Mohon tunggu...
Tati Herawati
Tati Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - All iz well

Tulisan Ringan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Hadroh: Seni Musik Islami sebagai Pengiring Shalawat

6 Mei 2022   17:48 Diperbarui: 6 Mei 2022   17:49 5454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image sc: pewarta-indonesia.com

Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin menganjurkan agar senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Redaksi takwa dapat diuraikan sebagai menjalankan segala hal ihwal yang diperintahkan oleh Allah dan senantiasa menjauhi segala bentuk larangannya. 

Satu diantara perintahnya adalah untuk bershalawat kepada Rasul-Nya, Rasulallah SAW. Anjuran untuk bershalawat tertuang dalam firman allah dalam Qur'an Surat al-Ahzab ayat 56 sebagai berikut:

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."

Sudah sangat jelas jika kita sebagai orang yang beriman bahwa kita dianjurkan untuk bershalawat atas Nabi Muhammad saw. Karena sesungguhnya bukan hanya kita yyang bershalawat kepada Nabi, bahkan Allah dan para malaiktanya pun bershalawat kepada Nabi. 

Dalam melaksanakan shalawat terdapat beberapa cara yang variatif. Diantaranya adalah hanya bershalawat saja dengan mengucapkannya, ada yang diiringi dengan alat musik, ada yang diiringi dengan langgam, dan lain sebagainya.

Seiring perkembangan zaman, apalagi masa kontemporer sekarang ini yang mana Islam dilihat sebagai agama yang asing bahkan bagi beberapa pemeluknya. Hal ini meneyebabkan semakin memudarnya nilai-nilai ketakwaan. 

Maka dari pada itu muncullah satu penerangan untuk mengenalkan Islam kembali khususnya melalui shalawat. Kemajuan zaman membuka kesempatan untuk menampilkan beragam cara dalam bershalawat, diantaranya menggunakan alat musik. Penyampaian shalwat menggunakan alat music biasanya disebut dengan marawis, gambus, ataupun hadrah. 

Dengan menggunakan alat music, maka shalawat-shalawat yang dilantunkan akan menarik perhatian orang-orang, apalagi jika penampilan tersebut pada acara-acara khusus yang melibatkan masyarakat banyak, seperti pada pernikahan, acara Maulid, dan sebagainya.

Satu diantara penyajian shalawat menggunakan seni adalah yang ditawarkan salah satu grup Shalawat, yakni grup Mafia Shalawat dengan pribumisasi shalawat melalui seni, lagu-lagu/syair shalawat yang diciptakan oleh grup tersebut adalah untuk kepentingan Dakwah Islamiyah. 

Berbagai lagu Mafia Sholawat dilantunkan dengan irama syahdu, dan dengan penghayatan seakan-akan penuh kerinduan dan kecintaan kepada Rasulullah Saw. 

Dengan irama suka cita yang hampir seperti irama timur tengah, berpadu syiir Jawa, diselingi dengan lagu slow rock dengan iringan tabuh hasil kolaborasi antara rebana, hadroh dan marawis (Ngadimah, 2018).

Selain bershalawat, lantunan hadrah juga berisi dzikir-dzikir dengan senantiasa mengingat Allah swt. Seperti yang diuraikan dalam tulisan Anis, kegiatan hadrah tersebut mempunyai maksud dan berpotensi mengajak para remaja untuk selalu ingat dan taat kapada Allah dan Rasul-Nya (Hayuningtyas, 2018)

Hadrah dari segi bahasa diambil dari kata "hadhoro-yuhdhiru-hadhron-hadhrotan" yang berarti kehadiran. Sedangkan secara istilah hadroh adalah sebuah alat musik sejenis rebana yang digunakan untuk acara-acara keagamaan seperti acara Maulid Nabi SAW (Hayuningtyas, 2018). 

Namun, seni hadrah tidak hanya ditampilkan pada acara Maulid saja, diantara kegiatan lain yang senantiasa menampilkan hadrah adalah acara memperingati Isra Mi'raj, kelulusan sekolah/pesantren, pernikahan, dan lain-lain.

Penyajian sholawat dengan diiringi alat music rebana dapat menghindari sajian hiburan yang tidak elok dinikmati, apalagai ketika merayakan kegiatan keagamaan (Rif'an, 2012). 

Meskipun banyak kontradiksi dari penyajian shalwat menggunakan alat music seperti hadroh ini, namun jika dilihat dari sisi Sirah, ternyata Rasul dan para sahabat juga menikmati penyajian seni music. Penyajian music ini tentu dengan cara, sarana, kandungan, dan batas-batas yang tidak sama dengan yang dilakukan oleh orang kafir (Qardhawi, 2019).

Jika dilihat dari Negara lainm salah satunya pada masyarakat Mesir, terdapat salah satu Syair yang berjudul al-Mawawil. Syair tersebut dinyanyikan seorang diri atau bersama-sama banyak orang, terutama yang bersuara bagus. 

Syair yang dilantunkan kebanyakan berisi tentang cinta, kerinduan, ikatan, dan perceraiberaian. Sebagian lain berisi mengenai nikmat harta dunia, yang lainnya berisi ratapan atas kezaliman yang merajalela, dan sebagainya. Kebanyakan mereka menyanyikan syair itu tanpa menggunakan alat musik, tetapi sebagian yang lain ada yang menggunakan seruling. 

Di antara seniman tradisional, ada yang kreatif menggubah lagu dan syair untuk mereka nyanyikan pada saat-saat tertentu. Contoh lain adalah kisah-kisah yang dipuitisasikan, yang bercerita tentang pahlawan rakyat yang dikenal dengan keberanian dan ketahanan mentalnya. 

Orang-orang mendengarkan dan mengiringinya dengan menabuh rebana sambil menirukan syairnya. Karenanya, banyak di antara mereka yang menghhafal syair itu di luar kepala. 

Diantara syair-syairnya adalah kisah Adam al-syarqawi, Syafiqah wa Mutawalli, Ayyub al-Mishri, Sa'd AI-Yatim, dan lain sebagainya (Qardhawi, 2019). Penggunaan rebana pada iringan syair masyarakat Mesir tersebut bisa dinilai sama dengan penggunaan rebana pada seni hadrah yang ada di Indonesia.

Pada masyarakat Arab, terlebih pada awal Islam, seni musik nampaknya belum berkembang dan senantiasa merupakan kelanjutan dari masa sebelum Islam. 

Alat-alat yang dipakai seperti yang tercantum dalam tulisan Prof Saifullah, diantaranya adalah seruling, gendang, ghubaira, rebana, dan kabarat. Syair-syair ditampilkan biasanya dalam acara perkawinan, sleain itu untuk menyambut prajurit sepulang dari perang (Saifullah SA, Febri Yulika, 2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun