Walaupun Bapak tidak membeli tapi biasanya suka mengajak mereka mengobrol dan menyuguhkan minuman walaupun hanya sekedar air teh. Itulah sedikit kebaikan dari sekian banyak kebaikan yang dilakukan oleh orang tua yang masih saya ingat sampai sekarang.
Kemudahan ketika Merantau
Tahun 1991 setelah lulus SMA saya diterima di Universitas lampung. Pertama datang ke sana untuk registrasi saya berangkat ditemani oleh kakak, karena berangkat dari rumah agak siang sehingga sampai di terminal Rajabasa pada saat malam hari. Kami sempat kebingungan karena suasana terminal yang sudah sepi, tiba-tiba ada seorang polisi yang masih muda mendekat dan bertanya tentang tujuan kami. Kakak menjelaskan bahwa kami akan pergi ke Unila, Â dan beliau menunjukkan letak mushola dan warung untuk kami membeli makan.Â
Setelah sholat dan makan kami kembali menemui bapak polisi tadi, dan beliau bertanya apa betul kami adalah kakak beradik dan meminta kami untuk menunjukkan KTP. Â Beliau mengajak kami ke rumah kontrakannya yang berada di daerah Kedaton. Bapak polisi ini belum menikah, mengontrak rumah bersama temannya yang sama-sama polisi. Tetapi temannya tidak pulang karena sedang piket malam itu, saya tidur di kamar dan kakak tidur di kursi yang ada di luar.
Pagi pagi jam 06.00 kami sudah harus pergi, karena bapak polisi akan berangkat pagi-pagi ke tempat kerjanya. Kami berangkat duluan dan mengucapkan terimakasih karena beliau telah mengizinkan kami untuk menginap di rumahnya. Jam 06.30 kami sudah sampai di Unila dan menunggu jam 08.00 sampai loket untuk registrasi dibuka, pada saat melakukan registrasi ternyata harus langsung bayar kuliah sementara uang yang dibawa kami tidak cukup untuk membayarnya.
Kami membicarakan langkah selanjutnya, apakah kami harus pulang lagi atau mencari tempat kost karena beberapa hari lagi saya harus langsung masuk untuk mengikuti kegiatan penataran. Tiba-tiba ada seorang perempuan seusia saya yang mendekat dan menawarkan tempat kost di tempat ibunya, tanpa berpikir lagi kami ikut ke rumahnya. Â Ketika sampai di rumah mereka, kami disambut baik oleh ibu kost yang berprofesi sebagai bidan. Kami memanggil beliau dengan sebutan ibu bidan, dan beliau menunjukkan tempat kost yang ada di samping rumahnya.Â
Saya memutuskan untuk kost di situ saja daripada cape-cape harus mencari tempat lain, sementara kakak langsung pulang untuk mengambil uang dan baju baju karena pada saat itu saya hanya bawa baju ganti dua buah serta perlengkapan sholat karena tidak menyangka akan langsung kuliah.Â
Dua hari kemudian kakak datang pada malam hari karena berangkat dari rumah siang, katanya menunggu dulu ibu pulang belanja keperluan untuk saya kuliah terutama membeli baju putih dan rok hitam. Selesai melakukan registrasi maka kakak langsung pulang setelah membayar uang kost dan menitipkan saya kepada ibu bidan.Â
Selama lima tahun kuliah saya tidak pernah pindah tempat kost karena ibu bidan dan anak-anaknya sangat baik, saya dan anak kost yang lain sering diberi makanan oleh beliau. Apabila saya sakit maka beliau akan memeriksa dan memberi obat tanpa meminta bayaran.
Setelah enam bulan kemudian tibalah liburan semester, saya ingin pulang tetapi belum berani sendiri. Saya memiliki teman dari jurusan pendidikan kimia yang bernama Magdalena orang Jakarta, Â dan kebetulan mau pulang juga maka saya janjian dengannya untuk pulang bersama-sama.Â
Ketika di kapal saya ketemu dengan teman Magdalena yang ternyata kakak kelas di SMA dan baru kuliah tahun ini di Unila mengambil kuliah jurusan pendidikan matematika. Saya baru bertemu dengannya sekarang, padahal kami satu gedung tapi berbeda jurusan. Seperti itulah Allah mengirimkan teman yang baik kepada saya sehingga selama kuliah di sana saya sering berangkat dan pulang bersama-sama sehingga ada teman di jalan.