Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bundaran "Tugu Lampu Gentur Cianjur" yang Menyimpan Banyak Kenangan

2 Februari 2021   06:45 Diperbarui: 2 Februari 2021   06:46 6020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama hampir 10 bulan sejak adanya Pandemi Covid-19, saya tidak berkunjung ke Cianjur yang merupakan kota kelahiran dari suami. Pada akhir Desember 2020 kemarin kami mengantarkan anak yang ingin liburan di  rumah kakak yang berada di sana. Ketika melewati bundaran yang ada tugu lampu gentur yang terletak di persimpangan jalan Ir. Juanda, jalan dr Muwardi dan jalan Abdullah bin Nuh saya merasa heran dan takjub karena sudah banyak perubahan di sekitar bundaran.

Bundaran ini akan terlewati oleh pengguna jalan yang dari arah Puncak menuju pusat Kota Cianjur. Di sekitar bundaran ini sudah ada bangunan mall baru yang megah walaupun belum berfungsi, dan di seberangnya ada mesjid Abdullah bin Nuh atau lebih dikenal dengan sebutan mesjid Al Kubro yang memiliki halaman parkir yang luas. Bundaran ini akan terlihat indah di malam hari, karena lampu genturnya akan menyala.

Beberapa tahun lalu bundaran tersebut masih kecil dan terdapat tugu mamaos yang sekarang diganti dengan tugu lampu gentur, bundaran ini menyimpan banyak kenangan bagi keluarga kami karena dulu rumah mertua terletak di pinggir jalan dan jaraknya hanya beberapa meter saja dari bundaran tersebut.

Dokpri
Dokpri
Bila dari arah kota Cianjur, rumah mertua terletak di pinggir jalan sebelah kiri yang menuju ke arah Puncak dan berdampingan dengan kantor polisi. Di bagian depan rumah terdapat warung yang awalnya dikelola oleh suami, tetapi setelah mendapatkan pekerjaan lain maka warung tersebut diteruskan oleh kakaknya yang sudah pensiun.

Saya mencari foto-foto rumah dulu, tetapi hanya menemukan foto ketika rumah sudah dihancurkan dan pada saat itu saya sempat foto dengan latar belakang bundaran lama. Saya juga sempat mengambil foto anak di depan warung yang masih ada, karena warung yang paling terakhir dihancurkan setelah barang-barangnya dikeluarkan semua.

Dokpri
Dokpri
Saya masih ingat ketika hamil 4 bulan pernah duduk di pintu warung, dan pada saat itu ayah mertua sedang duduk di kursi yang ada di teras. Ayah mertua mengatakan kepada saya bahwa nanti anak yang akan dilahirkan adalah seorang laki-laki, saya hanya tersenyum karena merasa heran dengan ucapannya. 

Dan betul saja anak yang saya lahirkan adalah seorang laki-laki, wajahnya mirip dengan ayahnya tetapi bentuk mata dan telinganya mewarisi sifat kakeknya. Sayangnya ayah mertua tidak pernah bisa melihat cucunya, karena pada saat kahamilan saya menginjak bulan bulan ke enam beliau meninggal dunia.

Di depan warung tersebut pada saat sedang liburan, saya sering duduk di kursi sambil menemani anak melihat bus yang melewati bundaran. Karena sejak kecil anak saya senang sekali melihat bus yang lewat bahkan hapal dengan nama-nama bus antar kota maupun bus antar propinsi.

Dokpri
Dokpri
Saya dan keluarga tinggal di Sukabumi, tetapi sering sekali berkunjung ke rumah ini terutama pada saat liburan sekolah, tahun baru dan pada saat iedul fitri. Di rumah tersebut saya sering berkumpul dengan keluarga besar suami. Ketika mertua meninggal pada tahun 2009, rumah ini ditempati oleh salah satu kakak ipar dan kami tetap berkumpul di sini untuk menjaga shilaturahmi antar anggota keluarga. Suami berasal dari keluarga besar karena memiliki 7 saudara kandung, 3 orang tinggal di Cianjur dan yang lainnya tinggal di kota Serang, Tangerang Selatan dan Kuningan.

Rumah mertua juga merupakan tempat persinggahan bagi saudara yang berasal dari Sumedang ataupun Cimahi yang akan melanjutkan perjalanan ke arah Jakarta ataupun saudara dari Sukabumi yang akan melanjutkan perjalanan ke arah Bandung. Biasanya mereka akan beristirahat dulu di rumah ini sebelum melakukan perjalanan, karena memang letak rumah tersebut sangat strategis dan berada di pinggir jalan.

Suami dan beberapa kakak kandungnya dilahirkan, dibesarkan dan bersekolah di Cianjur, sehingga mengalami banyak kenangan dari sejak kecil sampai dewasa di rumah ini. Terakhir kami berkumpul yaitu pada liburan tahun baru 2016, dan semua keluarga dari luar kota datang pada waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun