Matahari semakin meninggi dan mulai terasa panas, kami pindah ke bangunan yang ada di bawah dengan menuruni tangga. Untuk masuk ke tempat ini alas kaki harus dilepas.
Ada beberapa tempat yang tersedia semacam aula, yang dilengkapi dengan bantal-bantal untuk santai dan kursi-kursi yang terbuat dari rotan. Kami menuju aula yang paling bawah, dan belum ada pengunjung duduk di sini.
Sambil duduk di sudut, kita bisa memandang pemandangan yang tak kalah indahnya. Bahkan ada angin sepoi-sepoi menyebabkan udara terasa sejuk, menambah rasa betah dan ingin berlama-lama di sini.
Saat kami pulang, pengunjung lainnya mulai berdatangan baik yang menggunakan sepeda motor, mobil pribadi bahkan ada juga rombongan dalam kendaraan bak terbuka yang diberi atap dari terpal.Â
Tempat wisata ini buka setiap hari dari pukul 08.00 s.d pukul 22.00, memberi kesempatan bagi pengunjung yang ingin menikmati sunset dan suasana malam di bukit tersebut.
Puncak Habibie
Kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Habibie yang ada di di dataran tinggi Desa Pasirbaru Kecamatan Cisolok. Sebelumnya lokasi ini bernama Puncak Kembang, kemudian berganti nama menjadi Puncak Habibie mulai tahun 1990. Pada saat itu beliau masih menjabat sebagai Menristek dan membangun tower atau fasilitas radar udara untuk aktivitas penerbangan IPTN.
Untuk sampai ke lokasi ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dari Pelabuhan Ratu dan jalan yang dilewati cukup ekstrim, karena banyak tanjakan dan tikungan tajam. Jadi harus berhati-hati apalagi bila cuaca sedang hujan.
Puncak Habibie berada di ketinggian 380 meter di atas permukaan laut dan berada di jalan raya Cisolok-Banten. Ada beberapa buah warung tersedia di sekitarnya, sehingga pengunjung bisa berisirahat sambil menikmati pemandangan alam yang menawan.
Di Puncak Habibie ada sebuah tulisan di atas monumen kecil yang menjelaskan tentang puncak tersebut yang dilengkapi dengan foto Pak Habibie ketika masih muda.
