Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Komunitas Praktisi di Sekolah Sebagai Wadah bagi CGP dalam Berbagi Hasil Pelatihan kepada Rekan Sejawat

31 Maret 2023   14:46 Diperbarui: 14 April 2023   09:47 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 CGP sedang berbagi dalam Komunitas Praktisi di Sekolah (sumber : dokumen Asep Heryanto)

Kemajuan pendidikan salah satunya ditentukan oleh guru yang berkualitas. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan meluncurkan Program Guru Penggerak, yang sampai saat ini sudah berjalan sampai angkatan ketujuh.  

Untuk menjadi guru penggerak tidak mudah, karena harus melewati seleksi terlebih dahulu. Yaitu seleksi pertama berupa seleksi administrasi dan menjawab soal essay, serta seleksi kedua berupa simulasi mengajar dan wawancara.

Guru yang sudah lulus seleksi tahap kedua disebut dengan Calon Guru Penggerak (CGP), dan akan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan selama 6 bulan.

Metode pelatihan yang dilaksanakan berupa pelatihan daring, lokakarya, konferensi dan pendampingan yang dipandu oleh fasilitator, instruktur dan pengajar praktik.

Setelah lulus dari pelatihan, guru penggerak diharapkan bisa berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain dan mendorong kolaborasi guru.

Dalam tulisan ini saya akan mengulas peran guru penggerak dalam menggerakan komunitas praktisi atau komunitas belajar.  

Manfaat Komunitas Praktisi Bagi Calon Guru Penggerak

Komunitas praktisi merupakan suatu wadah bagi guru untuk belajar dan berpartisipasi dalam mengembangkan diri, berinteraksi serta berdialog dengan sesama anggota tentang kekhawatiran atau masalah yang ditemukan dan berbagi praktik baik yang telah dilakukan untuk direfleksikan secara bersama-sama.

Dengan melakukan kegiatan di komunitas praktisi, sesama anggota bisa memberikan dukungan dan saling membantu secara mandiri dalam mengembangkan profesionalismenya.

Komunitas praktisi sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi guru karena sudah ada sejak lama, contohnya di SD ada Kelompok Kerja Guru (KKG) ataupun di SMP dan SMA ada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).  

Untuk merintis atau mengembangkan komunitas praktisi, CGP tidak harus menunggu dulu sampai lulus menjadi guru penggerak tetapi bisa dilakukan pada saat masih mengikuti pelatihan.

Karena komunitas praktisi ini penting bagi CGP sebagai wadah untuk berbagi informasi tentang materi yang telah didapatkan dari pelatihan kepada rekan sejawatnya di sekolah.

Terutama berbagi praktik baik tentang pembelajaran yang berpihak kepada murid dan budaya positif, yang sangat bermanfaat bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka. Dengan adanya komunitas praktisi ini, semangat CGP untuk menerapkan hasil pelatihan akan tetap terjaga.

Pada saat melakukan implementasi hasil pelatihan di kelas, mungkin saja ditemukan hal-hal yang menantang yang tidak ditemukan dalam pelatihan. Dalam komunitas praktisi inilah CGP dan rekan sejawat bisa berbagi dan mencari solusi bersama-sama. 

Melalui komunitas praktisi, CGP bisa mengajak rekan sejawat untuk sama-sama melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan melakukan pembelajaran yang berkualitas dan membuat program yang bisa berdampak bagi siswa dan kemajuan sekolah. Sehingga merdeka belajar yang dicanangkan oleh pemerintah, bisa diwujudkan sesuai dengan harapan.

Untuk melakukan suatu perubahan tidak akan berhasil dilakukan oleh CGP sendiri, tetapi harus berkolaborasi dengan rekan sejawat dan juga adanya dukungan dari Kepala Sekolah, siswa dan orang tua.   

Perkembangan Komunitas Praktisi di Sekolah Calon Guru Penggerak

CGP mendapatkan materi tentang komunitas praktisi di modul 1.2 bersama fasilitator dan instruktur, serta sudah melakukan pemetaan tentang komunitas praktisi yang ada di lingkungannya dalam kegiatan lokakarya pertama bersama Pengajar Praktik (PP).

Pada pendampingan individu kedua, PP berdiskusi dengan CGP tentang rencana mereka dalam merintis komunitas praktisi di sekolahnya masing-masing apabila belum ada atau mengembangkan komunitas praktisi yang sudah berjalan. 

Dalam pendampingan individu kelima, perkembangan komunitas praktisi ditanyakan kembali oleh PP kepada CGP.

Saya merupakan salah satu PP di angkatan keenam yang membersamai 4 orang CGP yang berasal dari sekolah dengan jenjang yang berbeda yaitu TK, SD dan SMA.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dalam pendampingan individu kelima, perkembangan komunitas praktisi di sekolahnya para CGP sudah berjalan dengan baik.

Di SMAN 1 Warungkiara dengan CGP Ibu Yulizeslika dan di SMAN 1 Cikembar dengan CGP Ibu Dewi Febrianti, komunitas praktisi sudah berjalan dalam lingkup yang kecil yaitu antar guru mata pelajaran yang berjumlah 5 sampai 6 orang. 

Kegiatannya masih bersifat insidentil dan bersifat tidak formal yaitu belum dibentuknya pengurus untuk komunitas praktisi tersebut.

Untuk merintis atau mengembangkan komunitas praktisi di sekolah jenjang SMA, dengan melibatkan semua guru tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini terjadi karena jumlah gurunya banyak dan masih adanya senioritas, sehingga gerak para CGP masih terbatas.

Rencananya sebelum tahun ajaran baru nanti, akan berkomunikasi terlebih dahulu dengan Kepala Sekolah untuk merintis komunitas praktisi ini. 

Di jenjang TK ada Ibu Nia Kurniawati yang mengajar di TKIT Bani Saleh Cikembar. Di sekolah ini komunitas praktisinya sudah ada yang dibentuk oleh Kepala Sekolah, dengan kegiatan rutin setiap hari Jum'at berupa pembinaan dan tausiah.  

Kebetulan CGP angkatan keenam yang ada di sekolah ini berjumlah 3 orang, sehingga mereka biasanya meminta waktu khusus pada saat pembinaan tersebut untuk berbagi hasil pelatihan kepada rekan sejawat. Yang sudah dilakukan yaitu berbagi tentang budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, dan coaching.

Di jenjang SD ada Pak Asep Heryanto yang mengajar di SDN Bantarkalong, komunitas praktisi di sekolah ini sudah terbentuk dengan anggotanya adalah guru kelas. Kegiatannya sudah berjalan beberapa bulan dan rutin dilakukan seminggu sekali yaitu setiap hari Sabtu setelah selesai KBM.

Pak Asep adalah satu-satunya CGP yang berasal dari sekolah tersebut dan yang pertama mengikuti program pelatihan guru penggerak. Guru-guru yang ada di sekolah tersebut sangat mendukung dengan kegiatan yang dilakukan, dan meminta Pak Asep untuk berbagi sehingga dibentuklah KKG sekolah.  

Bukan hanya Pak Asep yang berbagi, tetapi bergantian dengan guru yang lain.  Contohnya ada guru yang terampil menggunakan aplikasi Canva sebagai media pembelajaran maka guru tersebut diminta untuk berbagi dalam komunitas praktisi.

Bahkan Pak Asep sudah mendapat undangan dari KKG PAI dan KKG Guru Kelas Gugus Kecamatan Warungkiara untuk menjadi narasumber, tetapi belum bisa dipenuhi karena adanya keterbatasan dalam membagi waktu antara mengajar dan mengerjakan tugas pelatihan.

Rencananya setelah lulus menjadi guru penggerak nanti, baru Pak Asep akan aktif di kedua KKG tersebut dengan terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kebutuhan guru. Sehingga materi yang akan disampaikan bisa bermanfaat dan bisa diimplementasikan di sekolah masing-masing. 

Wasana Kata

Perkembangan komunitas praktisi di setiap sekolah CGP berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah masing-masing.

Komunitas praktisi yang ada di sekolah sangat bermanfaat bagi CGP untuk berbagi informasi hasil pelatihan dan aksi nyata yang sudah dilakukan dalam pembelajaran di kelas kepada rekan sejawat.

Semoga ke depannya setelah lulus menjadi guru penggerak, peran mereka dalam mengembangkan komunitas praktisi bukan hanya di sekolah saja tetapi bisa mengembangkan di wilayahnya masing-masing.

Sehingga perubahan bisa terjadi secara merata, dan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di setiap sekolah.

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Salam hangat dan bahagia selalu

Cibadak, 30 Maret 2023

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Sumber bacaan : Panduan Membangun Komunitas Praktisi bagi Guru Penggerak (Kemendikbud, 2020)

#Event Kemendikbudristek dan Kompasiana

#Tema: Kurikulum Merdeka Bikin Pembelajaran Jadi Berkualitas

#Sub Tema: Menggerakkan Komunitas Belajar (Guru, Orang Tua, dan Pemerhati Pendidikan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun