Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melihat dan Menimang Cucu, Keinginan Ibu yang Tak Pernah Terwujud

7 Januari 2022   14:10 Diperbarui: 7 Januari 2022   14:23 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melihat dan menimang cucu yang ketiga, keinginan ibu yang tak pernah terwujud (foto: dokumentasi pribadi)

Setelah itu ibu akan dibawa keluar untuk berjemur di depan rumah. Orang-orang yang lewat banyak yang menyapa ibu, dan itu membuat ibu senang. Tetapi di tahun-tahun terakhir, kegiatan tersebut tidak pernah dilakukan lagi karena kondisi kesehatan ibu yang semakin menurun.

Sewaktu aku menikah di tahun 2005, kakak membawa dan menggendong ibu ke dalam masjid sehingga bisa menyaksikan proses ijab kabul. Saat acara sungkeman, ibu menangis bahagia sambil memeluk dan mengusap punggungku. Ibu beserta ayah menemaniku duduk di pelaminan, tetapi ibu hanya  sebentar karena tidak kuat duduk lama.

Seperti kebanyakan orang tua yang lain, ibu dan ayah berharap segera bisa melihat cucunya yang berasal dariku. Ibu selalu berdoa dan memberikan semangat kepadaku untuk bersabar dan berusaha, hingga akhirnya setelah 3 tahun lebih menikah aku bisa hamil.

Sayangnya pada saat usia kandungan 8 minggu, aku mengalami keguguran. Ibulah yang selalu menghibur dan mendoakan aku agar bisa segera memiliki buah hati. Alhamdulillah dua bulan kemudian aku hamil kembali, dan ibu merasa senang ketika aku kabari tentang itu.

Ibu selalu menasihati agar aku lebih hati-hati lagi dalam menjaga kandungan dan mengatakan ingin segera melihat cucunya yang akan lahir. Sayangnya hal tersebut tidak pernah terwujud, karena ibu meninggal pada saat usia kehamilanku menginjak 4 bulan.

Dua bulan kemudian ayah mertua juga menyusul ibu, kesedihan yang berturut-turut datangnya tetapi tidak membuat aku lupa menjaga kandunganku. Pada tanggal 2 Juli 2009 aku melahirkan di Rumah sakit melalui proses secar, karena posisi bayi yang sungsang dan plasenta yang letaknya di bawah.

Ada rasa bahagia dan juga sedih, karena aku sering mendengar teman-temanku ketika melahirkan ditemani oleh suami dan ibunya. Pada saat itu yang menungguku pada saat operasi yaitu suami dan kakak yang laki-laki.

Pada saat pulang ke rumah, ayah yang menyambutku dengan bahagia. Rumahpun menjadi ramai, karena saudara-saudara dan tetangga berdatangan menengok bayi yang baru lahir. Aku menggendong bayi ke kamar ibu, yang kutemukan hanya ada tempat tidur kosong di sana.

Aku teringat ketika kakakku membawa anak keduanya yang baru lahir beberapa tahun yang lalu pada saat ibu masih ada, ibu mencium dan mengusap kepala keponakan serta mendoakannya supaya menjadi anak yang sholelah.

Kini pada saat anakku sudah lahir, ibu sudah tiada sehingga tidak lagi pelukan dan ciuman sayang dari seorang nenek kepada cucunya. Tetapi aku yakin, ibu bisa melihat cucunya dari alam sana dengan perasaan bahagia.

Anakku hanya bisa bertemu dengan kakeknya saja, dan bersamanya beberapa tahun. Karena pada saat anakku berusia 3 tahun, ayah juga menyusul ibu. Dari pihak suami, kedua orang tuanya sudah tidak ada sehingga anakku tidak pernah mengenal mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun