Bapak presiden, anak jualan martabak adalah simbol anti-nepotisme. Ini bisa menjadi simbol positif diawal dan bisa menjadi simbol negatif dikemudian hari.
Suami tidur di sofa luar karena 'diusir' istri dari kamar adalah simbol suami korban penaklukan istri yang seperti suami kalah perang (bisa positif atau negatif).
Dan masih banyak lagi contoh simbol atau gimmick lainnya.
Mitos bisa dilawan dengan nalar kritis dan fakta yang solid.
Beberapa waktu lalu ada 'pemimpin baik' yang berpidato bahwa rambut putih adalah ciri seorang pemimpin yang banyak berpikir urusan rakyat, ini ibarat simbolisasi.
Padahal, tak ada satu pun riset yang mengukuhkan penyimbolan itu.
Secara medis-ilmiah, rambut putih/uban terbentuk antara lain seiring pertambahan usia yang menyebabkan produksi melanin berkurang, mengidap penyakit tertentu seperti vitiligo, adanya gangguan hormonal (tiroid), kekurangan nutrisi dan vitamin (B12), genetik dst.
Ternyata belakangan rambut putih yang dimaksud bukanlah orang yang didukungnya.
'Pemimpin Baik' tersebut terlihat cenderung mendukung gemoy, yaitu suatu gimmick tak hanya segala hal yang lucu dan imut tetapi bisa juga bisa menjadi tanda adanya potensi penyakit/gangguan kesehatan.
Itu artinya, di tangan 'pemimpin baik' tersebut, simbolisasi atau 'gimmicksm' (susah menemukan kata tepat untuk gimik - isasi?) Â untuk membentuk mitos politik diarahkan hanya untuk membentuk opini massa kepada tujuan politik yang hendak dicapainya, terlepas dari kredibel-tidaknya fakta yang disampaikan dan etika politiknya.
Hasil Mitos kepuasan publik pun bisa dibongkar dan dibahas panjang lebar, sepanjang nalar logika kita tidak terpenjara untuk mempertanyakan sumber dan kredibilitas penyurveinya serta konteks lain yang mempengaruhi hasil survei.