Hari ini seorang mahasiswa memposting tentang jilbab di group tertutup milik mahasiswa Promkes FKM Uho. Tentang jilbab, dosen, dan mahasiswa saya punya kisah tersendiri. Saya pernah dilarikan mahasiswa karena jilbab, ckck jadi mikir dosen seperti apa yang disukai mahasiswa?
Suatu hari, saat lagi belanja ditemani adik sepupu di Lipo Plaza niatnya sih mau beli baju maka naiklah kita ke lantai dua, ehh tanpa sengaja bertemu mahasiswa FKM UHO tingkat akhir, saya awalnya tidak menyadari kehadirannya sampai adik sepupu saya berkata :
"Ka lihatpi itu.. (menunjuk ybs) kenapa di' pas da lihat kita da lari sembunyi? Dia larikanki' ka..kenapa ka? "
"Siapa de? Mana?"
Mata mencari arah yang dia tunjuk, saya mengikuti arahan adik sepupu, mencari dan akhirnya ketemu seorang gadis dengan rambut panjang tergerai..hanya bisa tersenyum dan dan berbisik pada pada adik sepupu:
"Ohhh yang sana itu mahasiswaku de.., dia lari mungkin karena ga pake kerudung, klo di kampus dia itu kerudungan..."
Adik sepupu saya ikutan tersenyum bersama..kodong..kodong...kasiannya dilarikanki mahasiswa..
Esoknya saya bertemu dia dikampus, kebetulan lagi dia menghadap untuk sebuah keperluan, tau kan adegan selanjutnya..hehee..Saya ngobrol panjang lebar bahwa sebenarnya saya melihat dia kemarin dan bertanya kenapa mesti sembunyi?
Sampai akhirnya keluar kata ini darinya:
"Maaf bu..maaf yang kemarin"
"Lho knp minta maaf sama ibu? Tdk de kita tdk ada salah sama ibu, minta maaf nya jangan ke ibu..."
Saya hanya bisa bilang seperti itu pada dia dan malamnya sempatkan menulis terinspirasi dari kejadian hari itu..
***
Kemuliaan dan Selembar Kain
Selembar kain ini menjadi bernilai saat pemakainya sadar bahwa ini adalah tanda ketaatan bukan sekedar pakaian.,
Selembar kain ini akan bernilai saat kesadaran hadir tentang kewajiban menunaikan titah sang penguasa alam bukan hanya sekedar penutup kepala.,
Selembar kain ini akan bernilai saat kesadaran hadir bahwa muara yang dituju dari hijab adalah keridhoan Allah bukan sekedar menggugurkan kewajiban.,
Selembar kain ini boleh jadi menjadi bukti ikatan antara penguasa kehidupan dan hambanya.,
Bukankah Dia bertanya Alastu Birabbikum? (bukankah Aku tuhanmu?) kita pun menjawab qaaluu balaa syahidnaa.. "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". Hari dimana Roh berjanji akan ketaatan dan penghambaan pada-Nya.,Janji yang akan dimintai pertanggungjawaban, inilah yang membuat selembar kain ini begitu berharga.
Selembar kain yang menentukan posisi seorang wanita dalam pandangan Tuhannya,.
Selembar kain tetap selembar kain tapi selembar kain bisa membawa kemuliaan dengan ketaatan pemakainya.,
Lalu apa yang salah dengan melepas kain itu? memasangnya kembali, lalu melepasnya lagi?
Agama ini nasehat dan hati ini bagai buku berbolak-balik. Angin sepoi membuatnya bertahan, angin kencang membuatnya bertebaran, selalu ada kesempatan kembali, selalu ada kesempatan memperbaiki lembar-lembat halamannya.
Saat nasehat tak mampu lagi menyentuh hati, Doa selalu jadi pilihan terbaik, semoga Allah memberi dan menjaga hidayah untuk hati-hati ini.
Doa adalah pengikat kita, karena aku dan kamu tak ada yang tau ujung dan akhir ceritamu, juga ujung dan akhir ceritaku..
semoga kisah kita dan semua yang sempat membaca tulisan ini berakhir penuh keberkahan, berakhir penuh ketaatan...Aamiin Allahumma Aamiin...
"Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik (Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)"
***
Hidup selalu butuh perjuangan...
Seperti bahagia yang harus diupayakan...
Sertakan Allah dalam setiap perjalanan...
Itulah syarat utama kebahagiaan
Bukanlah iman jika hanya sekedar angan-angan dan khayalan, akan tetapi iman diucapkan dan dibuktikan dengan anggota tubuh dan amal sholeh, demikian perkataan Hasan Al Basri.
Alangkah beruntungnya manusia2 yang ingin menjadi baik dgn memperbaiki diri, walaupun harus memaksakan diri. Untuk kebaikan dan amal sholeh memaksakan diri tak akan merugi. Jika tak menghabiskan usia dengan kebaikan pastilah dihabiskan dengan keburukan.
"godaan dunia amatlah samar, hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama dan penuh kesadaran jiwa, hanya orang yang betul2 sadar yang tahu kalau dirinya sudah terjebak dalam cinta dunia" Hasan Al Basri.
Konon untuk sebuah "kebaikan" memaksa diri pun tak mengapa.
"Dunia bukanlah kediaman abadi kalian. Allah telah menetapkan dunia sebagai alam yang fana. Allah telah menetapkan kesulitan bagi para penghuni dunia selama di dunia. Berapa banyak bangunan permanen yang tak lama saja sudah hancur. Berapa banyak orang yang hidup berkecukupan tak lama saja sudah kembali sengsara. Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah persiapkan perbekalan terbaik yang kalian miliki untuk mengarungi perjalanan. Berbekallah, dan bekal terbaik adalah ketakwaan!" (Umar Bin Abdul Asis)
Yaa Allah jadikanlah usaha kami ini sebagai hujjah kami dihadapanMu kelak. Mungkin ini tak akan mudah, tapi ijinkan kami menempuh setapak demi setapak jalan menujuMu, menjemput keridhoanMu bersama2 bergenggaman tangan dan saling menguatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H