Mohon tunggu...
hartati bahar
hartati bahar Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Muda yang ingin menjadi Queen Bagi anak-anaknya

indahnya hidup bukan seberapa banyak orang mengenal anda, tetapi seberapa banyak orang bahagia mengenal anda:)

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Benarkah Memberian ASI Eksklusif Sangat Sulit?

11 Oktober 2014   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu ini secara kebetulan beberapa kerabat dan handai tolan dekat di karunia bayi-bayi cantik dan sehat alias baru saja lahiran. Sebagai bentukikut merasakan kebahagiaan mereka maka menjenguk bayi-bayi mungil dan ibu yang baru yang baru lahiran itu kami lakukan. Sebagai pemerhati masalah kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak (KIA) maka dibalik kebahagian terselip keprihatinan. Dari lima bayi-bayi yang kami kunjungi hanya satu bayi yang tetap mendapatkan ASI eksklusif tanpa bantuan susu formula. Pertanyaanya benarkah memberian ASI eksklusif sangat sulit?

Pertanyaan ini mungkin muncul dari ibu yang memiliki bayi yang berusia di bawah enam bulan. Bayi ibu mengalami pertumbuhan yang signifikan pada enam bulan pertama, masa pemberian ASI ekslusif dan bayi akan tumbuh optimal jika diberikan makanan terbaik yaitu ASI. Setelah masa ASI eksklusif pertumbuhan bayi dan balita ditentukan oleh kualitas makanan tambahan yang diberikan. ASI eksklusif masih menjadi tantangan tersendiri bagi ibu pasca melahirkan, mempertahankan konsumsi bayi hanya ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain ternyata bukan hal yang mudah. Demikian kenyataan di lapangan.

Banyak sudah hasil penelitian yang memaparkan faktor yang menyebabkan sulitnya pemberian ASI eksklusif, mulai dari produksi ASI kurang, bayi tidak bisa mengisap karena puting susu ibu bermasalah, ibu bekerja, pengaruh promosi susu bayi yang begitu gencar, ditambah lagi pengetahuan yang kurang akan metode laktasi yang baik dan benar. Sungguh disayangkan jika enam bulan pertama masa awal kehidupan yang menentukan kualitas hidup bayi di masa mendatang ini terlewatkan.

Tumbuh kembang bayi dapat diukur. Ukuran yang bisa digunakan untuk menggambarkan tumbuh kembang pada usia menyusui ialah pengukuran berat badan (BB) dan panjang badan (PB) bayi. Pada bayi yang lahir cukup bulan, normalnya setelah usia lima bulan BB bayi bertambah menjadi dua kali BB lahir, pada usia satu tahun menjadi tiga kali BB lahir, dan pada usia dua tahun menjadi empat kali BB lahir. Di masa 0-6 bulan, padatriwulan I kenaikan BB yang baik 700-1000 g/bln, dan pada triwulan II 500-600 g/bln. Dalam sebuah riset yang dilakukan di wilayah pesisir Wakorumba Buton Utara pada 32 sampel bayi berusia 7-12 bulan nampak jelas perbedaan yang antara berat badan dan panjang badan pada bayi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Begitu pula dengan penyakit infeksi, bayi dengan ASI Non Ekslusif lebih rentan terhadap penyakit infeksi.

Kita semua tahu bahwa pemberianASI sampai kapan pun tak tergantikan, penyebab kegagalan pemberian ASI sebagai makanan pertama dan utama bayi bisa beragam, kualitas dan kuantitas makanan ibu, pengaruh fisik dan psikologis ibu, stress, ketenangan, ketegangan, kesiapan mental ibu dan pemberian makanan selain ASI terlalu dini. Kemampuan laktasi ibu memang berbeda-beda tetapimempersiapkan ibu agar bisa memberikan ASI eksklusif memang harus direncanakan dan dipersiapkan. Pengetahuan ibu akan ASI, cara pemberian ASI, kualitas ASI, dukungan keluarga semua harus dipersiapkan sejak sebelum kelahiran bahkan penting untuk semua calon ibu. Sebagai lautan kehidupan, harapannyaibu memegang peranan penting jika berhasil membina dan memelihara laktasi dengan kondisi kesehatan yang baik ASI Eksklusif bagi bayi terpenuhi hingga jangka waktu enam bulan. Alangkah indahnya!

#Catatan kecil

#Untukmu  bunda dan calon bunda

#Persiapkan diri sebaik mungkin menjadi bunda :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun