapi soal keadaan. Mau seperti apa di masa pensiun? itu pilihan kita.

Jadi, untuk 17 tahun saat memasuki masa pensiun nanti, dari mana uang untuk biaya hidup?

Dalam keseluruhan debat capres dan cawapres 2024 ini, tidak ada satupun yang menyentuh program terkait Dana Pensiun untuk kesejahteraan pensiunan atau lansia ini. Ini sangat disayangkan, karena ini akan sangat bermanfaat dikarenakan dengan bonus demografi saat ini, dalam 5 (lima) tahun kedepan akan banyak pensiunan dan mulai memasuki usia non produktif sampai nanti menuju Indonesia Unggul Maju Sejahtera di 2045 nanti.

Semoga para pemimpin bangsa dan negara, nantinya akan memperhatikan kesejahteraan pensiuanan atau lansia lewat program-program DPLK plus-plus yang bisa disetarakan juga dengan program BPJS TK nya.

Sudah saatnya kita meningkatkan kesejahteraan orang tua kita dan membuat mereka bahagia.

Salam Kesuksesan dan Maju Bersama
Tati Magdalena Sahea

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun