Pada bulan yang lalu, salah satu rekan kerja saya akan menikahkan anak laki-lakinya yang merupakan anak pertama.
Setelah melakukan lamaran dan menentukan tanggal pernikahan, anak dan calon menantunya langsung membuat konsep pernikahan yang sedang ngetrend saat ini yaitu intimate wedding yang mengutamakan kesederhanaan dengan tamu yang terbatas.
Lokasi pernikahan sudah ditentukan yaitu di sebuah kafe, dengan mengundang keluarga dan teman dekat saja. Setelah semua rencana selesai, barulah calon pengantin menginformasikan kepada orang tuanya.
Teman saya sebenarnya kurang setuju dengan konsep intimate wedding ini, karena memiliki keluarga besar baik dari pihak beliau maupun istrinya sehingga tidak semua keluarga inti bisa diundang.Â
Beliau dan istrinya menginginkan resepsi dilangsungkan di gedung dengan mengundang semua keluarga, tetangga, teman-teman kerja, dan juga relasi lainnya.
Teman saya ini memiliki banyak kenalan karena sering mengisi pengajian rutin dan menjadi imam sholat Jum'at di beberapa tempat. Beliau juga sering diminta oleh keluarga ataupun teman untuk menyerahkan pengantin laki-laki kepada keluarga mempelai perempuan atau memberikan khutbah nikah.
Tapi karena semua persiapan sudah selesai semua, mau bagaimana lagi sehingga akhirnya beliau dan istrinya setuju. Sebagai jalan tengahnya, beliau mengadakan acara di rumah yang dilaksnakan tiga hari sebelum pernikahan dengan mengundang saudara, tetangga, teman-teman dan semua kenalan.
Benarkah Intimite Wedding Tidak Berlaku untuk Anak Pertama?
Ada anggapan bahwa konsep intimate wedding tidak berlaku untuk anak pertama, dengan alasan sebagai berikut:
Pertama yaitu anak kesatu sering dianggap sebagai simbol kebanggaan keluarga.