Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan Akan Berbuah Kebaikan (Bagian 1)

12 Desember 2020   06:03 Diperbarui: 18 Desember 2020   05:45 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memiliki teman kost yang sekamar bernama Santi, saya sering diajak ke rumahnya yang berada di Metro Lampung Tengah. Kedua orang tua Santi sangat baik dan karena sering main ke rumahnya maka saya merasa mereka adalah keluarga kedua saya. Bila pulang dari Metro saya suka diberi bekal makanan dan ongkos oleh orangtuanya Santi.

Selama kuliah saya suka ikut pengajian (liqo) dan bergabung dengan teman-teman dari jurusan lain.  Di liqo ini saya punya teman yang bernama Devi, saya masih ingat bila musim kemarau datang maka air sumur yang ada di tempat kost sering mengalami kekeringan. Devi sering menawarkan kepada saya untuk mencuci baju di tempat kostnya dan pernah mengajak saya menginap di  rumahnya yang berada di Kotabumi lampung Utara.

Anaknya ibu kost yang seusia dengan saya bernama Renta, kami sering berdiskusi dan ngobrol tentang kuliah. Pada saat bulan puasa saya selalu bersama-sama melaksanakan sholat tarawih di mesjid, berangkat dan pulangnya bersama-sama dengannya. Terakhir saya bertemu dengan Renta dua tahun yang lalu di Bandung, kami bertukar nomor kontak melalui media sosial sehingga bisa janjian untuk ketemu. Pada saat itu suaminya yang seorang dosen di Unila sedang melanjutkan kuliah di ITB,  kami janjian bertemu di taman yang dekat mesjid Salman ITB. Saya datang bersama suami dan anak untuk dikenalkan dengannya. 

Setelah sholat jumat kami bertemu, Renta sudah berubah penampilannya menggunakan cadar dan pakaian serba hitam. Saya mengobrol dengannya, sedangkan suami saya mengobrol dengan suaminya di kursi yang berbeda. Banyak yang kami obrolkan saat itu terutama menceritakan tentang keluarga masing-masing, dan Renta meminta saya untuk main ke rumahnya di Lampung bila liburan. Walaupun masih kangen tetapi saya tidak bisa berlama-lama, karena anak saya sudah ingin pulang. Saya dan suami berpamitan dengannya dan kami saling berpelukan sangat erat sebelum berpisah. 

Dan itu adalah pertemuan terakhir dengannya karena beberapa bulan kemudian saya mendapat kabar bahwa beliau meninggal karena penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Saya sangat kaget ketika mendengar kabar tersebut, karena pada saat bertemu Renta terlihat sehat dan tidak menceritakan penyakit yang sedang dideritanya. Saya berdoa semoga beliau mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.

Semester ke delapan pada tahun 1995 saya mengikuti kegiatan yang Kulih Kerja Nyata (KKN) di desa Tiga Jaya Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat selama dua bulan,  bersama lima orang makasiswa yang lain yang berbeda Fakultas. Saya masih ingat ketika pertama kali dijemput oleh bapak sekdes menggunakan mobil jeep, karena perjalanan dari kecamatan sampai ke desa masih 7 km dan jalannya masih berupa tanah merah. 

Selama KKN kami dekat dengan pemuda dan masyarakat di sana sehingga kami merasa betah walaupun belum ada listrik di desa tersebut. Sering kami diundang ke rumah penduduk untuk diajak makan ataupun minum kopi, bahkan pada saat pulang kami diantar oleh para pemuda naik motor secara konvoi sampai ke kecamatan. 

Ada juga masyarakat yang memberikan uang ongkos untuk pulang serta oleh-oleh berupa biji kopi kering kepada kami karena disana masyarakatnya bertanam kopi.

Pada saat praktek pengalanan lapangan (PPL) saya mendapatkan tempat di salah satu SMA swasta di daerah Natar Lampung Selatan, bersama-sama dengan mahasiswa FKIP yang lain yang berbeda jurusan. 

Ada satu siswa yang bernama Nurhasanah dan meminta saya untuk menjadi kakak angkatnya karena katanya wajah saya mirip dengan salah satu kakaknya, beberapa kali saya diajak main dan menginap di rumahnya. Ibunya bekerja sebagai pedagang makanan di pasar sehingga berangkat pagi dan pulang ke rumah sore hari sedangkan kakak-kakaknya kerja di Tangerang. Nurhasanah bila pulang sekolah sering sendirian di rumah, sehingga senang ketika saya menginap di rumahnya. Saya sering memberikan nasihat kepadanya untuk melakukan kegiatan yang positif apabila sedang sendirian di rumah.

Saya diwisuda pada bulan  Agustus 1996, tetapi ijazahnya pada saat itu belum ada. Dua bulan kemudian saya dan adik berangkat ke Lampung  untuk mengambil ijazah, selama dua hari kami menginap di rumah ibu bidan dan mampir ke rumah Nurhasanah sekalian pamit kepadanya. Saya dan Nurhasanah pada saat itu merasa sedih karena harus berpisah, dan sampai sekarang saya belum pernah ketemu lagi dengannya. Saya sudah berusaha mencari di media sosial ingin mengetahui kabarnya saat ini tapi sampai sekarang belum ketemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun