Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah menciptakan suasana atau iklim pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa semangat belajar, baik pada saat pembelajaran tatap muka maupun pada saat pembelajaran daring. Pada saat pembelajaran tatap muka di kelas hal tersebut mudah dilakukan, karena guru langsung berhadapan dengan siswa.
Sebelum pembelajaran dimulai guru dapat mengawali kegiatan pembelajaran dengan melakukan apersepsi dengan mengingatkan dan memberi pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Selain memberikan apersepsi, guru juga dapat memberikan motivasi agar siswa lebih semangat dalam belajar. Motivasi bisa diberikan berupa memberikan nasihat ataupun memutar video motivasi, kegiatan melakukan apersepsi dan pemberian motivasi ini dilakukan selama 10 menit sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran.
Pada saat pembelajaran daring walaupun kegiatan apersepsi dan motivasi bisa dilakukan, tetapi tidak semua siswa merespon pada saat pembelajaran berlangsung. Guru juga tidak bisa memantau semua aktivitas siswa pada saat pembelajaran, karena ada saja siswa hanya mengisi absen padahal sebenarnya tidak ikut pembelajaran. Untuk itu peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi anaknya dalam pembelajaran daring ini, sehingga diperlukan komunikasi yang baik antara  guru dengan siswa ataupun dengan orang tua.
Komunikasi Antara Guru dengan Siswa
Komunikasi antara guru dengan siswa bisa dilakukan pada saat jam pelajaran ataupun di luar jam pelajaran. Pada jam pelajaran biasanya komunikasi dilakukan pada saat siswa bertanya ke guru tentang materi pelajaran yang belum dipahami oleh siswa tersebut. Sehingga walaupun pembelajarannya dilakukan di grup whatsapp ataupun di google classroom, guru harus selalu stand by pada saat pembelajaran berlangsung.
Waktu pelaksanaan untuk pembelajaran daring dikurangi dari pembelajaran normal, sehingga yang tadinya 1 jam pelajaran selama 40 menit dikurangi menjadi 30 menit. Dalam satu minggu guru hanya mengajar di dalam satu kelas selama 2 jam pelajaran yang berlangsung selama 60 menit, sehingga jam pelajaran berkurang dibandingkan dengan pembelajaran normal. Sebagai contoh untuk mata pelajaran IPA yang saya ajar, biasanya terdiri dari 5 jam pelajaran selama satu minggu tetapi sekarang menjadi 2 jam pelajaran saja. Â Untuk itu guru harus bisa memilih materi esensial yang disesuaikan dengan kurikulum darurat yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud.
Agar siswa mudah dalam mempelajari materi pelajaran ketika melakukan pembelajaran daring saya selalu mengirimkan video pembelajaran, rangkuman materi dan juga lembar kerja siswa. Saya mengajar mata pelajaran IPA, yang materinya terdiri dari fisika, biologi dan kimia. Pada saat membahas materi tentang fisika biasanya selalu banyak pertanyaan dari siswa, sehingga waktu pembelajaran selama 60 menit dirasakan sangat kurang.
Walaupun pembelajarannya sudah selesai, biasanya masih ada siswa yang bertanya di luar jam mengajar bahkan terkadang sampai malam sehingga jam kerja menjadi lebih panjang dibandingkan pada saat pembelajaran tatap muka. Lewat pukul 21.00 paket data akan saya matikan, agar saya bisa beristirahat dengan tenang. Besok paginya setelah sholat shubuh dan sebelum beraktivitas di dapur, saya akan membuka dan membalas pesan yang masuk melalui whatsapp dari siswa yang dikirim pada malam hari serta memeriksa tugas siswa di google classroom. Â
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, saya memberikan tugas berupa latihan soal untuk materi fisika yang jumlahnya paling banyak 5 soal. Sedangkan untuk materi biologi biasanya berupa soal quis yang dibuat di google forms yang soalnya berupa pilihan ganda, ataupun berupa aktivitas pengamatan yang disesuaikan dengan materi yang ada. Â Untuk tugas pengamatan juga yang tidak memberatkan siswa, yang bahan-bahannya tersedia di rumah sehingga tidak mengharuskan siswa untuk mencari ke luar. Â
Dalam mengumpulkan tugas yang diberikan, setiap guru termasuk saya memberikan waktu selama 1 minggu. Tetapi bagi siswa yang rajin biasanya akan langsung mengumpulkan pada hari itu, tugasnya dikumpulkan ke google classroom tetapi lebih banyak yang mengumpulkan melalui whatsapp secara langsung. Saya meminta kepada siswa untuk mengirimkan tugas secara pribadi jangan di grup, karena bila mengirimkan tugas ke grup kemungkinan bisa dicontek oleh siswa yang lainnya.
Untuk tugas siswa yang berupa latihan soal ataupun pengamatan, pada saat siswa mengumpulkan akan langsung diberi tanggapan ataupun komentar dan direkap ke dalam daftar nilai sehingga akan tahu antara siswa yang sudah mengumpulkan tugas dengan yang belum.
Walaupun sudah diberi waktu selama 1 minggu, tetapi ada saja beberapa siswa dalam satu kelas yang belum mengumpulkan. Untuk siswa yang seperti ini ada beberapa orang guru di sekolah yang langsung menghubungi siswa tersebut dengan cara ditelepon satu persatu, tetapi yang saya lakukan hanya dengan mengirimkan pesan saja kepada siswa tersebut. Ada siswa yang langsung memberikan respon, tetapi ada juga siswa yang tidak pernah membalas walaupun sebenarnya pesan tersebut sudah dibaca.
Jawaban siswa beragam, ada yang sedang sakit tetapi belum sempat memberikan kabar ke guru, tidak punya kuota, tidak mengerti dengan materi pelajaran dan di rumah hanya tinggal dengan neneknya sehingga tidak ada yang bisa membimbing selama belajar di rumah, ada yang sedang acara keluarga, ataupun ada yang sedang bepergian bersama keluarganya. Terhadap siswa-siswa tersebut saya masih memberikan tambahan waktu untuk melengkapi tugasnya sampai beberapa hari lagi.
Untuk masalah kuota memang menjadi salah satu kendala dalam pembelajaran daring ini, tetapi tidak selalu siswa yang tidak mengumpulkan tugas itu tidak memiliki kuota. Saya pernah menghubungi salah satu siswa yang belum mengambil rapor tengah semester, karena pada saat dibagikan orang tuanya tidak datang. Tetapi siswa tersebut selama satu minggu tidak merespon karena whatsappnya tidak aktif sehingga saya beranggapan siswa tersebut tidak memiliki kuota. Kemudian saya mendatangi rumah bibinya yang merupakan tetangganya saya, dan menitipkan pesan untuk disampaikan kepada orang tuanya agar mengambil rapor pada keesokan harinya.
Pada saat bertemu dengan orang tuanya saya mendapatkan informasi yaitu sebenarnya di rumah di pasang WIFI tetapi siswa tidak pernah membuka whatsapp selama 2 minggu dan hanya menggunakan handphonenya untuk bermain game online. Saya meminta kepada orang tua untuk mengingatkan anaknya agar bisa membagi waktu di rumah dan jangan terlalu asyik dengan bermain game online sampai melupakan belajar.
Komunikasi yang saya lakukan dengan siswa bukan hanya sebatas tentang materi pelajaran saja, tetapi terkadang ada siswa yang bertanya tentang hal yang lainnya. Misalnya bertanya tentang jadwal pelajaran, meminta nomor kontak guru yang lain, meminta pendapat ataupun saran ketika mendapatkan masalah ataupun kesulitan. Dengan melakukan komunikasi seperti ini diharapkan terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa sehingga siswa bisa memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap pembelajaran daring yang sedang dilaksanakan.
Komunikasi antara Guru dengan Orang Tua
Komunikasi dengan orang tua lebih sering dilakukan oleh wali kelas, dan guru mata pelajaran dapat melaporkan perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran ke wali kelas. Apabila ada siswa yang bermasalah ataupun mengalami kendala pembelajaran maka wali kelas yang harus menyampaikan ke orang tua.
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh wali kelas dalam berkomunikasi dengan orang tua,  pertama yaitu mengirim pesan langsung kepada orang tua, karena biasanya wali kelas memiliki nomor telepon orang tua yang di data pada saat tahun ajaran baru dimulai. Kedua yaitu membuat grup whatsapp orang tua siswa, hal ini hanya dilakukan untuk memudahkan memberikan informasi tentang berbagai hal kepada orang tua siswa. Ketiga yaitu memasukan nomor whatsapp orang tua ke grup kelas, ada beberapa orang tua yang meminta ke wali kelas secara langsung untuk bergabung di grup kelas tujuannya agar bisa memantau perkembangan anaknya dalam belajar. Keempat yaitu memanggil orang tua dan siswa langsung ke sekolah, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dengan cara komunikasi secara langsung diharapkan akan  didapatkan persamaan persepsi antara siswa, orang tua dan wali kelas sehingga akan lebih efektif dalam meningkatkan semangat belajar siswa.
Komunikasi antara wali kelas dengan orang tua tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, terutama bagi orang tua yang kedua-duanya bekerja, siswa yang orang tuanya bercerai ataupun siswa yang tinggal dengan neneknya. Ketika wali kelas mengundang orang tua ke sekolah biasanya yang datang adalah perwakilannya yaitu bibinya ataupun neneknya.Â
Sehingga wali kelas tidak bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang siswa tersebut, dan apa yang dibicarakan oleh wali kelas tidak bisa disampaikan secara utuh kepada orang tua ataupun siswa. Untuk orang tua yang seperti ini, wali kelas harus terus melakukan pendekatan ataupun melakukan kunjungan ke rumah supaya ditemukan titik temu antara wali kelas dengan orang tua sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
Pada tahun kemarin saya juga melakukan komunikasi yang baik dengan orang tua siswa, dan ada salah satu orang tua akhirnya menjadi sahabat baik dan sampai sekarang masih sering menghubungi saya.  Beliau single parent karena suaminya meninggal pada saat anaknya di kelas 7, dan saya pernah bertemu  dengannya dua kali pada saat pengambilan rapor. Ketika anaknya duduk di kelas 8 dan 9 walaupun saya bukan wali kelasnya anaknya, beliau sering menelepon bahkan sering curhat.Â
Beliau tinggal di luar pulau Jawa, sedangkan anak-anaknya tinggal di sini bersama dengan neneknya. Pada saat anaknya lulus tahun kemarin, beliau meminta saya untuk membantu anaknya pada saat mendaftar ke SMA dan alhamdulillah bisa diterima di sekolah negeri melalui jalur zonasi. Beliau masih menghubungi saya sebulan sekali dan sudah merencanakan nanti pada saat lebaran iedul fitri mau datang untuk menemui anak-anaknya. Beliau juga akan mampir ke rumah untuk bertemu dengan saya, itulah salah satu manfaat yang saya rasakan dengan menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa akhirnya bisa menjadi sahabat baik. Â Â
Sayapun di sekolah anak berperan sebagai orang tua siswa, dan saya sering berkomunikasi dengan wali kelas anak saya. Salah satunya adalah pada saat pembagian rapor semester 1, seharusnya rapor dibagikan pada bulan Desember tetapi karena di sekitar sekolah ada yang meninggal karena COVID-19 akhirnya diundur sampai dua minggu dan dibagikan di awal bulan Januari 2021.Â
Pada saat pembagian rapor saya sedang mengikuti pelatihan online yang dilaksanakan secara virtual dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00, sedangkan pembagian rapor dilaksanakan dari pukul 08.00 s. pukul 10.00. Maka sehari sebelumnya saya mengirim pesan kepada wali kelas dan menanyakan apakah bisa rapor diambil pada siang hari? Ternyata wali kelasnya tidak bisa karena ada keperluan dan memberikan alternatif untuk mengambil pada pagi hari pukul 07.30, alhamdulillah dengan adanya komunikasi yang baik saya bisa mengambil rapor anak dengan tidak meninggalkan pelatihan online yang saya ikuti.
Dengan melakukan komunikasi yang intensif antara guru dengan siswa dan orang tua akan terjalin hubungan yang baik sehingga menunjang terhadap keberhasilan pembelajaran daring yang sedang dilaksanakan. Karena keberhasilan pembelajaran daring ini bukan hanya ditentukan oleh guru dan siswa saja, tetapi harus dibantu juga oleh orang tua yang bertugas untuk mengawasi dan juga membimbing anak-anaknya pada selama belajar di rumah. Selama COVID-19 belum juga reda, pembelajaran daring ini akan terus dilaksanakan dan entah sampai kapan berakhirnya. Semoga tulisan ini  bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H