Seorang istri sedang memandang suaminya yang sedang tidur pulas, mulai terlihat guratan-guratan halus di sekitar matanya.
Dua puluh tahun lamanya laki-laki itu telah menjadi pendamping hidupnya, banyak hal yang telah dilewati bersama baik suka maupun duka.
Ujian datang saat buah hati yang dinanti tak kunjung tiba. Keduanya berjuang bersama, saling menguatkan dan terus berdoa.
Tahun keempat hadirlah seorang anak laki-laki diantara mereka, yang kini tumbuh menjadi seorang remaja.
Setelah buah hati hadir, suaminya bekerja di pulau seberang. Hubungan jarak jauh dijalaninya selama bertahun-tahun.
Bertemu hanya dua bulan sekali, tetapi keduanya memiliki komitmen bersama. Saling percaya dan komunikasi yang selalu terjalin sehingga semuanya bisa dijalani dengan baik.
Kini suaminya bekerja di luar kota, setiap akhir pekan pulang ke rumah. Hari Minggu saatnya berkumpul dengan istri dan anaknya, momen kebersamaan yang selalu dinikmati oleh mereka.
Perselisihan kecil terkadang terjadi diantara keduanya, tetapi selalu diselesaikan dengan baik bukan dengan kekerasan.
Usia yang semakin bertambah, menjadikan keduanya lebih bijaksana dalam menghadapi semua masalah yang terjadi.
Dalam hati sang istri merasa bersyukur memiliki pasangan hidup yang perhatian, bertanggung jawab, selalu menjaga hati dan matanya ketika berada di luar rumah.
Hanya satu keinginannya saat ini, ingin terus bersama dengan suaminya dan membesarkan anak semata wayang mereka. Agar kelak tumbuh menjadi anak yang saleh dan memiliki budi pekerti yang baik.
Keduanya selalu berdoa, semoga Yang Mahakuasa selalu memberikan rasa kasih sayang dalam hati mereka dan menjadikan keimanan sebagai landasan membentuk keluarga yang samawa sampai usia senja.
#Puisi Solo ke-45
Event KPB “Hubungan Personal Tanpa KDRT”
Cibadak, 14 Februari 2023
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H