Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bundaran "Tugu Lampu Gentur Cianjur" yang Menyimpan Banyak Kenangan

2 Februari 2021   06:45 Diperbarui: 2 Februari 2021   06:46 6020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum adanya Pandemi COVID-19, setiap perayaan tahun baru di sekitar bundaran dan parkiran mall selalu ramai. Menjelang magrib arus jalan yang menuju puncak sudah ditutup, begitupun jalan yang menuju  ke arah mall juga sudah di tutup dengan pembatas oleh polisi sehingga kendaraan tidak bisa melewati jalan tersebut. Dari depan rumah, kami bisa menyaksikan bapak- bapak polisi yang sedang berjaga ataupun orang-orang yang lalu lalang menuju ke parkiran mall untuk merayakan tahun baru.

Setiap  malam tahun baru di Cianjur, ramai orang yang datang dan berkumpul di sekitar bundaran ataupun parkiran mall karena banyak acara yang diselenggarakan di tempat tersebut. Saya dan keluarga lebih memilih berkumpul bersama di teras rumah sambil membakar jagung karena suara kembang api, ataupun suara orang yang bersorak sambil meniup  terompet akan terdengar  ke rumah tepat pada pukul 12.00 malam. Bila ingin melihat kembang api, kami bisa melihatnya dengan jelas di belakang rumah.

Beberapa bulan setelah tahun baru 2016, rumah dan warung tersebut diratakan dengan tanah, digunakan untuk pelebaran jalan di sekitar bundaran dan juga pembangunan mesjid. Bekas rumah mertua sekarang dijadikan halaman parkir mesjid Al Kubro.

Dokpri
Dokpri
Setiap minggu sebelum berangkat ke Bandung ataupun pada saat pulang, suami pasti mampir ke rumah kakaknya yang ada di Cianjur untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Ada dua kakaknya yang masih tinggal di Cianjur, karena yang satu orang sudah pindah ke Sumatera Selatan ikut dengan suaminya. Kakak yang perempuan tinggal di Perumahan yang letaknya sebelum bundaran sedangkan kakak yang laki-laki tinggal di sekitar bundaran tetapi masuk ke gang. Kakak yang ini masih berjualan di dekat kantor polisi, yang sekarang pindah ke seberang rumah yang dulu.

Pada saat main ke Cianjur, sebelum ke rumah kakak maka kami  akan mampir dulu ke tempat jualan tersebut. Sambil duduk di depan warung, kami bisa memandang dengan leluasa ke arah bundaran ataupun ke arah mesjid yang letaknya di seberang jalan. Walaupun rumah tersebut sudah tidak ada bekasnya sama sekali, tetapi bentuk rumah dan segala kenangannya masih bisa kami ingat dengan baik.

Pernah saudara dari Sumedang ataupun dari Sukabumi ketika bertemu dengan kami mengatakan dalam bahasa sunda "meni waas" bila lewat di sekitar bundaran tersebut. Begitupun bagi kami, bila melewati bundaran tersebut ada perasaan sedih karena akan membangkitkan ingatan tentang rumah yang pernah kami tinggali dulu. Semoga kenangan ini akan tetap terpatri di dalam hati kami, dan akan selalu menjadi kenangan indah yang tidak akan dilupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun