Uang yang didapatkan dari menjual plastik antara Rp. Rp. 30.000,00 sampai Rp 35.000,00 dan uang tersebut akan dibelikan beras, ikan asin serta disisihkankan untuk sedekah ke mesjid bahkan terkadang diberikan juga kepada 2 cucunya  sebagai uang jajan.
Melihat kondisinya seperti ini, banyak orang yang merasa empati terhadapnya sehingga ada saja yang memberikan uang ataupun beras kepadanya pada saat memulung. Â Walaupun sebenarnya beliau tidak pernah meminta kepada orang lain ataupun mengemis, karena baginya pekerjaan menjadi pemulung lebih baik daripada menjadi pengemis.Â
Tadi kami sempat menanyakan bagaimana membawa karung yang berisi sampah plastik sampai ke rumahnya, ternyata di bawa sendiri dan kami sangat salut dengan kegigihannya.Â
Saat melihat beliau jalan ke rumahnya tadi, kami merasa tidak tega karena beliau kesulitan berjalan walaupun sudah memegang tongkat kayu. Apalagi bila membayangkan beliau berjalan sambil membawa karung di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang tongkat pasti akan semakin kesulitan.
Selain sering mendapatkan bantuan dari orang lain, rumah yang ditempatinya sekarang merupakan hasil bantuan dari Desa yaitu dari program bedah rumah walaupun dindingnya belum dicat semua. Tapi beliau bersyukur dengan kondisi rumahnya yang sudah lebih baik dari rumah sebelumnya.
Usia ceu Entat sekarang sekitar 50 tahun lebih, Â tadi ketika ditanya beliau tidak hapal dengan tanggal lahirnya. Karena kerasnya kehidupan yang dialaminya, wajahnya terlihat lebih tua dari usianya.Â
Dari ucapannya pada saat mengobrol, tidak ada keluhan yang disampaikan kepada kami, justru beliau selalu bersabar, tetap bersyukur, dan ikhlas menjalani kehidupannya seperti ini.
Setelah puas mengobrol kamipun berpamitan kepada Ceu Entat dan keluarganya,  beliau mengucapkan terimakasih atas kunjungan kami ke rumahnya. Tak lupa beliau mendoakan  kami, dan kamipun mendokan beliau agar diberikan kesehatan.Â
Semangatnya yang luar biasa bisa menjadi inspirasi bagi orang lain yang memiliki tubuh yang sempurna, tidak ada halangan bagi orang yang memiliki fisik seperti beliau untuk selalu mandiri dan tidak mau menyusahkan orang lain walaupun harus menjadi seorang pemulung.Â
Bagi ceu Entat  yang terpenting adalah rezeki yang didapatkannya halal walaupun hanya sedikit, dan bisa digunakan untuk mencukupi keperluan dirinya serta ada untuk sedekah ke mesjid setiap minggu. Setelah kami pulang, ternyata Ceu Entat kembali lagi ke tempat kami bertemu untuk melanjutkan menyapu dan membersihkan jalan setapak yang tadi belum selesai. Karena baginya menyapu dan membersihkan jalan setiap hari Jum'at adalah suatu bentuk sedekah tenaga yang dapat dilakukannya pada saat tubuhnya sehat. Semoga di tahun baru ini kehidupan Ceu Entat dan keluarganya bisa lebih baik dari tahun kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H