Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Brendi yang Tak Lagi Candu

22 Maret 2022   10:25 Diperbarui: 26 Maret 2022   04:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Setitik sinar mentari menyelusup di antara jendela yang tidak tertutup rapat. Cahaya yang minim menambah suram suasana kamar yang sudah ditinggalkan penghuninya beberapa tahun lalu. 

Tampak beberapa surat kabar yang tergeletak berdebu, menandakan benda itu tak tersentuh bertahun lamanya. Cat tembok kamar yang pucat dan mengelupas bagai melukiskan kelamnya hidup Vino di masa yang lalu.


Botol brendi yang berdiri kokoh di atas meja berdebu di pojok kamar, seolah mengundang Vino untuk meraih, lalu menikmati isinya yang memabukkan. Brendi selalu memberi ketenangan semu karena setelahnya ia justru mendapati kenyataan hidup sepahit empedu.

Namun, entah kenapa, tujuh tahun lalu hal itu selalu menjadi akhir dari pelariannya. Kehidupan Vino yang keras menjadi sebab terbesar ketergantungannya pada cairan memabukkan itu.

Semua bermula ketika Wisnu, Papa Vino, mengabaikan putra semata wayangnya itu. Wisnu adalah seorang pengusaha kerajinan rotan yang sukses. Selain di Jakarta, Wisnu memiliki perusahaan cabang di Bandung dan Surabaya. 

Wisnu berharap banyak agar Vino bisa menggantikannya memimpin perusahaan kelak.


Namun, Vino hanya mencintai seni. Meski Vino cerdas, ia belajar hanya sekadar untuk memenuhi nilai standar agar naik kelas.

Berkali-kali Wisnu mengingatkan Vino untuk lebih fokus pada pencapaian akademis, tetapi sang pewaris lebih suka berkutat dengan kamera.


"Kesuksesan apa yang bisa kamu raih dari sebuah kamera, Vino?" tanya Wisnu dengan tatap mata penuh amarah.


Vino tidak peduli dengan pesan papanya hingga Wisnu murka dan menarik fasilitas mewah yang selama ini dinikmati Vino. Bahkan, sekadar mengajak bicara putranya pun, Wisnu enggan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun