Namun, jiwa perayu saya berontak. Saya kembali bernegosiasi dengan suami. Akhirnya kami membuat kesepakatan, saya bersama anak ketiga dan bungsu ke Bogor. Suami dan si sulung langsung ke hotel untuk check in. Sebuah keputusan yang melegakan saya.
Singkat cerita, hari kopdar yang dinanti tiba. Pagi hari disambut dengan hujan yang cukup deras. Namun, jam delapan pagi, hujan berganti menjadi gerimis. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, saya pun segera berangkat bersama dua putra saya.
Benar saja, perjalanan menuju Bogor sangat padat. Terlebih, perjalanan kami ditemani oleh gerimis. Semangat untuk tatap muka membuat kami terus melaju hingga tiba di sebuah rumah yang terlihat asri dengan tanaman yang menghiasi teras dan halaman samping yang ditumbuhi berbagai macam pepohonan.
Begitu turun dari mobil, saya langsung disambut ramah seorang ibu yang ternyata beliau adalah Nyonya Bugi. Sambutan hangat dari tamu yang hadir, langsung membuat saya merasa nyaman. Saya langsung mengenali Pak Kusworo, Kak Dennise, Teh Nia, dan tentu saja tuan rumah, Kang Bugi.
Tidak lama setelah kedatangan saya, Bu Winni pun datang dengan tentengan yang kami tunggu, semur ati macan alias kancing lepis.
Acara dibuka oleh Kang Bugi yang menjelaskan kembali maksud acara kopdar ini diadakan dan sekilas tentang berdirinya Komunitas Vlomaya. Acara kemudian dilanjutkan dengan perkenalan para peserta yang hadir.
Ternyata, semua peserta yang hadir adalah orang-orang hebat dan sudah tidak asing dengan dunia literasi. Ada Mas Rahab yang mempunyai tiga akun kepenulisan; akun khusus puisi, akun untuk tulisan gado-gado dan akun khusus yang mengulas kuliner. Hadir pula Mas Hafiz yang mewakili Kompasiana. Kehadirannya sontak membuat Kompasianers yang hadir mengajukan permintaan-permintaan, di antaranya request agar tulisan mereka minimal menjadi artikel pilihan. Sebuah permintaan yang menghadirkan senyuman di wajah Mas Hafiz.
Lalu ada Mbak Suci yang sudah terbiasa dengan tulisan ilmiah, kemudian belajar menuliskan karya ilmiah dengan gaya populer. Ada Pak Kusworo yang sudah menulis sejak SMA dan menjadikan menulis sebagai penghasilan. Ada Bu Winni yang ahli per-uangan dan pandai pula menulis.
Hadir pula Kak Dennise yang sudah menulis di Femina sejak lama dan ternyata satu almamater dengan Pak Kusworo. Lalu ada Teh Nia yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Jiwa dan menggemari kegiatan menanam, mempopulerkan hobi menanam lewat akun YouTube dan mulai menulis.