Setiap orang pasti memiliki tanggal yang spesial, bisa merupakan tanggal kelahiran ataupun tanggal pernikahan. Bagi saya dan kedua sahabat di tempat kerja juga memiliki tanggal yang istimewa, yaitu 28 Januari yang merupakan tanggal kelahiran kami. Mungkin hal ini aneh dan menjadi pertanyaan bagi orang lain, kok bisa tiga orang yang bukan saudara kembar memiliki tanggal kelahiran yang sama?
Awalnya saya tidak tahu bahwa di tempat kerja ada teman yang memiliki tanggal kelahiran yang sama. Pada saat kegiatan ujian sekolah 3 tahun yang lalu, saya mengawas di ruangan yang sama dengan ibu Hj N. Yeni Rohaeni yang biasa dipanggil ibu Yeni.Â
Pada saat mengisi berita acara ujian sekolah, ada bagian yang harus ditanda tangani oleh kami berdua dengan mengisi nama dan Nomor Induk Pegawai (NIP) yang terdiri dari 17 digit angka.Â
Pada NIP ini delapan digit pertama menunjukkan tahun, bulan, dan tanggal kelahiran. Â Pada saat menandatangani berita acara tersebut, barulah kami berdua tahu bahwa tanggal kelahiran kami sama walaupun berbeda tahunnya. Kamipun tersenyum pada saat itu, karena tidak menyangka sama sekali.
Di sekolah kami di setiap awal tahun pelajaran baru setiap guru selain diberi tugas mengajar, juga diberi tugas kepanitiaan yang terdiri dari beberapa orang guru. Setiap tahun guru-guru akan mendapatkan tugas kepanitiaan yang berbeda dengan orang yang berbeda pula.Â
Beberapa kali saya pernah mendapatkan tugas kepanitiaan yang sama dengan ibu Yeni, biasanya beliau sebagai ketua panitia dan saya sebagai bendahara. Ternyata kami berdua cocok, bisa bekerja sama dan bisa membagi tugas dengan baik.
Ibu Yeni merupakan senior saya di sekolah ini, karena saya baru pindah pada tahun 2006 dan beliau sudah lama mengajar di sini. Beliau tidak banyak bicara tetapi tegas, disiplin, jujur dan tanggung jawab. Karena kejujurannya, beberapa tahun ibu Yeni dipercaya menjadi pengurus koperasi siswa dan terpilih juga sebagai bendahara koperasi guru.Â
Saya banyak belajar dari beliau, dan sering berdiskusi tentang banyak hal, tetapi bukan tentang mata pelajaran karena kami mengajar mata pelajaran yang berbeda. Beliau mengajar bahasa sunda, sedangkan saya mengajar mata pelajaran IPA.
Satu tahun yang lalu, saya ditunjuk oleh panitia untuk mendampingi ibu Yeni menjadi juri dalam lomba mendongeng dan membuat cerpen bahasa sunda.Â
Terus terang saja saya agak bingung pada awalnya karena bukan orang bahasa, sehingga kurang percaya diri pada saat menjadi juri. Tapi beliau dapat mambantu saya melakukan penjurian dengan tidak menggurui, tetapi dengan berdiskusi sehingga kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan baik.