Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Pos Ketan Legenda-1967 di Sentra Kuliner Alun-Alun Kota Batu Jawa Timur

11 Juli 2024   15:27 Diperbarui: 12 Juli 2024   13:39 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air mancur yang ada di alun-alun Kota Batu (dokpri)

Tulisan ini masih membahas saat kami liburan di Gresik, yaitu sehari setelah pulang dari Gunung Bromo. Pada hari Jum'at tanggal 28 Juni 2024, aktivitas yang kami lakukan di pagi hari yaitu mencuci sepatu karena masih banyak pasir yang tertinggal di dalamnya.

Setelah sarapan, kami beristirahat sampai siang sambil merasakan kaki yang masih pegal setelah melakukan pendakian ke kawah Gunung Bromo (baca di sini).

Pukul 11.30 anak yang laki-laki pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Jum'at, sedangkan yang perempuan melaksanakan salat dhuhur di rumah. Setelah makan siang, Teh Nia mengajak kami untuk berkunjung ke Kota Batu.

Mencicipi Kuliner Pos Ketan Legenda-1967

Pukul 13.30 kami baru berangkat dari rumah, tujuan kami semula adalah ke Kusuma Agrowisata. Kami sampai di sana pukul 15.50 dan pada saat bertanya ke satpam yang ada di depan, ternyata tempat ini sudah tutup dari pukul 15.30.

Akhirnya kami putar balik menuju ke Alun-Alun Kota Batu, kami parkir di pasar sebelum Masjid Agung An-nur. Tadinya mau parkir di depan masjid, tetapi sudah penuh.

Masjid Agung An-nur (dokpri)
Masjid Agung An-nur (dokpri)
Kami melaksanakan salat ashar di masjid tersebut, kemudian menyebrang menuju sentra kuliner yang ada di samping Alun-Alun Kota Batu. Teh Nia mengajak kami ke pos ketan legenda-1967.

Sentra parkir dan kuliner alun-alun Kota Batu (dokpri)
Sentra parkir dan kuliner alun-alun Kota Batu (dokpri)
Kuliner ini merupakan ciri khas dari kota Batu, rasanya tidak lengkap bila berkunjung ke sini tetapi tidak mampir dan mencicipi kuliner yang legendaris karena sudah ada sejak tahun 1967.

Waktu menunjukkan pukul 16.30 sepertinya masih persiapan, pintunya baru di buka sedikit bagian bawahnya. Pengunjung lain pun sudah ada yang menunggu. Kata Teh Nia biasanya pukul 16.00 juga sudah buka. 

Kami melihat daftar menu yang ada di bagian atas pintu, ada lebih dari 20 varian rasa ketan yang namanya berupa singkatan tetapi ada keterangan di bagian bawahnya.

Varian rasa ketan dengan toping bermacam-macam (dokpri)
Varian rasa ketan dengan toping bermacam-macam (dokpri)
Saya menuliskan daftar pesanan di Hp karena pesanan kami berbeda-beda, yaitu 3 buah ketan kelapa gula merah, 2 buah ketan susu misis, 2 buah ketan susu keju, dan 1 buah ketan durian susu campur vla.  Varian rasa yang lain ada yang dicampur dengan pisang, tape, nangka dan pancake dengan toping berupa kacang, keju, susu, misis dan vla.

Sambil menunggu tempat ini dibuka, Teh Nia dan Teh Nur keliling untuk mencari jajanan yang lain. Di sentra kuliner ini banyak sekali pilihan makanannya, dan pengunjung.yang datang juga banyak.

Pintu segera dibuka, yang lain masuk menempati tempat duduk yang tersedia sedangkan saya dan ananda antri di bagian pemesanan. Saya menyebutkan pesanan yang sudah dicatat dalam Hp, dan memesan minuman ternyata belum tersedia. 

Tempat pemesanan sekaligus pembayaran (dokpri)
Tempat pemesanan sekaligus pembayaran (dokpri)
Kasir menyebutkan jumlah yang harus dibayar, cara pembayarannya bisa kontan atau menggunakan QRIS. Harganya bervariasi mulai dari Rp 7.000,00 dan yang paling tinggi harganya yang ada duriannya yaitu sebesar Rp 18.000,00.

Saya bergabung dengan yang lainnya, tak lama pesanan datang yang ditempatkan dalam piring kecil. Tempat duduk yang tersedia tidak terlalu luas, sehingga langsung penuh dengan pengunjung.

Pesanan ketan di meja yang kami tempati (dokpri)
Pesanan ketan di meja yang kami tempati (dokpri)
Varian yang saya makan yaitu ketan kelapa merah, nasi ketannya diberi toping gula merah bubuk dan parutan kelapa. Kami menikmati pesanan masing-masing, rasanya enak dan nikmat tetapi gula merah bubuknya kebanyakan sehingga tidak saya habiskan.

Sebenarnya ananda kalau di rumah tidak suka dengan nasi ketan, tetapi di sini mau memakannya karena sudah diberi toping misis dan keju. Untuk yang rasa durian kami cicipi bertiga karena sengaja belinya dilebihkan satu. Sayang duriannya belum matang, sehingga tidak ada yang mau memakannya.

Selesai makan kami segera pergi, karena ada pengunjung yang belum kebagian tempat duduk. Setiap hari pengunjung yang datang ke tempat ini tidak pernah sepi.

Kuliner ini bisa bertahan selama puluhan tahun karena kualitas bahan bakunya selalu dijaga oleh pemiliknya, sehingga rasa dan kenikmatannya tidak berubah dari dulu sampai sekarang.

Semula pemilik pendahulunya berjualan di depan kantor pos, sehingga terkenal dengan sebutan ketan pos. Bila sahabat berwisata ke kota Batu, wajib mampir ke sini yang terletak di Jalan Ir. Soekarno, bagian barat Alun-Alun Kota Batu.

Keliling di Alun-Alun Kota Wisata Batu

Selanjutnya kami masuk ke alun-alun, dan duduk di dekat air mancur. Di dekat sini ada wahana bianglala dan arena bermain untuk anak-anak.

Wahana yang ada di Alun- Alun Batu (dokpri)
Wahana yang ada di Alun- Alun Batu (dokpri)
Banyak pengunjung yang datang di alun-alun di sore hari ini, kebanyakan keluarga yang membawa anak-anak. Karena alun-alun ini sudah berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi warga.  

Air mancur yang ada di alun-alun Kota Batu (dokpri)
Air mancur yang ada di alun-alun Kota Batu (dokpri)
Kami berfoto di depan air mancur dan di depan tulisan Alun-Alun Kota Wisata Batu, setelahnya kami duduk-duduk di sekitar situ. Menjelang magrib lampu di sekitar sudah menyala, tetapi pengunjung masih banyak. 

Tak lama suara adzan terdengar dari Masjid Agung An-nur, kami pun menuju ke masjid untuk melaksanakan salat magrib.

Mobil hias di sekitar alun-alun (dokpri)
Mobil hias di sekitar alun-alun (dokpri)
Pada saat menyebrang, di depan alun-alun saya melihat mobil hias VW kodok yang berjejer. Pengunjung bisa naik ke mobil hias ini selama 15 menit keliling kota, muat untuk 4 orang penumpang dan 1 supir.  Mobil hias ini mulai beroperasinya pukul 18.00 sampai pukul 23.00, tetapi pada malam minggu bisa sampai pukul 24.00.

Selesai melaksanakan salat magrib, kami kembali ke tempat parkiran. Ananda berjalan tanpa menggunakan alas kaki, karena sandal jepit yang dipakainya hilang saat di simpan di luar masjid.

Kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Gresik dan sebelum masuk jalan tol kami mampir ke rest area yang ada pusat oleh-olehnya. Kami hanya sebentar di sini dan langsung pulang menuju rumah Teh Nia.  

Wasana Kata

Itulah perjalanan yang dilakukan oleh kami saat berkunjung ke Alun-Alun Kota Batu Jawa Timur dan mencicipi kuliner khas dari kota tersebut yaitu pos ketan legenda -1967.

Varian rasa ketannya banyak, sehingga pengunjung bisa menikmatinya sesuai dengan selera masing-masing. Rasa ketannya dijamin enak karena kualitas bahan bakunya selalu dijaga dan setiap hari tempat ini selalu ramai oleh pengunjung.

Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.

Cibadak, 11 Juli 2024
#Tulisan ke-62 di tahun 2024
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun