Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Tengah Sawah Leuwi Ereng, Tempat yang Nyaman untuk Berakhir Pekan Bersama Keluarga

6 Desember 2021   05:21 Diperbarui: 6 Desember 2021   12:49 3155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Tengah Sawah Leuwi Ereng di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi (sumber foto: Nagrakselatan.wordpress.com)

Setelah lima hari melakukan rutinitas kerja terkadang menimbulkan kepenatan atau kebosanan, dan akhir pekan merupakan saat-saat yang ditunggu. Kita bisa berkumpul bersama keluarga di rumah ataupun pergi ke tempat-tempat wisata alam yang bisa menghilangkan rasa penat.

Di hari Minggu kemarin, saya bersama keluarga mengunjungi sebuah desa yang bernama Leuwi Ereng di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, karena disini ada sebuah tempat wisata di tengah sawah yang sering disingkat dengan Wates LE (Wisata tengah sawah Leuwi Ereng).

Perjalanan menuju lokasi dari rumah saya di Kecamatan Cibadak sekitar 30 menit, bagi pengunjung yang dari arah Bogor yang akan menuju ke sana rutenya sebelum pasar Cibadak belok kiri masuk ke jalan Nagrak. Sedangkan yang arah dari Sukabumi bisa masuk melalui jalan alternatif Nagrak yang ada di Karang Tengah.

Setiap hari kota Cibadak selalu mengalami kemacetan, apalagi di awal bulan. Saya sekeluarga menggunakan jalan alternatif yang ada di Karang Tengah. Untuk sampai di Wates LE sebelum Polsek Nagrak belok kanan, dan tidak lama akan sampai di depan sebuah mesjid.

Bagi yang membawa kendaraan roda empat, bisa parkir di depan mesjid kemudian jalan kaki menuju lokasi karena jalannya merupakan jalan desa sehingga tidak begitu lebar. Sedangkan yang membawa sepeda motor bisa parkir langsung di tempat wisata.

Dari depan mesjid ke tempat lokasi jaraknya sekitar 100 meter, tetapi jalannya menurun. Sebelum masuk, pengunjung akan diberikan tiket biaya masuk sebesar Rp. 5.000,00 per orang. Wates LE ini buka setiap hari dari pukul 08.00 s.d 16.00 WIB.

Pengelola dan Fasilitas yang ada di Wates LE

Saya sempat ngobrol dengan seorang pemuda yang bertugas menjaga karcis. Katanya tempat wisata ini baru beberapa bulan dibuka, merupakan tempat wisata lokal yang dikelola oleh Bumdes Mandiri Desa Nagrak Selatan dan dibangun menggunakan dana desa tahun anggaran 2021.

Walaupun belum lama dibuka tetapi sudah banyak reviu tentang tempat wisata ini di You Tube, sehingga menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.

Luas Wates LE yaitu 1,2 Ha yang merupakan tanah milik Desa Nagrak Selatan berupa sawah dan kebun. Fasilitas yang ada di sini yaitu jembatan pelangi, beberapa gazebo, aula, warung, WC, flying fox, tubing dan sepeda gantung.

Bagi yang suka bernyanyi, disediakan fasilitas untuk karoke di aula terbuka dengan membayar biaya sebesar Rp. 35.000,00/ jam.

Menikmati Suasana di Wates LE Bersama Keluarga

Saya bersama keluarga tiba di lokasi pukul 09.00, suasana agak mendung dan pengunjung masih sepi. Saat masuk ke lokasi langsung terlihat hamparan sawah yang sudah menguning.

Dari tempat penjaga karcis, pengunjung turun ke tengah sawah melalui tangga yang menurun yang disekelilingnya ditumbuhi bunga Zinnia yang berwarna warni. Sebelum sampai ke tengah sawah ada sebuah jembatan yang terbuat dari bambu, yang bisa digunakan sebagai tempat swa foto. 

Jembatan pelangi dan beberapa spot untuk foto (sumber foto: dokumen pribadi)
Jembatan pelangi dan beberapa spot untuk foto (sumber foto: dokumen pribadi)
Di tengah sawah terdapat jembatan pelangi yang digunakan untuk menuju gazebo dan beberapa spot untuk swa foto. Ada lima gazebo yang terdapat di tengah sawah, pengunjung bisa mendiami tempat tersebut tanpa dikenakan biaya tambahan lagi.

Pengunjung yang datang siang, bila tidak kebagian gazebo yang berada di tengah sawah bisa menempati tempat duduk yang ada di atas berupa aula yang lebih luas. Bila tujuan pengunjung ke sini untuk botram atau makan siang, sebaiknya membawa bekal makanan sendiri karena di warung yang berada di atas hanya menjual minuman, makanan ringan, gorengan, kopi dan pop mie.

Salah satu gazebo yang ada di tengah sawah (sumber foto: dokumen pribadi)
Salah satu gazebo yang ada di tengah sawah (sumber foto: dokumen pribadi)
Sambil duduk di gazebo, saya menikmati bekal makanan yang dibawa dari rumah sedangkan suami dan anak menikmati secangkir kopi yang dibeli dari warung. Harga makanan dan minuman di tempat wisata biasanya lebih mahal, tetapi di sini harganya sama seperti di warung biasa.

Kebersihan di tempat ini sangat terjaga, di setikar gazebo ada tempat sampah yang disediakan. Secara berkala ada petugas yang mengambil tempat sampah tersebut.

Menikmati makanan sambil memandang hamparan sawah yang sedang menguning disertai dengan semilirnya angin yang sepoy-sepoy menyebabkan suasana hati menjadi adem. Nampak pula dua orang petani yang sedang asyik memanen padi, tanpa merasa terganggu oleh adanya pengunjung.

Alunan lagu sunda yang diperdengarkan oleh petugas, menambah suasana ciri khas alam pedesaan bumi pasundan yang indah dan memesona.

Semakin siang jumlah pengunjung semakin banyak dan hampir semua membawa bekal makanan. Setelah menikmati makanan yang dibawa, mereka sibuk ber swa foto di beberapa spot yang disediakan.

Pukul 11.00 saya beserta anak dan keponakan menuju tempat flying fox, di tempat karcis membayar dulu biaya sebesar Rp.10.000,00/orang. Kemudian kami bertiga naik ke bangunan tinggi yang terbuat dari bambu. Saya dipasangkan tali pengikat yang kuat di punggung, bahu dan di paha, serta dilengkapi dengan helm.

Wahana flying fox (sumber foto: dokumen pribadi)
Wahana flying fox (sumber foto: dokumen pribadi)
Setelah semua terpasang, petugas mengecek kembali semuanya dengan teliti dan menyuruh saya untuk bersiap-siap dengan memegang tali untuk menggantung. Sayapun di dorong dan menggantung melewati tali sampai ke ujung. Walaupun agak deg-degan awalnya, tetapi saya menikmati keseruan tersebut.

Sampai di ujung, saya dibantu oleh petugas untuk melepaskan semua ikatan. Saya tidak langsung meninggalkan tempat tersebut, menunggu anak dan keponakan terlebih dahulu. Kami bertiga berjalan ke tempat awal untuk mengembalikan semua peralatan.

Setelah melihat saya dan anak bermain flying fox, suami dan pengunjung yang lainnya juga banyak yang tertarik untuk mencobanya terutama anak-anak dan remaja.

Wahana sepeda gantung (sumber foto: dokumen pribadi)
Wahana sepeda gantung (sumber foto: dokumen pribadi)
Anak saya kemudian naik sepeda gantung, cukup membayar Rp 5.000,00/orang, tetapi permainannya tidak menantang seperti flying fox dan lebih cocok untuk anak kecil.

Setelah puas menikmati pemandangan dan wahana yang ada di Wates LE, saya dan keluarga pulang dengan hati yang senang. Untuk sampai ke tempat parkir, siap-siap mengeluarkan tenaga ekstra karena jalannya menanjak.

Wasana Kata

Menikmati akhir pekan bersama keluarga tidak harus ke tempat yang jauh, apalagi dalam masa pandemi ini. Dengan berwisata ke tengah sawah yang sudah dikelola dengan konsep yang menarik dan instagramable, serta dengan biaya yang murah bisa menghadirkan suasana yang nyaman dan menyenangkan.

Sayangnya pada saat kedatangan saya dan keluarga kemarin, padi di Wates LE sedang menguning. Bila pengunjung datang pada saat padi baru tumbuh ataupun masih hijau tentu akan menghadirkan pemandangan yang lebih menarik lagi.

Apakah sahabat kompasianer tertarik untuk berkunjung ke sini pada saat akhir pekan atau liburan nanti?

Cibadak, 6 Desember 2021

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Sumber Bacaan: Nagrakselatan.wordspress.com (blog Desa Nagrak Selatan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun