Istilahnya abodemen, membayarnya sebulan sekali dengan jumlah uang yang sudah disepakati. Penumpangnya bukan hanya berdua, tetapi ada anak-anak lain sehingga nayor itu penuh.
Nayor yang saya tumpangi saat itu milik Mang Nanta, yang sekaligus merangkap sebagai kusirnya. Saat jadwal pulang sekolah, tukang nayor sudah menunggu di dekat gerbang sekolah.
Sampai awal tahun 2000-an, nayor masih menjadi langganan anak-anak SD. Sehingga setiap pagi sekitar pukul 06.30 nayor sudah terlihat di jalan untuk mengantar anak-anak ke sekolah.Â
Tetapi untuk saat ini, tidak ada yang abodemen nayor lagi. Karena banyak orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah menggunakan sepeda motor.
Nayor dan Pawai Drum Band Kenaikan Kelas
Sebelum Pandemi Covid-19 yaitu diakhir tahun pelajaran, nayor sering disewa untuk kegiatan pawai drum band dalam rangka kenaikan kelas atau acara samenan sekolah.
Sekolah di Kecamatan Cibadak yang menyelenggarakan pawai drum band ke jalan jalan raya, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah (MD) yang ada di bawah naungan Kemenag.
Pawai drum band sudah menjadi tradisi turun temurun sekolah MI ataupun MD sejak dulu dan sangat ditunggu oleh masyarakat sekitarnya.
Bila ikut pawai, biasanya nayor akan diberi hiasan sehingga lebih menarik. Nayor ini ditempatkan dibarisan paling belakang dan dikhususkan untuk anak-anak kelas bawah terutama kelas 1 karena belum kuat jalan jauh.Â
Bila ingin naik nayor ini maka orang tua dikenakan biaya lagi. Saya juga pernah ikut pawai drum band selama tiga tahun berturut-turut saat ananda balita. Itupun karena sekolahnya dekat dengan rumah, kebetulan keponakan bersekolah di sini.
Kegiatan pawai drum band sempat terhenti beberapa tahun saat pandemi. Tahun kemarin sudah mulai ada pawai lagi, tetapi karena sering menimbulkan kemacetan di jalan raya sehingga pawainya di alihkan ke jalan alternatif.