Pada artikel sebelumnya saya menuliskan tentang perjalanan menuju ke rumah kakak ipar dari stasiun Cibadak sampai ke stasiun Sudimara (baca di sini).
Setelah menginap semalam, besoknya kami berangkat berlima yaitu saya, ananda, keponakan, Teh Nur (kakak ipar) beserta anaknya yang laki-laki menuju ke Gresik yaitu ke rumah adiknya yang tinggal di sana.
Suami Teh Nur merupakan kakaknya suami, beliau tidak bisa ikut karena sedang ada pekerjaan. Begitupun dengan suami saya, tidak bisa menemani kami liburan karena jatah cuti tahun ini sudah habis.
Kami berangkat dari rumah pukul 06.00 menuju ke stasiun Pasar Senen dengan membawa bekal makanan dan minuman untuk perjalanan yang akan dilakukan selama 11 jam.
Sengaja kami berangkat pagi-pagi untuk menghindari kemacetan di jalan raya, lebih baik cepat sampai di stasiun Pasar Senen dan menunggu sampai keberangkatan tiba.
Pukul 06.30 kami sudah sampai di stasiun Pasar Senen, kemudian mencari tempat duduk yang masih kosong di ruang tunggu sebelah luar. Saya dan ananda mencetak karcis terlebih dahulu di mesin yang terdapat di sekitar stasiun.
Tiket sudah dipesan seminggu sebelumnya, kereta yang kami naiki yaitu Dharmawangsa Ekspres kelas ekonomi dengan harga tiket sebesar Rp 280.000,00 per orang.
Sambil menunggu kami sarapan terlebih dahulu, kemudian kami pindah duduk ke ruang tunggu sebelah dalam. Pukul 08.15 kami sudah bisa masuk ke peron dengan melewati tempat pemeriksaan tiket. Ananda belum memiliki KTP, jadi pada saat pemeriksaan tiketnya disatukan dengan punya saya.
Tak lama kereta datang, setelah pintu menuju kereta dibuka kami langsung naik menuju gerbong paling ujung dan mencari tempat duduk sesuai dengan tiket. Koper dan tas disimpan di atas, sedangkan wadah berisi bekal makanan dan minuman di simpan di bawah.
Perjalanan dari Stasiun Pasar Senen Jakarta Menuju Stasiun Pasarturi Surabaya
Rangkaian kereta api Dharmawangsa Ekspres terdiri dari 3 gerbong kelas eksekutif dan 6 gerbong kelas ekonomi dengan kapasitas tempat duduk sebayak 786 buah.
Di setiap tempat duduk disediakan dua buah colokan listrik untuk mengisi daya HP dan laptop, serta 2 buah kantong keresek kecil untuk tempat sampah.
Kami menempati gerbong 6 dengan nomor tempat duduk yaitu 8C, 8D, 9B, 9C dan 9D, tempat duduknya berhadapan dua-dua. Saya duduk bersama dengan Teh Nur, ananda duduk di depan saya bersama keponakan sedangkan anaknya Teh Nur terpisah di kursi yang ada di samping kiri kami.
Kereta berangkat pukul 08.40, setelah stasiun Pasar Senen kereta melewati stasiun Bekasi, Cikarang, Haurgeulis, Jatibarang, Cirebon Prujakan, Brebes, Tegal, Pekalongan, Waleri, Semarang Poncol, Ngrombo, Randublatung, Cepu, Bojonegoro, Babat, Lamongan dan berakhir di Surabaya Pasarturi. Â
Pada saat akan berhenti di stasiun, ada informasi tentang nama stasiun karena ada penumpang yang akan turun. Di setiap stasiun kereta akan berhenti sekitar 5 sampai 10 menit, kecuali di stasiun Brebes berhentinya cukup lama yaitu 30 menit.
Bila berhenti di satu stasiun, banyak bapak-bapak yang turun dari kereta untuk merokok karena di dalam gerbong dilengkapi dengan AC sehingga tidak bisa merokok.
Awalnya yang duduk di samping keponakan adalah laki-laki, tetapi di Brebes penumpang tersebut turun dan penggantinya seorang perempuan. Sehingga dia pindah duduk bersama ananda, dan keponakan saya yang perempuan berpindah ke sana.
Selain menikmati pemandangan, yang kami lakukan selama di perjalanan yaitu ngobrol, tidur, minum dan makan camilan. Bila merasa pegal, kami bisa jalan-jalan ke belakang karena gerbong yang ditempati oleh kami adalah gerbong terakhir sehingga bisa melihat rel kereta api yang terlewati.
Pada saat makan siang, ananda dan keponakan membeli paket nasi dan ayam seharga Rp 36.000,00 dari petugas restorasi yang lewat di gerbong untuk menawarkan makanan dan minuman yang dibawanya. Bayarnya bisa secara tunai atau menggunakan QRIS.
Kebersihan di kereta sangat terjaga, ada petugas yang mengepel dan mengumpulkan sampah melewati gerbong beberapa jam sekali. Bila ingin buang air kecil, ada 1 toilet yang tersedia di depan dan belakang gerbong tetapi masih bercampur antara laki-laki dan perempuan. Jenis toiletnya ada yang jongkok dan ada yang duduk.
Selama perjalanan di siang hari, kami lebih banyak minum dan makan camilan. Jumlah minuman yang kami bawa banyak, tetapi karena haus minuman tersebut habis sehingga kami membeli air mineral botol seharga Rp 8.000,00 sekalian membeli pop mie seharga Rp 10.000,00.
Pukul 20.43 kami sampai di stasiun Pasarturi Surabaya, adiknya kakak ipar yaitu Teh Nia beserta anaknya sudah menunggu kedatangan kami. Dari stasiun Pasarturi kami menuju ke rumah Teh Nia yang ada di kota Gresik.
Melaksanakan Salat di Kereta
Pada saat naik kereta, kami tetap melaksanakan salat. Adzan dhuhur terdengar saat kami tiba di stasiun Cirebon Prujakan, saya menanyakan kepada petugas kebersihan apakah ada mushola di kereta ini.
Ternyata tidak ada, jadi kami melaksanakan salat dhuhur digabung dengan salat ashar dengan duduk di kursi. Untuk wudhunya bisa dilakukan di toilet, air yang tersedia cukup banyak.
Selama melakukan salat, kami melakukannya secara bergantian di tempat duduk yang ada di pinggir dan yang tidak sholat menjaganya. Saya sudah menyiapkan dari awal dengan membawa mukena travel di tas dan juga membawa sarung tangan salat beserta kaus kaki yang bersih.Â
Saat melakukan salat saya memakai sarung tangan dan kaus kaki, sedangkan kakak ipar memakai mukena. Untuk pelaksanaan salat magrib, kami lakukan setelah sampai di Gresik dengan menarik salat magrib ke salat isya.
Perjalanan Pulang dari Stasiun Pasarturi Menuju Stasiun Pasar SenenÂ
Setelah liburan beberapa hari di sana, kami pulang pada Minggu malam tanggal 30 Juni 2024 dengan jadwal keberangkatan pukul 21.45 menggunakan kereta api Kertajaya.
Harga tiket kereta Kertajaya kelas ekonomi premium yaitu sebesar Rp 310.000,00 per orang. Harga tiket saat berangkat dan pulang lebih mahal sedikit dari hari biasanya, mungkin karena sedang liburan.
Kereta api Kertajaya merupakan kereta api penumpang terpanjang terdiri dari 16 rangkaian gerbong yang terdiri dari 14 kereta penumpang, 1 kereta restorasi dan 1 kereta lokomotif. Panjang kereta mencapai 350 meter, dan memiliki 1.120 kapasitas tempat duduk.
Posisi tempat duduk di kereta Kertajaya ini hanya berhadap-hadapan di bagian tengah yaitu tempat duduk nomor 10 dan 11. Tempat duduk lainnya ditempatkan saling membelakangi.
Kami menempati tempat duduk nomor 8C, 8D, 9B, 9C dn 9D, saya dan Teh Nur duduk di bagian depan. Ananda dan keponakan di belakang saya, serta keponakan yang laki-laki kembali terpisah di tempat duduk sebelah kanan kami.
Tempat duduk yang kami tempati terasa lebih nyaman dari kereta sebelumnya, begitupun dengan ACnya terasa lebih dingin. Di kereta ini juga tersedia colokan listrik untuk mengisi daya HP dan laptop.
Toilet yang tersedia ada 2 buah dan sudah dipisahkan antara toilet laki-laki dan perempuan, dan semuanya toilet duduk. Tetapi hanya ada di gerbong bagian belakang saja.
Untuk perjalanan malam ini, kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur. Suara adzan Shubuh terdengar saat di stasiun Brebes, saya yang duluan bangun dan pergi ke toilet untuk buang air kecil sekalian berwudhu. Setelah selesai melaksanakan salat, saya membangunkan yang lainnya sehingga bisa melaksanakan salat Shubuh secara bergantian.
Saat pulang ini kami membawa bekal makanan dan minuman lebih sedikit. Pukul 06.00 perut sudah terasa lapar, saya dan kakak ipar memakan bekal yang dibawa. Sedangkan ananda dan keponakan hanya makan camilan saja.
Pukul 08.15 kereta sudah sampai di stasiun Pasar Senen, dan kami langsung menuju ke rumah kakak ipar. Tiga puluh menit kemudian kami sudah sampai, saya beserta ananda dan keponakan menginap dulu semalam sebelum pulang ke Cibadak. Besoknya kami pulang menggunakan KRL dan kereta api.
Wasana Kata
Itulah perjalanan menarik yang kami lakukan dari stasiun Pasar Senen Jakarta menuju ke stasiun Pasarturi Surabaya pulang pergi menggunakan kereta api ekonomi.
Fasilitas yang ada di kereta api ekonomi membuat kami merasa aman dan nyaman. Walaupun durasi perjalanan dilakukan selama 11 jam, tetap kami bisa menikmatinya dengan perasaan senang dan tidak merasakan kelelahan.
Semoga pada saat liburan selanjutnya, kami bisa menikmati kembali perjalanan jauh menggunakan kereta api dengan tujuan yang berbeda. Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu
Cibadak, 4 Juli 2024
#Tulisan ke-58 di tahun 2024
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H