Mohon tunggu...
hartati bahar
hartati bahar Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Muda yang ingin menjadi Queen Bagi anak-anaknya

indahnya hidup bukan seberapa banyak orang mengenal anda, tetapi seberapa banyak orang bahagia mengenal anda:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kesedihan Punya Beragam Warna

26 Oktober 2015   22:44 Diperbarui: 26 Oktober 2015   22:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masih sakit ti?"

Pertanyaan ini langsung terlontar dari bibirnya saat dia melihatku, kami memang sudah sepekan lebih tak bersua, saya hanya mengangguk lemah mengiyakan.

"Iye, batuknya belum sembuh..."

"Hmm itu hanya kulit2nya sakit ti, InsyaAllah lekas sembuh nah"

Saya menatap lekat2 wajahnya, ada mendung dan raut kesedihan disana, mata kami beradu,

"Bagaimana kabarmu? Apa hasil pemeriksaan dokter?" Sahutku menyambung percakapan kami,

Suaranya bergetar, butiran air mata mulai bergelantungan di matanya yang indah, saya tak sanggup lagi menatap wajah sendu itu, saya tak ingin ikut menangis bersama.

"ti., saya belum pernah pingsan, tapi saat dokter menyampaikan diagnosis itu, saya merasakan darah berhenti mengalir di kepalaku, mata gelap, dan suara2 disekelilingku terasa jauh, ini adalah ujian terberatku.. "

Kami berdua terdiam, sesaat dia melanjutkan,

"Ti..untung ada suami yg memegangiku saat ke dokter itu, saya merasa di vonis dokter."

Saya masih didekatnya, membiarkan dia bercerita sambil berurai air mata, kerudung merah itu ikut basah, saya tertunduk sedih tapi tetap tak ingin terlihat menangis, percakapan ttg ini bukan yang pertama tetapi kesedihan yg melingkupi kami tetap sama.

"Sabar.. sabar say..sudah mencoba mencari second opinion?"

"Ya sdh sedang kami usahakan.. makin mengerti kita ini hanya berpindah dari ujian yang satu ke ujian yang lain, sebelum menikah ujiannya lain, setelah menikah ujiannya lain pula,. Tapi inilah ujian ku yang terberat..."
Mata berkaca2 itu menatapku sekilas lalu tunduk dan menyeka kembali air mata dipipi.

Kami kembali terdiam, saya ingin sekali menggenggam tangannya dan berkata semua akan baik2 saja.

Ukhti..beratnya ujian sebanding dengan pahala, itulah penghibur hati bagi orang2 beriman.

Waktu sholat dzuhur sdh masuk, saya mengajaknya sholat bersama. akhirnya bendungan yang sejak tadi ku tahan tumpah dihadapan Allah..

Allahu Rabbi ternyata saya sayang sekali perempuan ini, sepenuh hati merayu semoga Allah memberi kekuatan padanya menghadapi ujian terberatnya, sama seperti besarnya harapan dan doa agar Allah menguatkanku menghadapi ujian2ku.

"Dan mohonlah pertolongan kepada allah dengan sabar dan sholat..." (QS.2 :45)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun