Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Awal Pengabdian

24 November 2020   13:40 Diperbarui: 24 November 2020   13:51 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua puluh dua tahun lalu tepatnya bulan Maret 1998 merupakan awal dari perjalanan saya menjadi seorang pendidik. Tidak pernah terbayang sebelumnya saya harus menjadi seorang guru, karena sewaktu sekolah saya adalah seorang yang pendiam dan tidak banyak bicara. Ketika mau kuliah sebenarnya ingin masuk jurusan kehutanan tetapi oleh orang tua disuruh mengambil jurusan pendidikan pertimbangannya adalah karena saya seorang perempuan lebih baik menjadi guru. Lagi pula bapak mempunyai keinginan ada anaknya yang meneruskan profesinya sebagai seorang guru. Akhirnya saya memilih jurusan pendidikan Biologi dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Lampung.

Setahun setelah selesai kuliah saya mengikuti tes cPNs, alhamdulillah langsung diterima. Beberapa bulan kemudian saya menerima SK cPNS, dan ditempatkan di SMPN 1 Sagaranten d.t SMPN 3 Sagaranten. Kabupaten Sukabumi sangat luas,  saya tidak pernah tahu daerah tersebut. Akhirnya saya diantar oleh bapak menuju SMPN 1 Sagaranten, jaraknya kurang lebih 70 km dari tempat tinggal saya di Kecamatan Cibadak. Saya mendapatkan informasi SMPN 3 Sagaranten sekolahnya belum ada dan masih berstatus kelas jauh dari SMPN 1 Sagaranten dan saat itu masih menumpang di SD Negeri yang ada di Kecamatan Curugkembar. Sekolahnya pun masuk siang, jadi untuk sementara saya hanya mengajar di SMPN 1 Sagaranten saja menunggu sampai tahun ajaran baru.

Ketika  tahun ajaran baru dimulai,  pagi pagi saya mengajar di SMPN 1 Sagaranten dan siangnya selama 3 hari saya mengajar ke Curugkembar. Walaupun perjalanan dari Sagaranten ke Curugkembar cukup jauh, tetapi ada sarana tarnsportasi menuju ke sana. Saya bisa naik ojeg ataupun naik angkot, walaupun angkotnya masih jarang karena setiap setengah jam baru berangkat.

Suatu hari ketika hari Senin jam 12.00 lebih saya masih mengajar di SMPN 1 Sagaranten dan baru keluar dari kelas. Tiba-tiba ada guru yang memanggil katanya ada 2 anak datang menjemput dari Curugkembar. Saya menemui kedua anak tersebut dan menanyakan mengapa datang menjemput, ternyata alasannya karena belum ada guru satupun yang datang ke sekolah. Akhirnya saya ikut kedua anak tersebut naik motor bertiga, posisi duduk saya menyamping karena pakai rok. Jarak Sagaranten ke Curugkembar sekitar 7 km, jalan ke sana cukup jelek walaupun sudah di aspal  dan banyak jalan bolongnya. Pada saat itu habis turun hujan dan masih gerimis, sepanjang jalan banyak genangan air. Sekitar 15 menit  kemudian kami sampai di SDN 2 Curugkembar, saya mampir dulu ke rumah salah satu guru SD yang letaknya tepat di seberang sekolah. Rok saya basah karena terkena cipratan air di sepanjang jalan dan saya malu mau masuk ke kelas dengan kondisi seperti itu. Sayapun akhirnya dapat pinjaman rok hitam dari seorang siswi yang rumahnya dekat dengan sekolah.

Saya masuk ke kelas dan melihat di kelas yang lain sudah ada guru yang mengajar. Kebanyakan yang mengajar di sekolah ini adalah guru-guru SD, beliau beliau ini adalah perintis berdirinya SMPN 3 Sagaranten ini. Sayapun mengajar di kelas 1 dan setelahnya berpindah kelas 2 dan kelas 3. Pada saat itu siswanya sudah ada 3 kelas, tetapi jumlah siswa perkelasnya belum banyak antara 20 sampai 25 orang. Setelah waktu menunjukkan pukul 17.00 kegiatan belajar selesai, dan kamipun bisa pulang ke rumah masing-masing. Pada saat pulang kalau masih beruntung saya bisa naik angkot terakhir yang menuju ke Sagaranten, tetapi kalau tidak ada  saya harus naik ojeg yang ongkosnya 2 kali lipat dari ongkos angkot.  Terkadang ada anak yang suka berbaik hati, mengantarkan saya pulang naik motor ke kontrakan. Dan itu saya jalani selama kurang lebih 2 tahun. Sudah bisa dibayangkan bila sore turun hujan dan tidak ada angkot,  saya harus menunggu hujan reda sehingga terkadang jam setengah enam saya baru bisa pulang.

Ada kejadian yang sampai saat ini masih saya ingat, bila sore hari cuacanya mendung karena mau turun hujan biasanya anak-anak minta dipulangkan. Alasannya karena rumah mereka yang jauh dan pulangnya jalan kaki, sehingga takut kehujanan.  Akhirnya semua siswa dipulangkan, walaupun waktu menunjukkan baru jam 16.00. Lagi pula keadaan di kelas bila hujan sangat gelap karena tidak ada lampu, sehingga tidak efektif untuk dilaksanakan pembelajaran.

Pada tahun 2000, bangunan baru untuk SMPN 3 Sagaranten sudah selesai dan kami pindah ke lokasi baru yang jaraknya lebih jauh dari lokasi SD yang biasa ditempati. Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi  mengirim 8 orang guru baru bersama kepala sekolah, 1 orang TU dan 1 orang Penjaga Sekolah. Maka guru-guru SD yang selama ini mengajar otomatis digantikan oleh guru yang baru datang. Dari 8 orang guru yang datang diantaranya ada 2 orang guru perempuan sehingga saya punya teman, karena selama ini saya adalah guru perempuan satu satunya yang ada di sekolah ini. Setelah pindah ke lokasi baru sekolah masuk pagi, saya berhenti mengajar di SMPN 1 Sagaranten dan hanya fokus mengajar di SMPN 3 Sagaranten yang kemudian berubah namanya menjadi SMPN 1 Curugkembar.

Saya masih tetap mengontrak rumah di Sagaranten karena suasananya lebih ramai dibandingkan dengan Curugkembar, sehingga setiap pagi saya harus berangkat dari kontrakan jam 06.00 kurang agar kebagian angkot yang pertama. Biasanya angkot sudah penuh oleh mbak-mbak pedagang jamu. Kalau telat maka saya harus menunggu setengah jam lagi untuk bisa naik angkot yang ke 2, atau lebih baik saya harus naik ojeg agar tidak kesiangan untuk sampai ke sekolah. Bila naik angkot, setelah sampai di terminal Curugkembar saya masih harus jalan kaki ke sekolah sekitar 1 km.

Walaupun sekolahnya berada di kampung, tetapi semangat anak anak untuk belajar luar biasa.  Prestasi akademik yang cukup membanggakan  yaitu ada siswa yang mendapat juara ke 3 olimpiade Biologi tingkat Kabupaten Sukabumi, dan bisa mengikuti olimpiade tingkat propinsi di Bandung. Walaupun di tingkat propinsi tidak mendapatkan apa apa, bagi sekolah yang baru berdiri hal tersebut merupakan suatu kebanggaan dan bagi siswa  merupakan pengalaman yang sangat berharga yang akan menjadi motivasi untuk meraih kesuksesan di masa yang akan datang. Prestasi di bidang olahraga juga cukup membanggakan, terutama dalam bidang bola voly yaitu pernah 2 kali menjadi juara ke 1 kejuaraan voly yang diadakan oleh SMA tingkat kabupaten.  Bahkan anak anak yang tergabung dalam tim voly ada yang  diterima di SMA Negeri dan mendapatkan beasiswa dari sekolah tersebut.  Bermain bola voly sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak di sana, setiap istirahat ataupun ada jam kosong pasti diisi dengan bermain voly di lapangan.

Di setiap tahun di bulan Agustus ada beberapa kegiatan rutin yang dilakukan , yaitu mempersiapkan dan melatih anak anak paskibra untuk upacara peringatan 17 Agustus tingkat kecamatan, melatih paduan suara dan ikut kemping pramuka yang selalu diadakan oleh kwaran Curugkembar. Ketika kemping pramuka sekolah diliburkan, karena semua siswa ingin ikut walaupun bukan anggota pramuka. Karena pada saat itu saya belum menikah maka saya selalu mendampingi anak-anak pada saat kemping bersama dengan guru laki-laki yang menjadi pembina pramuka. Pengalaman yang luar biasa, bahkan saya juga 2 kali mendampingi anak-anak pramuka mengikuti lomba gelar trampil pramuka tingkat kabupaten mewakili kwaran Curugkembar.

Tahun 2005 saya menikah, setelah hampir 8 tahun mengajar sayapun mengajukan untuk pindah karena ingin lebih dekat dengan keluarga. Teman-teman guru yang lain sudah banyak yang pindah, terutama guru yang perempuan hanya bertahan 1 atau 2 tahun saja. Walaupun dengan berat hati pada awal tahun 2006 saya pindah ke sekolah yang sekarang, setelah melalui proses yang rumit karena tidak diijinkan oleh Kepala Sekolah.   Pengalaman mengajar di sana telah membentuk  mental saya menjadi kuat dan tidak mudah menyerah dengan keadaan apapun. Dengan adanya media sosial, sekarang sayapun bisa mengikuti perkembangan sekolah yang telah saya tinggalkan dan alumni-alumni yang telah lulus. Alhamdulillah ternyata banyak alumni yang telah sukses. Tak terbayangkan sebelumnya dari daerah nun jauh di sana, alumni alumni bisa berkembang dan berkiprah bukan hanya di wilayah kecamatan atau kabupaten saja tetapi ada yang bekerja di ibukota ataupun di luar daerah.  

Menjadi seorang guru PNs harus mau menerima resiko ketika ditempatkan di mana saja, walaupun harus mengajar di daerah pelosok. Pesan saya kepada para guru yang masih muda bila telah memilih profesi menjadi seorang guru maka laksanakan dengan sepenuh hati. Karena memiliki tanggung jawab yang berat dalam mencerdaskan anak bangsa, membentuk karakter siswa yang baik dan pribadi yang kuat yang siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Dimanapun kita  berada dan dalam kondisi apapun kita masih bisa berkarya.  "Selamat Hari Guru Nasional" dan tetap semangat walaupun masih melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun