Mohon tunggu...
Tatik Mariyati
Tatik Mariyati Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - PNS Kabupaten Jombang

Pegawai dan Ibu rumah tangga yang happy

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Fenomena Es Tari Sebagai Salah Satu Bentuk Etika Bisnis yang sangat Nyata dan Menguntungkan

17 Oktober 2024   09:57 Diperbarui: 17 Oktober 2024   10:34 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak butuh waktu lebih dari 5 tahun, sebuah warung es yang yang dahulunya hanya bermula dari es dorong tiba-tiba menjadi sebuah destinasi wisata kuliner terunik dan tersibuk dengan “aktivitas ekonomi” baik aktivitas dari pembeli maupun juga para pelaku dagangnya disana yaitu di wilayah Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri, yang familiar kami sebagai warga lokal disana menyebutnya atau bahkan mem”branding”nya dengan nama “Es Tari”

          Banyak anggapan dari masyarakat awam sekitar yang menyebutkan bahwa Es Tari tersebut menggunakan praktek pesugihan sebagai cara untuk melariskan dagangannya tersebut. Hal ini bukan tanpa sebab, karena seperti disebutkan tadi bahwa tidak butuh waktu lama untuk berproses dari yang awalnya hanya dari pedagang es dorong kemudian sekarang menjelma menjadi warung es dengan omset yang bisa dipastikan bisa mencapai puluhan juta setiap harinya jika melihat aktivitas warung yang begitu ramai dan tidak pernah sepi pengunjung.

          Sebagai warga sekitar, tentu ini sangat menggelitik untuk mencoba menelisik lebih dalam dengan pendekatan sederhana yang mulanya hanya berawal dari rasa penasaran semata. Dan dari sini akhirnya terbaca berbagai aktivitas ekonomi dalam  fenomena Es Tari ini. Bukanlah semata karena pesugihan seperti yang digaungkan selama ini. Tetaoi karena telah berhasil diterapkannya “Etika bisnis” oleh para pelaku dagang di dalam bisnis Es Tari ini, kami menyebutnya seperti itu karena memang dagangan Es tari ini bukan hanya dari produknya owner nya Es Tari saja, tetapi dari banyak sekali pedagang lokal rumahan disekitar yang ikut menitipkan dagangannya di warung Es tari tersebut.

          Apabila ditelusuri lebih jauh, Es Tari yang sudah memulai usahanya sejak bertahun-tahun sebelumnya tetapi tetap tidak mengalami kemajuan apapun, tetapi sejak dibuat kerjasama dengan para pedagang lokal rumahan tersebut, bahkan hanya butuh beberapa tahun saja tidak sampai lima tahun, bisnis dengan baranding “Es Tari” ini telah begitu merajalela. Dengan hanya memulai membangun kerjasama dengan para pedagang lokal rumahan yang ada di sekitar, usaha warung Es Tari telah menerapkan prisip saling menguntungkan dalam istilah etika bisnis. Saling menguntungkan disini adalah dengan adanya berbagai macam produk yang ditawarkan di warung Es Tari yang berasal dari “titipan dagangan” pedagang lokal, yaitu yang semula hanya menawarkan dagangan berupa “Es Tari” saja tetapi sekarang bisa menawarkan berbagai produk makanan dan berbagai macam jajanan yang sangat menarik. 

Dengan hal tentu saja sangat menguntungkan bagi warung Es Tari karena aktivitas warung jadi lebih menarik dan bervariasi yang tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli yang datang, selain itu bagi para pedagang lokal dengan adanya warung Es Tari ini tentunya juga sangat menguntung karena mereka bisa ikut berdagang meski tidak secara langsung. Selain itu dengan semakin berkembang dan ramainya warung Es Tari ini, akhirnya bisa menyerap banyak tenaga kerja untuk menjadi pegawai di warung tersebut.

          Dari fenomena Es Tari ini kitab bisa belajar dan menarik kesimpulan bahwa owner dari es tari ini adalah orang yang luar biasa. Menurut informasi warga sekitar beliau bernama pak Tari yang kemudian menjadi asal sebutan nama “Es Tari” ini. Berawal dari pedagang kecil tanpa karyawan kemudian dengan kegigihan dan usahanya bisa membangun bisnis sederhana yang sangat menguntungkan. Bagaimana owner Es Tari ini bisa menerapkan “etika bisnis” nya dengan sangat seimbang antara bagaimana dia menjalin hubungannya dengan para pedagang lokal rumahan untuk bisa berdagang bersama dan saling menguntungkan, serta bagaimana dia memperlakukan karyawannya yang notabenenya hanya pelayan di warung es, namun bisa sangat berkelas karena semua karyawannya berseragam dan berupah lumayan serta bagaimana dia bisa tau selera konsumen dengan menawarkan lokasi warung yang meski sangat sederhana tetapi sangat unik dan menyenangkan yaitu dipinggir jalan yang bersebelahan langsung dengan area persawahan yang sangat asri.

Semoga ini  bisa menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi kita semua bahwa tidak selalu apa yang diberitakan tidak baik dalam sebuah bisnis atau usaha adalah benar adanya, karena pada kenyataanya di dalam bisnis tersebut terdapat pimpinan, karyawan serta rekan bisnis yang telah berjuang membangun keselarasan dan keharmonisan dalam menjalankan usahanya sebelum akhirnya bisa merasakan apa yang dinamakan “kesuksesan bersama”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun